Chapter 24

225 22 16
                                    

Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah

بسم الله الرحمن الرحيم

°°°

ااَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ.

Jangan lupa vote and komen 💙

Happy reading📖

*****


Dini hari aisyah terbangun lebih dulu, ia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 02.55 am. Yang artinya sebentar lagi pukul 03.00 am. Mengingat dirinya yang masih berada di rumah, Aisyah bangkit dengan perlahan untuk membersihkan diri dan membangunkan suaminya menunaikan ibadah sholat tahajjud seperti biasanya. Kakinya sudah lumayan membaik dan sudah bisa berjalan, paling ia cuma merasa nyeri sedikit saat berjalan.

Setelah menyelesaikan ritualnya, Aisyah berjalan menuju lemari menyiapkan pakaian yang akan Ali pakai nanti. Begitu mengambil pakaian yang ia rasa cocok, Aisyah meletakkannya di atas kasur menunggu Ali keluar dari kamar mandi. Sejak kapan Ali ke kamar mandi? Jawabannya disaat Aisyah sedang memilih pakaian yang Ali pakai disitulah Ali terbangun dan segera menuju kamar mandi.

"Kak, nanti sore aku sama Aira mau keluar bareng, diizinin gak?" tanya Aisyah seraya memasukkan buku yang akan dia bawa ke kelas.

Ali menatap ke arah Aisyah, "Memang kaki kamu sudah bisa jalan?"

"Sudah kak, sudah mendingan dan gak terlalu sakit lagi," jawab Aisyah menggerak-gerakkan kakinya di depan Ali.

Ali mengangguk melihat kondisi kaki Aisyah yang sudah membaik. Sebelum Aisyah meminta izin, sebenarnya ia sudah berniat untuk mengajak Aisyah menemaninya mengisi ceramah. Namun, mendengar Aisyah yang begitu semangat ingin jalan-jalan bersama adiknya, ia mengurungkan niatnya tadi dan akan mengajak Aisyah lain kali ikut bersamanya.

"Pagi ini aku ngajar di kelas kamu, mau bareng gak?" tanya Ali setelah melihat jadwalnya mengajar. Aisyah mengangguk mengiyakan ajakan suaminya. Lagi pula keperluan hari ini sudah lengkap sehingga ia tidak perlu ke asrama lagi.

Keduanya berjalan beriringan menuruni anak tangga. Melihat keberadaan keluarganya yang sedang berkumpul, keduanya mendekat ikut bergabung. Tumben sekali pagi-pagi keluarganya berkumpul?

"Tuh yang diomongin sudah muncul," ujar Fajar melihat kehadiran orang yang baru mereka bahas.

"Ada apa mas?" tanya Ali penasaran. Ali mendudukkan dirinya di sofa kosong dan diikuti Aisyah di sampingnya.

"Cie turun barengan," goda Fitri seperti biasanya tersenyum menatap keduanya.

"Namanya juga suami-istri mbak, gimana sih," celetuk Aira menatap jengah. Mbak nya yang satu ini memang suka sekali menggoda orang yang ada di sekitarnya. Namun, walaupun begitu ia akan ikut sesekali mendukung mbaknya itu.

Semua tertawa melihat Aira yang jeluos, mungkin karan Zainal tidak berada disini membuat mood nya buruk.

"Iya mbak, kebetulan kak Ali ngajar di jelas Ais, jadi sekalian berangkat bareng aja," jawab Aisyah.

"Tumben kumpul, lagi bahas apa nih?" Ali menatap semua yang ada disana dengan penuh pertanyaan.

Ibrahim menatap Fatimah untuk menjelaskan apa yang mereka bahas tadi. Fatimah mengangguk lalu beralih menatap putra dan menantunya. Sebelum memulai Fatimah memberi senyuman seperti biasanya.

"Jadi gini le, tadi sebelum kalian berdua turun, kita sempat membahas acara untuk resepsi pernikahan kalian. Kata mas mu Fajar minggu depan mereka mau berangkat ke banten tinggal bersama mertuanya untuk sementara. Jadi mas mu meminta sebelum mereka kesana mereka ingin menghadiri acara kalian berdua. Gimana menurut kamu le? Kapan kalian akan melangsungkannya?" tanya Fatimah setelah menjelaskan semuanya dengan rinci. "Setahu umi kalian kemarin juga sudah membeli cincin pernikahan kalian kan?" lanjutnya bertanya.

Ali diam sejenak untuk berpikir, ia menoleh kesamping menatap Aisyah yang juga sama menatapnya. "Menurut kamu gimana?" tanya Ali.

"Aku ngikut aja gimana semestinya," jawab Aisyah seadanya.

Ali beralih menatap kedua orang tuanya. "Kalo Ali minta pendapatnya abi, gimana menurut abi?" tanya Ali meminta pendapat.

"Menurut abi, kita percepat saja sebelum keberangkatan Fajar agar kita sekeluarga ikut menyaksikannya. Kita pakai acara sederhana saja dan cukup di pesantren ini bersama keluarga lainnya. Jika abi perkiraan kita bisa melaksanakannya 2 hari sebelum Fajar berangkat, itu berarti kita punya waktu 5 hari lagi untuk persiapan. Tapi, terlepas itu semua abi akan mendukung keputusan kamu, karena kamu lah yang akan menjalaninya." jelas Ibrahim mengeluarkan pendapatnya.

"Nah benar, Fajar setuju apa yang di bilang abi. Lima hari cukup untuk kita mempersiapkannya, apalagi ini acara resepsi dan akan mudah untuk menyiapkannya. Acara ini juga tidak membutuhkannya waktu yang lama karena kita hanya menunjukkan kalo kalian sudah menikah dan dirayakan di lingkungan pesantren." ujar Fajar menyahut.

Aisyah hanya diam mendengarkan tidak mau ikut campur walaupun ini adalah acaranya sendiri.

"Ali setuju pendapat abi," jawab Ali setelah lama berpikir, ia kembali menatap Aisyah meminta Jawaban. Setelah keduanya setuju, mereka memutuskan untuk melaksanakannya hari senin dan hanya dilakukan di lingkungan pesantren.

"Ya sudah kalo begitu Ali berangkat dulu sudah telat ini." Ali bersuara setelah semuanya sepakat. "Dek, kamu gak ke kelas?" tanya Ali menatap Aira.

"Nanti agak siangan," jawab Aira seadanya.

Merasa sudah selesai Ali dan aisyah bangkit meraih tangan Ibrahim dan Fatimah untuk di salim lalu lanjut menuju tempat Fajar dan istrinya. "Kami berangkat dulu, Assalamu'alaikum," ucap keduanya berlalu dari sana.

"MBAK AIS NANTI SORE JANGAN LUPA KITA JADI KELUAR BARENG!" teriak Aura sebelum keduanya menghilang. Aisyah mengangguk dan tersenyum menatap Aira mengerti.

"Dek, kamu ini suka sekali berteriak," ujar Fajar menatap Aira.

"Maaf mas, Aira refleks untuk mengingatkan mbak Ais. Takutnya nanti mbak Ais lupa."

"Kalian mau kemana nduk?" tanya Fatimah.

"Aira sama mbak Ais mau keluar bareng sekalian jalan-jalan dan belanja sedikit," jawab Aira.

Aira bangkit mendekat ke arah abi nya, ia akan membujuk sang abi agar mengizinkannya membawa kakak iparnya keluar. "Abi ... " Aira meraih lengan Ibrahim dan memijit nya dengan pelan.

"Apa harus ada maunya baru kamu mau pijitin lengan abi?" tanya Ibrahim menatap putrinya. Aira cengengesan mendengar sindiran itu yang nyatanya benar adanya.

"Boleh. Tapi jangan lama-lama dan jangan bawa mbak mu jalan jauh-jauh, selain kaki nya masih sakit mbak mu juga belum terlalu kenal dengan  lingkungan di sini," ujar Ibrahim menasehati.

Aira mengangguk dan bersorak gembira. Aira bangkit dan berlari menuju kamarnya, ia tidak sabar menunggu sore nanti. Ibrahim terkekeh melihat kelakuan putrinya. "Biarkan saja mereka keluar biar Aisyah sekalian melihat-lihat lingkungan luar," ujar Fatimah.

•••••

"Kamu masuk duluan saja," ujar Ali agar Aisyah masuk lebih dulu ke dalam kelas yang ternyata sudah masuk dari tadi.

Aisyah mengangguk tanpa menjawab ia pun berjalan lebih dulu meninggalkan Ali yang masih berdiam di sana.

AlhamdulillahSampai bertemu lagi di part selanjutnya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah
Sampai bertemu lagi di part selanjutnya!

Next?

Kamu Pilihanku [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang