Udah seminggu aja nih dari update terakhir
Masih setia nunggu kan kalian?
Langsung aja yuk
Happy Reading ❤️
🍁🍁🍁
Lagu pop era delapan puluhan menggema dalam mobil yang kami tumpangi. Amma memejamkan mata di jok belakang, menikmati lagu-lagu favoritnya. Mungkin Amma lelah, biasa jam segini beliau sudah beristirahat di kamarnya.
Kak Shaka fokus mengemudi. Tampak masih segar mungkin karena kopi yang diminumnya tadi. Jalanan terlihat lengang karena sudah jam sebelas malam. Aska mengendarai motornya sendiri, berada di depan kami. Jaketnya berkibar, pasti karena resletingnya dibiarkan terbuka. Jika Amma tahu, pasti sekarang juga Aska akan ditelepon, ditegur karena tidak memakai jaket dengan benar.
Amma begitu penyayang, tidak hanya pada dua putranya sendiri, tapi padaku juga. Ah, dan juga pada Kak Difa.
Aku mengingat lagi waktu kami berpamitan pada Kak Difa tadi. Amma memeluk Kak Difa dengan hangat. "Sukses ya Nak kafe barunya," ujar Amma tulus. Mata beliau berkaca-kaca. Terlihat jelas betapa Amma menyayangi mantan kekasih putranya itu.
"Makasih banyak, Ma!" Kak Difa menitikkan air mata. "Mama sama Papa aja belum support Difa buat lakuin ini. Tapi Amma nggak hentinya mendukung. Amma yang bikin Difa percaya diri untuk buka kafe ini. Difa sangat-sangat berterimakasih, Ma!"
"Nggak ada yang Amma bisa lakukan selain ngasih kamu semangat dan doa, Nak. Kamu bisa sampai disini karena kerja keras kamu sendiri, jadi harus percaya diri." Amma bertutur bangga.
Bolehkah aku merasa iri melihat Kak Difa begitu disayang Amma? Aku merasa kepalaku diusap pelan. Di tengah fokusnya mengemudi, Kak Shaka lagi-lagi menunjukkan perhatiannya. Dia menoleh dengan senyum menenangkan seolah tahu apa yang sedang kupikirkan.
Aku juga teringat kejadian ketika Kak Difa tak henti mengawasiku dan Kak Shaka dari counter tempatnya berdiri. Kak Shaka juga tak segan menunjukkan perhatian padaku, memberi sentuhan kecil dan tatapan hangat yang mungkin bisa menjelaskan hubungan kami.
Kak Shaka seperti tak peduli Amma yang berada disampingku akan tahu. Beruntung Amma sibuk memberi ceramah pada Aska sehingga tidak terlalu memerhatikan kami.
Tapi Kak Difa, mata jernihnya memerhatikan kami dengan detail dan aku yakin dia sudah menyimpulkan sendiri. Sepertinya kesimpulan itu benar. Jelas sekali sikap lembutnya menghilang entah kemana ketika berbicara denganku.
Mungkin memang sudah waktunya Kak Difa tahu agar dia berhenti mendekati Kak Shaka melalui Amma. Tapi akankah dia berhenti? Entahlah, aku tak ingin memikirkannya.
"Langsung tidur ya, Cil. Jangan mikirin sesuatu yang nggak perlu dipikirin," ucap Kak Shaka penuh arti saat kami sampai di depan rumah. Amma sudah turun lebih dulu untuk membuka pagar.
Namun aku tentu tak bisa langsung tidur. Melihat langit-langit kamar, rasa cemburu muncul lagi saat terngiang semua ucapan Amma yang membanggakan dan menyayangi Kak Difa.
Baru setelah kubaca pesan dari Kak Shaka, aku bisa lebih tenang dan memejamkan mata. Pesan yang manis, hingga aku tersenyum dan sedikit melupakan kegelisahan yang kurasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Things About Renala [END]✔️
Teen Fiction🐼RORA X HAECHAN🐻 ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!! DOSA!!! Renala Sabitha: Memang benar hadirnya aku adalah sebuah kesalahan. Tapi aku sama tak berdosanya sepertimu. Arshaka Argantara: Bagaimana bisa seseorang yang tak merasakan kasih sayang penuh bisa menci...