Part Nineteenth

62 56 45
                                    

Dua sudut bibir perempuan berjilbab hitam itu tertarik. Dua manik hitam kebiruannya menatap sang adik. Punggung tangannya dikecup oleh laki-laki berambut hitam acak-acakan di hadapannya ini. Laki-laki jangkung itu sedikit membungkukkan tubuhnya setara dengan jendela mobil. Liria membalas gestur adiknya dengan mengusap-usap rambut hitam legamnya itu. Udara dingin dari AC mobil terus mengingatkan perempuan berjilbab hitam itu akan keberangkatannya di pagi buta. 

"Abang, jagain adeknya, ya. Maaf banget Mba ngerepotin gini karena enggak bisa ikut nganter," ujar perempuan yang sudah berkeluarga itu. 

Liam mengangguk pelan. "It's fine, Mba. Lagian juga, aku emang harus ke kampus," balasnya dari sisi sebelah mobil yang  biasanya dipakai Liam, kini dipinjam oleh sang Kakak. 

"Oke, deh. I'm going out now, okay? I need to meet this annoying boss of mine but I'll do it anyway," balas Liria seraya menghela napas. 

Mendengar keluhannya, adik laki-laki perempuan itu terkekeh pelan. Jam menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh tujuh menit. Baskara belum kunjung menampakkan diri pada langit pagi ini. 

"Ngeselin, tapi tetap dinikahin juga, kan?" goda Liam seraya menunjukkan seringai khasnya. 

Benar, anak perempuan pertama di keluarga Rasendriya ini sebenarnya pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan urusan pribadinya, yakni urusan kantor dengan atasannya yang kebetulan juga ditakdirkan menjadi ayah dari Naomi, bayi perempuan Liria yang berusia dua tahun. 

Galang Harsa Karunasankara. Seorang editor buku ternama di Indonesia. Para penulis kerap ingin bersembunyi saat mendengar nama laki-laki berusia tiga puluh tahun itu. Kakak ipar Liam ini berbeda empat tahun dari kakak perempuannya. Kisah cinta sejoli ini sebenarnya banyak melewati batu kerikil di jalan yang tidak lurus. Alasan utamanya adalah perbedaan agama di antara sepasang kekasih tersebut, agama Islam milik Liria dan agama yang dianut oleh Galang sebelumnya, Hindu. Sungguh hingga kini pun, Liam masih sering memunculkan pertanyaan dalam benaknya, bagaimana bisa seorang perempuan tangguh nan berpendirian seperti Liria pernah jatuh hati pada seseorang yang beda server? 

Kakak perempuannya ini ternyata memang pernah muda. 

Sudah jalan empat hari semenjak Galang menapakkan kaki di Jakarta Pusat. Suami Liria itu memang selalu berkutat dengan banyak lembaran kertas. Otak Liam tidak lupa bahwa kakak iparnya itu telah mengumumkan eksistensinya yang sedang bernapas di kota yang sama dengan Liam sejak ia datang di sini. Keinginan untuk menemani Mas Galang, sebutan Galang oleh adik-adik Liria, selama di Jakarta memang hadir dalam benak Liam, tetapi laki-laki berdarah Jawa itu melarang Liam untuk mengunjunginya lantaran tak berniat untuk mengganggu perkuliahan si adik. 

Lucunya, hari diadakannya lomba baca puisi yang harus dihadiri si gadis bungsu di kampus Liam ternyata bertepatan dengan hari diadakannya pertemuan darurat Galang yang membutuhkan bidadarinya. Siapa lagi jika bukan asisten editor pribadi kesayangannya, Liria?

Rencana Allah memang tak dapat dibaca. 

Andai saja Liana tidak tidur lagi setelah salat Subuh, gadis itu pasti akan menimpali olok-olokan Liam dan menuduh Liria bahwa ia hadir di Jakarta hanya demi bertemu pak suami alias modus. 

Sorot mata hitam kebiruan Liria mengarah tajam pada Liam. Pupilnya membesar selama beberapa detik. Perempuan dewasa itu menggigit bibir bawahnya seraya memelototi sang adik kala mendengar celetukannya. 

"Shut up, Am," balas Liria dengan kedua pipinya yang merona. 

Liam terkekeh geli melihat salah tingkah si anak sulung. Ia perlahan-lahan menjauh dari jendela mobil yang sudah panas dan berbalas salam dengan Liria yang mulai menancapkan kakinya di gas. Telapak tangan Liam melambai pada mobil yang sudah bergerak menjauh dari gedung apartemennya itu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DahliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang