30🦋~Butterfly~

141 88 41
                                    



Rian kembali bergabung dengan mereka semua di depan halaman Villa, lalu ia kembali melanjutkan untuk menyantap makanan. Hingga waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul delapan malam. Alvaro keluar ia berniat untuk makan karena sudah merasa laper. namun sialnya ketiga manusia laknat itu benar-benar menghabiskan semua makanan tersebut tak tersisa.

Ibran yang tengah duduk di salah satu kursi bangkit menghampiri Alvaro. "Sorry ya, kita tadi laper banget, ets kalau lo mau nonjok, tonjok aja muka si Rian sama si Kevin, mereka yang habisin semuanya," jelas Ibran menyelamatkan diri.

Alvaro memperhatikan sekitar namun ia tak melihat keberadaan Rian dan Kevin di sana. "Terus mereka kemana?" Tanya Alvaro dingin.

"Nyari domba kali," ucap Ibran sambil mengangkat kedua bahunya acuh.

Alvaro berjalan mendekati Ibran lalu ia menepuk pundak laki-laki itu. "Bersihin," perintah Alvaro lembut tapi tegas. Alvaro melangkah meninggalkan Ibran di sana.

"Aing juga yang bersihin," gerutu Ibran lalu ia membereskan piring kotor yang bergeletakan di atas meja. Kemudian ia mulai mencucinya dengan bersih. Beberapa menit kemudian setelah selesai mencuci piring Ibran segera mengambil gitar karena ini waktu yang tepat. Sebelum memulai memetik gitar Ibran menoleh ke kanan dan ke kiri tampak nya aman tidak ada Rian maupun Kevin di sekitaran sini. Ibran menahan nafas lalu membuangnya dengan perlahan dan memulai memetik gitar.

Di dalam sana Alvaro dan Senna tengah duduk di sofa. Alvaro tertawa pelan sambil mengacak rambut Senna. Kekasihnya ini memang sangat menggemaskan. "Lucu banget pacar siapa sih?"

"Pacarnya Jungkook," jawab Senna. Membuat Alvaro mengerucutkan bibirnya lalu memalingkan wajahnya.

"Ngambek?" Tanya Senna meledek.

Alvaro melirik lalu tersenyum. "Enggak lah, yang terpenting kamu cuma milik Alvaro Maldini Siregar."

Alvaro membuka roti dan susu stroberi kesukaan Senna. Kemudian memberikan keduanya pada gadis itu. Namun Senna malah menggelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya rapat-rapat. Alvaro mengerutkan dahinya menatap tanya. Lalu Senna meraih roti dan susu lalu meletakkannya di atas meja.

"Kenapa di taro?" Tanya Alvaro. "Kamu belum makan apa-apa sayang," lanjutnya khawatir.

"Aku mau nasi goreng," rengek Senna manja.

"Yaudah iya sayang, ayo kita cari penjual nasi goreng," ucap Alvaro lalu keduanya bangkit dari sofa.

"Halah sia boy, sayang-sayangan," saut Kevin entah dari mana munculnya. Senna langsung menatap sinis pada laki-laki itu.

"Nyaut aja lo," sentak Senna.

"Udah enggak apa-apa," ucap Alvaro lembut lalu mereka melangkah.

"SEKALIAN YA DOK, SAYA JUGA MASIH LAPER," teriak Kevin di dalam sana.

Senna dan Alvaro tengah berjalan kaki dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain. Malam ini terasa sangat sejuk membuat Senna merasa kedinginan. Alvaro menghentikan langkahnya kemudian membuka Hoodie lalu memberikannya pada gadis itu. Dengan senang hati Senna menerima dan langsung memakai Hoodie tersebut. Setelah itu mereka kembali berjalan.

Butterfly (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang