32🦋~Butterfly~

125 89 55
                                    

Ikuti terus cerita ini sampai ending
Jika ada ke samaan nama
Tokoh dan tempat
Mohon maaf

Follow, Vote and coment

Ramaikan setiap paragraf
Dengan komentar kalian

.
.
.
.

❣️ HAPPY READING ❣️

Terlihat dari ujung jalan yang tampak sepi dan sunyi, ketiga laki-laki tengah berdiri di dekat sebuah gang sempit dengan perasaan cemas dan gelisah Senna berjalan cepat saat melihat gerak-gerik ketiga laki-laki yang mencurigakan. Ia juga berusaha menelepon seseorang dari ponselnya namun sial tak kunjung di angkat. Ketiga laki-laki itu berjalan mengikuti langkah Senna kemudian gadis itu berlari cepat sekuat tenaga dan ketiga laki-laki itu mengejarnya. Lengan Senna di tarik paksa oleh seorang laki-laki itu. Senna langsung melawan dan memutarkan lengan laki-laki itu.

Kini Senna tengah bergelut melawan ketiga laki-laki di jalan sepi. Sebenarnya Senna pun takut jika langsung berhadapan dengan ketiga laki-laki sekaligus namun ia juga tidak bisa diam aja karena ia pernah mempelajari ilmu beladiri jika tidak mungkin sekarang Senna sudah di apa-apain oleh mereka bertiga. Seorang dari ketiga laki-laki itu meludah ke sembarang arah setelah mendapatkan pukulan dari Senna yang membuat dia berdarah.

"Gila nih cewek," ucap laki-laki itu.

Bugh

Pukulan mendarat di perut Senna membuat gadis itu kehilangan keseimbangannya. Kedua laki-laki itu menahan lengan Senna dan laki-laki satu lagi menatap Senna sambil memperhatikan tubuh gadis itu dari atas hingga bawah. Laki-laki itu tersenyum smirk mendekatkan wajahnya lalu menarik paksa dagu Senna. Gadis itu menutup mata berharap ada seseorang yang menyelamatkan dirinya.

"Bawa dia," perintah laki-laki itu.

"YAA!" Teriak seorang laki-laki. yang baru saja datang. Senna langsung membuka matanya lalu menatap laki-laki itu yang tak lain adalah Ardian. Gadis itu menghela nafas lega.

Kedua laki-laki langsung melepaskan lengan Senna lalu mereka bertiga melawan Ardian. Senna terjatuh duduk karena perutnya sakit akibat pukulan tadi. "Awww."

Bugh
Bugh
Bugh

Ketiga laki-laki langsung berlari meninggalkan mereka berdua di jalan sempit. Ardian berlari menuju Senna. "Kamu enggak apa-apa?" Tanya Ardian khawatir.

"Sakit Kak," jawab Senna meringis kesakitan sambil menahan perutnya.

Dengan sigap Ardian langsung menggendong Senna. "Saya antar kamu ke rumah sakit," ucap Ardian.

"Enggak kak, langsung ke kantor aja," tolak Senna.

"Diam! Kalau enggak hari ini juga saya nikahin kamu," ancam Ardian membuat Senna mengerutkan dahinya bingung.

Senna dan Ardian sudah berada di rumah sakit tempat dimana Alvaro bekerja. Ardian tetap setia menemani Senna di sana di sana. Alvaro yang sedang berjalan santai tidak kedua matanya melihat Senna yang sedang berbaring di atas hospital bed namun ia tidak menghampiri Senna ia malah pergi dan bersikap cuek. Sorot mata Senna tiba-tiba sayu saat mengetahui sikap Alvaro.

"Ayl?" Panggil Ardian.

Senna menatap Ardian lalu ia tersenyum. "Makasih ya kak, udah nolong aku beberapa kali," ucap Senna.

"Sama-sama," ucap Ardian tersenyum manis. "Gimana udah baikan?" Lanjutnya.

"Udah Kak," jawab Senna.

"Ya sudah saya duluan ya, soalnya ada urusan," pamit Ardian. Senna mengangguk. Kemudian Ardian pergi meninggalkan Senna di sana.

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang