Chapter 27

245 24 24
                                    

Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah

بسم الله الرحمن الرحيم

°°°

ااَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ.

Jangan lupa vote and komen 💙

Happy reading📖

*****


Malam yang gelap gulita telah tergantikan oleh pagi yang cerah. Disambut sang mentari pagi yang sinarnya adalah hari sejuknya udara pagi. Embun yang menetes di tepi jendela, sinar matahari yang mulai dari bangun tidurnya membuat pagi ini menjadi sempurna. Suasana pagi yang hangat dan keluarga yang hangat juga, semua telah berkumpul di meja makan untuk melaksanakan sarapan pagi bersama.

Di ruang keluarga hanya ada Umi, Rafka dan Aisyah yang tengah asik mengobrol dan bercanda bersama.

"Nak Rafka, kamu sudah berkunjung ke makam orang tuanya Aisyah?" tanya Fatimah.

Rafka menggeleng, "Belum umi, soalnya saya tidak tahu dimana om sama tante Sintia di makamkan." jawab Rafka. Rafka memanggil umi atas permintaan Fatimah, Fatimah tidak mau pilih kasih makanya ia meminta agar Rafka juga memanggil dan menganggapnya layaknya seperti ibu sendiri.

"Begitu yah ... " Fatimah menatap Aisyah dan Rafka bergantian, "Gimana nak Rafka sama Aisyah ziarah sekarang, Aisyah pasti tahu dimana pemakamannya.

Rafka menatap Aisyah, ia sedikit ragu takutnya hal itu membuat Aisyah bersedih kembali mengingat kejadian yang menimpanya. Di ke-terlamunannya Aisyah menyahut menyetujui permintaan sang umi. Ia tersenyum menatap sang abang dengan senyuman indahnya. Rafka melihatnya merasa lega, karna pikirannya ternyata salah. Tapi semudah itulah adik kecilnya ikhlas? Mengingat berapa manjanya ia sewaktu kecil Rafka merasa ragu untuk hal itu.

"Bang Rafka gak usah khawatir, nanti Ais tunjukkin jalannya," sahut Aisyah tenang.

Ketiganya kembali mengobrol membahas hal random dan dan tertawa bersama, entah hal apa yang mereka bicarakan sampai segitu nya.

Di tempat yang berbeda, Ali tengah melamun pikirannya terus tertuju pada Aisyah dan sepupu istrinya itu. Rasa cemburu menghampiri nya dan ia membenarkan itu. Dia cemburu dengan kedekatan Aisyah dengan Rafka walaupun mereka hanya saudara sepupu. Ali yang hanyut dengan pikirannya tersadar ketika seseorang menepuk bahunya, pena yang berada di tangannya pun terjatuh. Ali menatap orang yang baru saja mengagetkannya dengan datar.

"Maaf mas, Zai gak bermaksud kok. Soalnya dari tadi di panggil gak nyahut. Zai hanya mau mengingatkan sudah masuk jam kelasnya mas Ali, kalo kelamaan takut santri di kelas merasa bosan," ujar Zainal. Ali melirik jam tangannya lalu berjalan keluar begitu saja tanpa menghiraukan Zainal yang masih berada di hadapannya. Zainal yang ditinggal pun merasa bodoh amat seraya mengedikkan bahunya.

•••••

Ali mempercepat mengajarnya tidak seperti biasanya, ia ingin cepat-cepat balik ke rumah dan melihat keberadaan istrinya. Katakan saja Ali sudah berada di tahap bucin. Berarti di Ali sudah ada benih-benih cinta nih, kita tunggu respon Aisyah seperti apa.

Setelah menyelesaikan kelas mengajarnya, Ali langsung bergegas menuju rumah, ia ingin tahu kegiatan apa yang dilakukan Aisyah bersama sepupu istrinya itu.

"Loh, le kok tumben cepat sekali pulangnya?" tanya Fatimah yang melihat Ali baru saja memasuki rumah. Ali mengucap salam dan menyalami uminya seperti biasa.

Kamu Pilihanku [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang