19🦋~Butterfly~

127 79 51
                                    

Ikuti terus cerita ini sampai ending
Jika ada ke samaan nama
Tokoh dan tempat
Mohon maaf

Follow, Vote and coment

Ramaikan setiap paragraf
Dengan komentar kalian

.
.
.
.
.
.
.

❣️ HAPPY READING ❣️

Alvaro mengusap wajahnya kasar. laki-laki tengah kesal karena pemilik rumah sakit belum mengizinkannya pulang. Alvaro menyender di punggung kursi sambil memejamkan matanya. Wajahnya terlihat sangat capek. Tiba-tiba pikirannya teringat pada kejadian malam itu. Laki-laki itu tersenyum cengengesan.
Ia menggelengkan kepala kemudian membuka matanya, ia langsung menangkap seseorang tengah berdiri di hadapannya.

Senna mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian memundurkan langkahnya. Ia takut jika sebenarnya Alvaro mempunyai penyakit kejiwaan. Alvaro mengerutkan dahinya. Alvaro bangkit melangkah mendekati Senna.

Punggung Senna menabrak dinding hingga ia tidak bisa mundur lagi. Alvaro mendekatkan wajahnya lalu ia memejamkan kedua mata dan mencium bibir gadis itu.

Senna mulai merasakan sentuhan ciuman Alvaro. "Gue lagi capek," ucap Alvaro yang kini kembali melumut bibir kenyal gadis itu. Tangan Alvaro mulai meraba ke atas meremas twins ball yang sukses membuat Senna terbakar gairah.

"Ahhhkk," desah Alvaro. Menatap Senna penuh arti.

Alvaro kembali melumut bibir gadis itu dengan liar. Kedua tangan Senna di angkat ke atas oleh laki-laki itu. Ia menangis sambil menikmati ciuman tersebut.

Disela ciuman panas itu Senna langsung menyadarinya Senna memukul kasar dada bidang Alvaro. Tatapan mata laki-laki itu sangat tidak sopan.

"It's okay baby," bisik Alvaro kemudian ia mencium twins ball secara bergantian.

Tok tok tok

Alvaro melangkahkan lalu membuka pintu. "Dok ayo," ucap Dokter laki-laki tersebut.

Alvaro mengerutkan dahinya bingung. "Kita di ajak makan malam sama Pak Martin," ucap Dokter itu.

"Makan malam?" Ucap Alvaro. Ia berpikir apa ini alasannya ia tidak pulang karena pak Martin si pemilik rumah sakit ini ingin mengajak makan malam bersama.

"Saya kaya nya kurang enak badan Dok," ucap Alvaro memasang wajah lelah nya.

"Ya sudah kalau begitu saya duluan ya," ucap Dokter itu. Alvaro mengangguk kemudian kembali menutup pintu.

Senna memeluk lututnya sambil menangis.
Laki-laki itu mendekat kemudian berjongkok menghadap Senna.

"Hm maafin saya ya Ayl," ucap Alvaro.

Mendapat perlakuan tidak mengenakan tersebut, Senna langsung menampar pipi laki-laki itu. Air matanya mulai membasahi pipinya. Alvaro menatap dengan tatapan sedih. Senna bangkit hendak saja kakinya melangkah pergelangan tangannya langsung di tarik oleh Alvaro.

"Biar saya yang antar kamu pulang," ucap Alvaro menarik lengan Senna.

Setelah memakai sabuk pengaman kemudian Alvaro melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia melirik pada Senna.

Sepuluh menit lamanya keduanya tak ada yang membuka suara. Alvaro memberanikan diri lalu ia membuka suara. "Maafin aku ya sayang, aku janji akan tanggung jawab," ucap Alvaro. Setelah mendengar ungkapan itu membuat Senna kembali menangis.

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang