20. Remember the Taste 💋

3.7K 148 6
                                    

Brisella tidak tahu jika efek dari kejadian beberapa hari lalu sungguh mempengaruhinya. Kini, meski tubuhnya berada di ruang kelas dan dia sedang menjalani hari sebagai seorang mahasiswa, tetapi fokusnya melanglang buana memikirkan pria yang tengah menjelaskan materi di depan sana ke arah yang seharusnya tidak pantas untuk dipikirkan.

Brisella mengerjabkan mata sembari terus menatap pria yang tingginya seperti tiang listrik itu sedang berceloteh mengenai materi yang saat ini tengah dijabarkan. Janggut-janggut halus yang tumbuh di dagu dan rahang pria itu sungguh tidak pernah Brisella perhatikan sebelumnya, namun kini semua yang dia lihat nampak sangat menarik dan seksi. Belum lagi lengan kemeja pria itu digulung sebatas siku, benar-benar menambah fokus Brisella lari ke mana saja.

Bayangan mengenai bibir hangat nan lembut Aarav yang mengecup paha dan nyaris menyentuh organ intimnya benar-benar membuat Brisella sekarang seperti mau gila. Dia tidak pernah membayangkan jika Aarav berani melakukan itu dan justru membuat Brisella sangat penasaran kali ini.

"Bri?"

Masih sibuk dalam lamunannya sendiri, Brisella menopang pipi kanan dengan telapak tangannya dan tidak mendengar panggilan itu. Kedua matanya fokus menatap Aarav yang berdiri di depan sana dengan pesonanya yang sungguh sensual dan memabukkan. Brisella sungguh ingin tahu, apa yang ingin Aarav lakukan saat mereka berdua kemarin sempat berkonfrontasi. Membaca pikiran pria 40 tahun itu sangat sulit, Brisella juga bukan tipe yang mudah peka, lalu bagaimana?

"Brisella apa kamu mendengar saya?" tanya Aarav dengan nada lantang saat sudah berhenti tepat di depan gadis itu yang masih memberi tatapan lekat, saat kesadarannya mulai kembali, Brisella mengerjab dengan cepat dan mulai kebingungan saat semua orang di kelas menaruh tatapan padanya. Dia celingukan seperti orang bodoh yang membuat semua orang menunggu jawaban.

"Bri, apa kamu melamun?" tanya Aarav.

"Bapak ganteng!" celetuk Brisella tiba-tiba, yang menimbulkan tawa dari semua orang di dalam kelas. Gadis itu mendadak tergagap setelah mulutnya yang asbun itu asal jeplak saja. Terlebih semuanya tahu Brisella tidak menyukai Aarav, tetapi mulutnya justru memberikan pujian frontal tanpa banyak berpikir.

"Maaf saya kurang fokus."

Pria itu menghela nafas, kemudian menggaruk sedikit pelipisnya dan menatap lekat gadis itu. "Saya menjelaskan sudah lantang sekali dan kamu masih tidak fokus?"

Brisella reflek mengangguk, dan hal itu membuat seluruh mahasiswa satu jurusan dengannya di dalam kelas langsung menggumam kesal. Karena jika satu saja ada yang tidak memerhatikan, kelas dan materi akan terus diulang maka hal itu sangat membebani yang lain. Semua anak-anak yang ada di dalam kelas mengharapkan waktu 90 menit mereka berarti dan cepat usai. Tetapi karena Brisella, maka semuanya yakin materi itu akan terus berlanjut dan mereka sudah bosan duluan.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Aarav pada gadis itu.

Sementara Brisella balik menatapnya dan malah menjawab dalam hati. "You. I think about you since two days ago."

Namun bibirnya masih terkatup rapat, bebepa detik setelah itu dia menunduk dan meminta maaf sebab tidak memerhatikan materi yang diberikan. "Maafkan saya, Pak. Saya agak pusing sedikit."

Pria itu menarik nafas pelan, kemudian kembali ke mejanya dan menjelaskan lagi materi itu tanpa marah seperi biasanya. "Baiklah, saya akan menjelaskan ulang apa itu sosiologi literatur. Kamu dengarkan saya. Yang lain juga. Setelah kelas dengan materi ini selesai, saya akan berikan tugas."

Semua mahasiswa dalam kelas itu menggumam tidak percaya. Apa ini? Aarav tidak membentak dan tidak marah? Lalu apa tadi? Dia menjelaskan kembali materi yang membuat ngantuk itu demi... Brisella?

Hey, BriselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang