30. Big Problem 📸

2K 74 2
                                    

Sebelum libur semester benar-benar usai, Brisella dan Aarav menyempatkan diri untuk kencan dan liburan ke Bali untuk ajang jalan-jalan berdua. Pelan-pelan mereka mulai mewujudkan satu persatu resolusi hubungan indah seperti yang dibayangkan selama ini.

Baik Aarav maupun Brisella sama-sama bahagia, keduanya menikmati banyak sekali aktivitas selagi di sana. Menginap di vila yang asri, pergi ke pantai dan bermain selancar, juga makan makanan enak khas daerah tersebut dan mencoba berbagai jenis kuliner lainnya.

Seperti inilah maksud hubungan yang Brisella inginkan selama ini. Dan Aarav membantu mewujudkan keinginan kekasih hatinya tersebut.

Seolah belum puas pada momen berduaan yang sudah dilakukan, Brisella masih merasa kurang akan interaksi antara dirinya dan Aarav. Brisella selalu ingin berdua dengan pria itu ke mana pun. Termasuk pergi ke kafe yang baru buka di dekat apartemen untuk menikmati donat madu dan teh melati khas dari kafe tersebut.

Tentu saja Aarav menyanggupi. Dia mengantar Brisella ke sana dan sekali lagi menghabiskan waktu bersama pacarnya meski ada banyak hal dan pekerjaan yang harus dilakukan.

"Aku mau coba donat madu dan tiramissu yang ada di kafe itu!" ucap Brisella antusias. Gadis itu menggandeng lengan kokoh Aarav dan berjalan bersisian untuk masuk dalam antrian ke dalam kafe begitu pintu terbuka. "Kamu mau pesen menu apa, Sayang?" lanjut Brisella lagi, menanyai menu manis apa yang Aarav ingin makan pagi ini.

Pria berkemeja abu-abu tersebut tampak menimbang dengan gestur mengelus dagunya yang terdapat janggut-janggut halus. "Bagaimana kalau... kamu?"

"Hah?"

"Karena yang manis hanya kamu, jadi saya mau pesan kamu saja boleh?" Pria itu tersenyum manis seraya menggoda Brisella yang salah tingkah di sampingnya. Gadis itu membuang muka kemudian menggoyang-goyangkan lengan Aarav dengan gemas.

"Ihhh... apa dehhh, pinter banget kalau ngerayu," balasnya salting. "Tapi aku kan bukan kue atau donat."

"But you are my dessert tonight." Aarav menurunkan kepalanya untuk mengecup pipi kanan Brisella setelah mengucap kalimat tersebut, dan Brisella hanya bisa mematung di tempat tak kuat menahan degub jantungnya.

Mampus kau Bri, mau kayang kan kids? 😏

Brisella langsung melepas gandengan tangannya dan lari ke tengah parkiran. Aarav hanya dapat merespon hal tersebut dengan gelakan sebab tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa Brisella akan lari sambil melompat-lompat seperti cacing kepanasan. Hal itu pula disaksikan oleh beberapa pengunjung lain dan mereka reflek mengetawai gadis itu yang bertingkah aneh.

"Hey, Sweety ayo masuk ke dalam," ajak Aarav begitu antrian sudah tidak begitu mengular. Sementara Brisella langsung berhenti berlari-lari seperti orang gila dan menghampiri Aarav untuk masuk ke kafe itu dalam raut yang masih semringah malu.

"Kamu kenapa lari?"

"Salting brutal," jawab Brisella jujur.

"Habis dari sini kita pulang dan saya akan cium kamu secara brutal."

"Can you stop that! Aku nggak kuat," peringat Brisella dramatis. "Aku bisa pingsan dan dibawa ke IGD rumah sakit karena jadi korban kesaltingan godaan kamu yang mematikan jiwaku itu."

"Okay, enough. Ayo masuk," kata pria itu lalu menyambut bahu gadis itu untuk dirangkul. Begitu keduanya melangkah melewati pintu untuk ke dalam kafe dan memesan beberapa kudapan pada pelayan kasir, baik Brisella maupun Aarav sama-sama membulatkan mata saat menjumpai orang yang sedang menjadi kasir di sana.

"Brisella? Pak Aarav?"

Brisella segera melepas rangkulan lengan Aarav yang melingkari bahunya begitu bertemu dengan Fasha sebagai kasir di kafe baru tersebut. Memasang wajah tak enak, Brisella langsung membuang muka tidak ingin menatap kedua mata mantan sahabatnya yang penuh pertanyaan itu.

Hey, BriselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang