TIGA PULUH TIGA

59 6 14
                                    

Rei memeluk tubuh Wonyoung yang sedang memboncengnya dengan motor. Rei akan mengantar Wonyoung mampir ke kampus, lalu mereka akan jalan-jalan berdua.

Girl's time!

Untuk Heeseung dan Sunghoon, biarkan dua lelaki itu mengobrol dengan tiga anak kura-kura yang baru dibeli Sunghoon di kontrakan.

Rasanya, sudah lama sekali Rei tidak merasakan perasaan lega seperti ini. Semangatnya meletup-letup di dada.

Berbekal kartu berisi sejumlah uang hasil kerja keras dirinya dan Heeseung selama bertahun-tahun yang selalu ditabung.

Niatnya untuk sekolah anak dan untuk masa tua. Tetapi, menghamburkan sedikit di masa sekarang, tidak masalah 'kan?

Anaknya tiada, dan masa tua tidak ada yang tahu soal itu.

Wonyoung bilang, mereka akan jalan-jalan ke mall xan sedikit berbelanja mungkin. Setelah urusan di kampus perempuan itu selesai.

Sudah lewat satu bulan semenjak kedatangan keduanya ke Jogja. Belum banyak yang dikunjungi Rei dan suaminya itu. Tetapi, cukup untuk mempererat hubungan mereka, lagi.

Wonyoung memarkirkan motornya di tempat yang disediakan. Meminta Rei menunggu sebentar di gazebo yang ada di parkiran agar teduh.

Rei menunggu dengan sabar, duduk serta memerhatikan sekelilingnya.

Jalanan ramai, kiri-kanan jalan raya dihiasi bangunan-bangunan dengan desain berbeda-beda. Atensi Rei dicuri salah satu bangunan di ujung gedung kampus tempat Wonyoung belajar.

Sebuah gereja.

Sudah berapa lama Rei tidak menginjakkan kakinya ke tempat Tuhan itu? Pasti sangat lama.

Sekiranya, sejak mendapat pengakuan dari Heeseung. Rei tidak pernah lagi datang ke rumah ibadah, lebih tepatnya tidak pernah keluar rumah.

Dan, Rei merasa sangat berdosa.

Maka, setelah melihat pesan yang dikirim Wonyoung berupa permintaan maaf akan agak lama, Wonyoung meminta Rei menunggu di kafe terdekat dan akan menyusul dalam 1 setengah jam, kemungkinan.

Akan tetapi Rei tidak berminat pergi ke kafe, perempuan itu ingin ke gereja saja. Dengan gerakan natural, merapihkan penampilannya.

Ketika mulai memasuki pelataran rumah ibadah, Rei merasakan perasaan itu lagi. Perasaan diawasi yang membuat Rei semakin berani untuk melangkah.

Entah mungkin sebatas perasaan Rei, atau betulan ada yang memantaunya sejak dahulu. Rei pikir, orang itu tidak berniat buruk. Karena sudah bertahun-tahun dan Rei tetap baik-baik saja.

Siapapun orang itu, Rei ingin berterima kasih jika perlu. Karenanya, Rei tahu dia tidak akan pernah benar-benar sendirian.

Rei masuk semakin dalam ke rumah ibadah itu, duduk di bangku paling depan. Menatap lama tanda salib di atas sana.

Kemudian mulai menunduk, menyesali tingkah lakunya yang melupakan Tuhan setelah disakiti salah satu makhluknya.

Kenapa harus Tuhan yang dia jauhi? Dan menempatkan diri tetap di dekat orang yang melukainya begitu dalam?

Rei bodoh? Memang.

Rei kembali mengingat momen-momen kebersamaannya bersama Heeseung. Sudah 10 tahun lewat. Dan Rei perlu mengakui analisa Wonyoung benar adanya.

Rei masih punya sedikit rasa cinta, namun lebih besar perasaan tidak akan sanggup jika harus memulainya dengan orang lain dari nol.

Rei telah menghabiskan hampir separuh hidupnya dengan Heeseung. Hanya berfokus pada Heeseung. Dan itu sangat melelahkan.

Dari Titik Nol | Rei × Heeseung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang