33. Mr. Poets Man ✍️

1.8K 118 7
                                    

4 tahun kemudian...

"Paps, I need to hurry, now!"

Brisella memang bukan tipe manusia morning person, kebiasannya sejak kecil terbawa hingga usianya 24 tahun seperti sekarang untuk bangun siang. Jam analog yang tertempel di dinding ruang tamu apartemen papanya menunjukkan pukul 08.29 yang mana sudah nyaris menjelang siang.

"Sweety, it's Sunday. You better stay at home and watch some movie with me," balas papanya setelah menyiapkan sarapan di atas meja makan.

"Seandainya aku bisa," keluh Brisella ketika buru-buru memakai sepatu dan merengut sedih di depan sang papa. "Ada acara sama Brave and care to Read community. Hari Minggu ini semua orang libur dari aktivitas utama mereka, jadi kita cuma bisa meeting hari ini."

"Memangnya acara apa?" tanya papanya saat menuangkan sirup mapel ke atas panekuk hangat yang baru saja dia letakkan ke piring.

Brisella buru-buru mengunyah panekuk buatan papanya tersebut untuk menjelaskan pertemuan yang komunitas adakan hari ini. "So, there is someone who very-very famous, I mean he's writer--" Mengucap kalimat itu dalam mulut penuh makanan membuat sang papa terdistraksi, pria itu tertawa kemudian menuang segelas air dan memberikannya pada putrinya itu.

"Slow down, Sweety. Kunyah dulu, makan yang banyak. Bereskan sarapan kamu baru jelaskan."

"Hmm Oh my Goodness, Paps, pancake ini enak banget!" puji Brisella dengan dramatis. "I wish I could do better to make this delicious meal like you."

"Cukup nikmati hidup kamu sekarang. Makan yang banyak." Papanya memerhatikan Brisella makan dengan lahap dan sesekali menyeruput kopi di cangkir untuk menemani sarapan pagi yang damai.

Sudah empat tahun belakangan Brata menemani anak gadisnya yang kini beranjak dewasa. Brisella sudah menyelesaikan study di salah satu universitas swasta di Singapura dengan baik. Dia belajar sangat keras, ikut les dan berbagai organisasi untuk menyibukkan diri dan melupakan masalah yang membuatnya marah.

Semua hasil kerja kerasnya, semata karena dia tidak ingin disetir lagi oleh ibunya, meski tentu hal itu tidak serta merta diterima. Marini masih berusaha menjangkau dan ingin Brisella mendengarkannya lagi dan menurut seperti dulu.

Meski tidak menerima predikat Cumlaude, juga tidak mendapat IPK yang terlampau tinggi, tetapi sudah lulus dari universitasnya dan bisa menjalani sesuatu yang gadis itu suka tanpa larangan adalah sebuah pencapaian. Kini Brisella aktif di berbagai organisasi menulis dan membaca.

Dia bahkan menjadi wakil manager komunitas Brave and Care to read yang sudah berjalan nyaris tiga tahun. Berkat komunitas pengenalan mengenai pentingnya literasi itu membuat Brisella menjadi hidup, melupakan trauma ditinggal oleh orang yang dia sayangi, dan bisa berinteraksi dengan banyak orang.

Gadis itu kini tidak sendirian, dia memiliki teman, rekan kerja dan banyak kenalan dari berbagai latar belakang.

"So tell me, agenda hari ini apa? Nanti Papa akan jemput kamu kalau seluruh kegiatan hari ini selesai."

"Aku ada meeting sama acara seminar gitu dari salah satu penerbit terkenal dan mereka adain acara meet and greet sama penulisnya. Bukunya jadi best seller dan terjual puluhan ribu eksemplar. Jadi hari ini aku dan beberapa staff dari komunitas mau datang ke sana, penulis itu yang jadi bintang tamu dan pembicaranya. Ada sesi tanda tangan juga dan bedah buku," jelas Brisella setelah menyelesaikan sarapannya.

"Good, kamu sangat produktif sampai nggak ada hari libur. Boleh Papa tau kapan kamu punya waktu untuk liburan? Papa juga pengen jalan-jalan sama kamu."

Hey, BriselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang