Chapter 29

233 22 6
                                    

Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah

بسم الله الرحمن الرحيم

°°°

ااَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ.

Jangan lupa vote and komen 💙

Happy reading📖

*****

Rafka menatap Aisyah yang sudah terbaring lemah. Matanya memanas melihat keadaan adek kecilnya itu.

"Dek, bangun abang ada disini temani Ais," air matanya turun bersamaan dengan isak tangis yang tidak bisa ia tahan lagi. Tangannya terangkat mengelus lembut kepala Aisyah yang masih tertutupi hijab putihnya. Tangannya beralih meraih jemari lentik Aisyah dan menggenggamnya dengan penuh kasih sayang. "Dek, ayo bangun ... kamu baru saja nikah loh bahkan pakaian kamu juga masih memakai pakaian indah ini, kamu gak merasa gerah?" Rafka terus saja mengoceh mengajak Aisyah yang masih tidak sadarkan diri.

"Nak Rafka, bisa jelaskan pada umi ini ada apa? Kenapa Aisyah bisa tidak sadarkan diri seperti ini?" tanya Fatimah lembut menyentuh pundak Rafka. Rafka beralih menatap umi Fatimah yang menatapnya dengan lembut. Segera ia hapus air matanya dan berjalan keluar agar mereka mengikutinya. Dia akan menceritakan semua kisah Aisyah dan trauma yang susah payah untuk ia lupakan.

Setelah semuanya keluar, Ali berjalan mendekat ranjang Aisyah dan mendaratkan kecupan hangat di kening Aisyah dengan lama, "Humaira, cepatlah sadar." Ali menarik diri mengelus pipi Aisyah dengan pelan lalu berjalan keluar menemui keluarganya.

Semua sudah berkumpul kecuali Abi Ibrahim. Setelah kejadian tadi, Ibrahim pergi menyusul seseorang yang baru saja Rafka hajar, bukan untuk apa-apa hanya saja sebagai tanggung jawabnya atas kejadian di acara putranya.

Semua mata menatap ke arah Rafka menunggu Rafka untuk bercerita. Untuk Aisyah, dia tidak di tinggalkan sendiri ada Aira yang menemaninya di dalam kamar serta membantu Aisyah untuk mengganti pakaiannya agar bisa lebih muda bernapas dan tidak kepanasan.

Rafka menunduk, sebelum ia memulai ia menatap satu persatu orang yang ada di depannya. "Ini semua trauma Aisyah. Dan trauma itu disebabkan oleh lelaki tadi, teman Ali." ucap Rafka menatap Ali. Ali yang ditatap seperti itu terdiam, ingatannya kembali pada cerita Rehan yang dulu curhat kepadanya, dan ia baru mengetahui bahwa cewek yang Rehan maksud adalah istrinya Aisyah. Tangannya mengepal mencoba untuk menahan emosi yang bisa saja meledak. Ali memejamkan matanya dan beristighfar untuk bisa lebih tenang.

"Saat itu Aisyah masih berumur 12 tahun. Waktu itu om sama tante Sintia membawa Aisyah bermain ke pasar malam. Karna Aisyah suka sekali pasar malam. Namun sewaktu om sama tante antri mengambil kartu, Aisyah menghilang ....

#Flashback

"Mamah, masih lama kah? Ais sudah gak sabar naik itu," tunjuk Aisyah pada Bianglala yang tidak di depannya. "Ais pengen pas di atas nanti melihat kota malam hari, pasti sangat indah." lanjut Aisyah membayangkan.

"Iya sayang, bentar yah kita nunggu antrian dulu." ucap Sintia memberi pengertian. "Pah, coba ke depan dulu mana tau papah bisa dapat kartunya lebih dulu. Ini sudah hampir tengah malam." ujar Sintia meminta suaminya menerobos ke depan.

Disaat itulah, disaat keduanya lengah memikirkan kartu Aisyah pergi karena melihat sesuatu yang lebih menarik.

"PAH! Ais mana pah?" tanya Sintia panik melihat ke sekelilingnya.

Disisi lain...

"Orang yang tadi mana yah?" gumam Aisyah melihat ke sekeliling, tiba-tiba ia tersadar bahwa ia sudah jauh dari keluarganya. Di keramaian para pengunjung di pasar malam membuat Aisyah kebingungan mencari kedua orang tuanya. Larut dalam lamunannya langkahnya malah membawa Asiyah bertemu dengan seorang lelaki dewasa yang terlihat dalam keadaan mabuk. Lelaki itu menarik Aisyah dan membawanya ke tempat yang begitu sepi. Asiyah berteriak memanggil kedua orang tuanya dan meminta tolong. Lelaki di depannya semakin gila saat lelaki itu memegang sebuah pisau yang begitu tajam, Aisyah berjalan mundur mencari celah untuk kabur.

"Ais mohon jangan lukai Ais," tangis Aisyah pilu. "TOLONG... TOLONG." Aisyah terus berteriak dengan berjalan mundur, sesekali kakinya tersandung pada meja yang ada di sana. Saat ia mencari-cari jalan untuk keluar matanya terbuka lebar melihat pisau tertancap di dinding sebelah mata kirinya beruntung tidak mengenai dirinya. Aisyah berusaha menghindari saat lelaki itu mulai meracau tidak jelas dan berjalan dengan sempoyongan. Setelah mendapatkan celah untuk kabur, Aisyah mendorong lelaki di depannya dengan tongkat yang ia dapat lalu berlari dengan sekuat tenaganya. Begitu berhasil keluar, Aisyah merasa lega dan bisa bernapas dengan tenang. "Mah ... Pah ... Kalian dimana?" gumam Aisyah menahan tangis, hingga akhirnya ia menemukan seorang ibu-ibu dan membawanya menuju pasar malam bertemu orang tuanya."

Semua orang tertegun mendengar cerita Rafka. Aisyah yang masih berumur 12 tahun sudah diberi ujian seperti itu. Berbeda dengan Ali, ia tidak tahu cerita ini, Rehan tidak pernah menceritakan ini.

"Itu baru pertama, dan ada yang lebih parah dari itu, dan orang yang sama juga." lanjut Rafka siap kembali untuk bercerita. Aisyah saat itu sudah  berumur 15 tahun. Pikirannya memang masih ke kekanak-kanakannya karna om dan tante Sintia memanjakannya. Disaat om dan tante belum pulang dari kantor, Aisyah nekat keluar untuk membeli cemilan di minimarket.

#Flasback

"Kok sepi bangat yah," Aisyah bergumam seraya memeluk dirinya sendiri dan menatap ke sekitar. Namun karna kemauannya tidak bisa diganggu gugat, Aisyah terus melanjutkan langkahnya menuju minimarket.

Langkah nya terhenti melihat lelaki yang sama 3 tahun yang lalu, merasa takut Aisyah berbalik dan ingin bersembunyi. Namun, ia kalah cepat, lelaki itu membawa Aisyah paksa ke tempat yang begitu gelap.

"Sampai disitu kami tidak tahu apa-apa lagi karena om dan tante menemukan Aisyah dengan keadaan kacau serta pakaian yang sudah robek, bahkan Aisyah tidak bisa berkata-kata ia terus saja menatap ke depan. Tapi kita percaya seratus persen bahwa lelaki itu belum sampai menyentuh Aisyah lebih dalam karna sudah ketahuan warga lebih dulu." ucap Rafka menjelaskan secara detail dan penuh keyakinan di akhir kalimatnya.

"Le, kamu tahu tentang hal itu?" tanya Fatimah dengan bibir bergetar."

Ali mengangguk kepalanya, "Rehan cerita ke Ali tentang itu, tapi dia tidak pernah cerita tentang kejadian yang pertama tadi. Bahkan Ali gak tau kalo ternyata yang dia ceritakan adalah istri Ali." ucap Ali meneteskan air matanya. Mengingat istrinya Aisyah, Ali segera beranjak dari sana dan berjalan menuju kamarnya untuk melihat keadaan Aisyah sekarang.

Setelah pintu terbuka, ia dapat melihat Aisyah yang sudah sadar dengan wajah yang masih terlihat pucat. Ali segera berlari dan memeluk Aisyah dengan erat. Aisyah sendiri terkejut dengan perilaku tiba-tiba Ali, namun mendengar isak tangis dan air mata yang jatuh mengenai bahunya Aisyah membalas pelukan Ali dan mengusap punggung Ali dengan lembut untuk menenangkan.

Alhamdulillah part baru! Next?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah part baru!
Next?

Kamu Pilihanku [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang