Spesial Part 🫶

2.8K 127 6
                                    

Menghadapi kebiasaan masing-masing yang bertolak belakang, membuat Brisella dan Aarav lagi-lagi harus banyak saling bertoleransi mengenai banyak hal. Seperti saat ini di mana Brisella sedang mengandung anak pertamanya setelah tujuh bulan menikah dengan pria itu.

Memasuki trimester pertama dan suasana hatinya sering berubah-ubah, membuat perempuan itu menjadi semakin rewel. Dia jadi banyak menangis, mendumal, marah dan meminta hal yang tidak-tidak. Atau jika rasa bosan melanda, Brisella akan terang-terangan mengajak Aarav berdebat.

Pria itu selalu berusaha untuk sabar sebab yang dikandung perempuan itu adalah darah dagingnya. Tidak hamil saja tingkah Brisella sering di luar prediksi, apalagi hamil seperti sekarang. Kadang Aarav merasa dia seperti menikahi anak ajaib yang sifat dan kepribadiannya bisa berubah dalam sekejab mata.

"Aku mual, tapi aku mau minum bajigur!" rengek perempuan itu yang sedang berbaring di sofa ruang tengah rumah. Semenjak menikah, Brisella mengikuti Aarav untuk menetap di Bali dan turut mengurus usaha rental vespa yang saat ini cukup sukses untuk membiayai hidup keduanya.

Aarav tadi meminta izin untuk keluar ke area depan rumah karena dia pusing, sejak tadi Brisella merengek dan terus menangis.

Pria itu mengisap asap rokok yang terselip di jarinya sambil menenangkan pikiran. Hanya sebentar sebelum dia kembali menghadapi istrinya yang sedang hamil muda itu.

"Mas Aarav, where are you? Kamu ninggalin aku ya! Kamu pasti udah nggak sayang sama aku kan! Kamu kok gitu sih! Aaaaa Mama Mas Aarav ninggalin aku!" pekik perempuan itu dramatis. Aarav yang mendengar itu dari luar segera memadamkan putung rokok yang masih tersisa setengah itu kemudian cepat-cepat menghampiri istrinya yang tantrum seperti bayi.

"Kenapa Sayangku?" tanya Aarav begitu sampai di hadapan istrinya yang cemberut.

Perempuan itu membuang muka, kemudian mencebik. "Mau bajigur!"

"Saya akan carikan, tunggu di rumah." Aarav hendak menuju ke dalam rumah untuk mengambil kunci motor, tetapi Brisella langsung bangkit dari kursi dan menghadang suaminya itu.

"No no," kata Brisella seraya menggeleng. "Aku mual."

"Lalu kamu maunya apa?" tanya Aarav frustrasi.

"Mau bajigur lah, pake nanya si bandot tua ini."

"Astaga," ucap Aarav dengan nada putus asa. "Ya Tuhan, beri saya kesabaran setebal tembok China untuk menghadapi istri saya ini."

"Doanya gitu ya, kayak aku beban banget gitu," balas Brisella sebal. "Aku cuma minta bajigur, nggak usah segala berdoa ke Tuhan kayak kamu lagi menghadapi jelmaan iblis."

Memang, batin Aarav dalam hati. Menarik nafas setelah frustrasi dan tak diberi waktu untuk melakukan sesuatu Aarav pada akhirnya pasrah saja. Terserah istrinya yang rewel dan menyebalkan itu.

"Ini bawaan bayi. Kamu harus maklum. Aku pengen minum bajigur yang manis dan hangat itu. Tapi juga mual. Terus aku harus gimana?" tanya perempuan itu polos.

"Baiknya gimana kalau saya nggak boleh beli di luar?" Pria itu bersidekap kemudian meminta pendapat istrinya agar dia lebih leluasa. Mengidam minta bajigur tapi tidak boleh beli karena mual itu bagaimana konsepnya?

"Kamu mau bikin? Kalau bikinan kamu aku yakin nggak bakal mual."

"Baik, ayo bikin. Janji jangan rewel."

Brisella segera mengangguk kemudian memberi gestur hormat kepada suaminya. Sebenarnya Brisella juga tidak mau membuat lelaki itu pusing, hanya saja hormon ketika hamil memang sedahsyat itu. Dia juga kadang bingung sendiri.

"Mari kita lihat di kulkas ada bahan apa." Aarav membuka lemari pendingin dan memeriksa bahan apa saja yang diperlukan untuk membuat minuman tradisonal tersebut. Setahu Aarav, bajigur adalah santan yang direbus dengan gula merah dan diberi daun pandan sebagai tambahan aroma. Dia bisa membuatnya dengan sekejab mata jika bahan yang diperlukan siap sedia.

Hey, BriselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang