25🦋~Butterfly~

104 61 58
                                    

Ikuti terus cerita ini sampai ending
Jika ada ke samaan nama
Tokoh dan tempat
Mohon maaf

Follow, Vote and coment

Ramaikan setiap paragraf
Dengan komentar kalian

.
.
.
.
.
.
.

❣️ HAPPY READING ❣️

"AYL!" Alvaro memanggil Senna lalu ia menoleh ke arah suara itu. Laki-laki itu berlari dan langsung memeluk tubuh Senna dengan erat. Senna melepaskan pelukan Alvaro lalu gadis itu menoleh ke belakang tampaknya pintu itu sudah tidak ada. Senna memperhatikan sekitar kini ia tengah berada di depan wahana rumah hantu.

Senna berjalan dengan tatapan datar dan dingin meninggalkan Alvaro. Laki-laki itu terdiam lalu berjalan mengikuti langkah Senna dari belakang. Senna berjongkok di persimpangan jalan sambil menangis. Alvaro mematung memperhatikan Senna yang sedang menangis, ia tidak mau memperumit masalah apalagi dengan keadaan seperti ini. Sebenarnya Alvaro tidak tega melihat Senna menangis namun apalah daya Senna memang sedang marah padanya.

Senna mengusap air mata kasarnya lalu ia berdiri dan menghadap Alvaro. "Izinkan saya sendiri di sini," ucap Senna dengan wajah datar.

Alvaro menggelengkan kepalanya lalu memeluk tubuh Senna. "Maafin aku, aku enggak maksud seperti itu," ucap Alvaro sambil mengusap lembut rambut Senna. "Aku janji aku enggak akan buat kamu kecewa lagi, cukup kamu yang terakhir buat aku," lanjutnya.

Senna terdiam mematung mendengarkan perkataan Alvaro. Kemudian Alvaro melepaskan pelukannya dan menatap mata Senna. Gadis itu menatap tajam pada laki-laki itu. Senna kembali berjalan mengabaikan Alvaro. Ponsel yang ada di saku celana Alvaro terus berdering laki-laki itu berdecak lalu mengangkat telepon seluler tersebut. Mata Alvaro masih tertuju pada Senna yang tengah berjalan.

"Kakak temanin aku beli makanan," ucap Zea.

"Makanan apa biar kakak yang beliin nanti pas pulang," jawab Alvaro.

"Enggak mau pokoknya aku pengen beli sekarang sama kakak," ucap Zea.

Panggil telepon itu berakhir Alvaro menatap sendu melihat Senna tengah berjalan gontai ia menghela nafas kasar lalu ia membalikkan tubuhnya dan berlari kecil meninggalkan Senna, Karena mobil Alvaro berada di parkiran pameran.
Gadis itu menoleh ke belakang ia tersenyum miring melihat punggung Alvaro yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.

"BRENGSEK!" Teriak Senna.

Alvaro melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ia ingin segera menemui Zea, laki-laki itu benar-benar tidak sabar karena ia sudah merindukan gadis kecil itu, lalu Alvaro tersenyum saat melihat foto Zea yang tergantung disana.

Tidak butuh waktu lama kini Alvaro sampai di depan rumah orang tuanya kemudian ia turun dari mobil lalu berjalan dan membuka pintu rumah tiba-tiba Zea berlari dan memeluk Alvaro. Seketika hati Alvaro merasa lega dan nyaman lalu ia menggendong Zea.

"Yaudah mah Varo langsung beli makanan ya," pamit Alvaro.

"Jangan lama-lama," ucap wanita paruh baya itu bernama Sofie.

Senna duduk di persimpangan jalan sambil memeluk kedua lututnya dengan tatapan kosong melihat mobil yang tengah melaju di depannya. Tiba mobil berwarna putih berhenti di hadapannya lalu Rian turun dan menghampiri Senna. Laki-laki itu menghela nafas kemudian ia berjongkok di hadapan gadis itu.

"Lo kenapa bisa ada di sini, kita semua khawatir," ucap Rian, Kemudian ia memperhatikan sekitar lalu kembali bertanya pada Senna. "Lo ketemu si Varo enggak?" Tanya Rian. Senna mengangguk. Rian mengepal kedua tangannya lalu membantu Senna bangkit.

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang