Chapter 6

390 41 14
                                    

Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah

بسم الله الرحمن الرحيم

°°°

ااَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ.

Jangan lupa vote and komen 💙

Happy reading📖

Kehidupan mengajarimu cinta, pengalaman mengajarimu siapa yang kau cintai, dan situasi mengajarimu siapa yang mencintaimu

-Aisyah Putri Khairani-


*****

"Itu semua takdir Aisyah ... tak ada yang tau takdir Allah. Kta menikah karna kita memang berjodoh namamu dan namaku sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Aku menikahi mu dan menerima mu apa adanya karna kamu lah yang terpilih untuk menemani hari-hari ku, kita saling menguatkan dan saling melengkapi ... " potong Ali seolah tau arah pertanyaan istrinya.

"Tapi kita tidak saling mencintai atau mungkin kakak juga mencintai seseorang dan semua itu hancur karna harus menikahi ku," ucap Aisyah pelan seakan berbisik. Kepalanya menunduk menatap ke bawah dengan air mata yang siap menetes.

Tanpa Aisyah sadari perkataannya itu mempu membuat Ali diam tak berkutik, tapi sebisa mungkin Ali menguatkan hati nya dan berbicara dengan mantap.

"Menikah bukan hanya harus saling mencintai tapi untuk saling melengkapi karena cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, dan aku yakin kita pasti bisa menjalani nya."

"Ini bukalah pernikahan yang aku inginkan," batin Aisyah.

"Dan aku akan berusaha untuk melupakan nya demi seseorang yang sudah menjadi istriku," lanjut Ali membatin

"Harusnya kakak tak perlu menyetujui persyaratan papah, umi sudah cerita ke Ais," ucapnya lagi tapi tak mendapat jawaban dari sang lawan bicara.

•••••

Pesantren yang tadinya adem dan tenang, kini heboh melihat kedatangan gus mereka yang tiba-tiba datang tanpa kabar karna biasanya sebelum kedatangan nya pasti ada gosip-gosip terlebih dahulu yang mereka dapat dari orang ndalem. Dan yang lebih mengejutkan lagi, gus nya itu datang dengan membawa seorang wanita yang tak mereka kenali sama sekali.

Tidak Salah lagi, gus yang mereka maksud adalah gus Ali putra ke dua dari kyai Ibrahim pemilik pesantren Al-Fath.

Bukan tanpa alasan juga mereka terkejut melihat gus Ali membawa seorang wanita karna yang mereka tau gus Ali itu tidak pernah dekat dengan seorang wanita selain Umi dan ning Aira, bahkan ustazah Mira yang paling dekat dengan sang Umi dan ning nya itu pun tidak pernah sama sekali di oven oleh gus Ali, kecuali jika menyangkut masalah pesantren.

"Apa aku bilang benar kan gus Ali itu udah pulang, bawa istri lagi," ucap Salsa tersenyum melihat wajah cengo kedua sahabatnya itu.

"Demi apa gus Ali dah nikah?" ujar Mita.

"Baguslah gus Ali dah nikah," ucap Nisa menanggapi.

"kok bagus?" heran Mita.

"Iya bagus gus Ali dah nikah sama orang lain, jadi semua santri disini tidak akan menaruh hati ke suami orang lagi." jelas Nisa.

Mita berbalik hendak kembali ke kamarnya dengan keadaan lesu, tapi sebelum itu ia berucap. "Yah patah hati lagi dong aku."

Nisa dan Salsa yang melihat kepergian sahabatnya itu saling pandang. "Tuh kan sakit hati lagi tu anak, udah di bilangin jangan menaruh hati ke seorang gus kita itu gak selevel tapi masih aja di masukin ke hati," omel Salsa sembari menggelengkan kepala nya

"Lah kamu juga kan gitu."

"Beda lah aku tuh hanya kagum bukan berniat untuk memiliki," elaknya.

"Terserah lah," ucap Nisa mengalah, merasa jengah lalu beranjak mengejar salsa meninggalkan sahabatnya itu yang masih pokus melihat kedatangan gus Ali.

"Tapi di lihat lihat istrinya gus Ali itu masih muda banget atau wajah nya yang baby face. Benar gak Nis ... Nisa?" panggil nya merasa tak ada jawaban ia pun menoleh ke samping.

"Dasar sahabat lak*** jadi aku ngomong sendirian dong dari tadi. Astaghfirullah Sal dosa ... dosa ngomong gitu," ucapnya tersadar sambil menampar mulut nya sendiri.

Beberapa hari di Rumah Sakit membuat hubungan keduanya semakin dekat. Tentunya Aisyah lah yang selalu memulai pembicaraan.  Tidak lupa kan Aisyah adalah anak yang aktif seperti umurnya saat ini. Berbeda dengan Ali yang masih tetap ke pendirian nya yaitu diam dan bicara seadanya saja

Bukan karna ia tidak menerima kehadiran Aisyah tapi karna ia tak tau harus bagaimana mengawali nya, karna ini pertama kali nya ia berdekatan dengan seorang wanita selain umi dan adiknya.

Ali yang baru saja memasuki kamarnya dibuat terkejut karena tidak menemukan keberadaan sang istri ia pun bergegas mencari aisyah mulai dari kamar mandi, balkon, dan terakhir di ruang kerja. Benar saja Aisyah berada di sana.

Saat berbalik Aisyah terkejut melihat keberadaan Ali yang sudah berada tepat di hadapannya begitu juga dengan Ali, hanya saja Ali dapat menyembunyikan keterkejutannya dengan wajah datar seperti biasanya.

"ka- kak Al maaf Ais gak sengaja masuk ke ruangan ini, tadi Ais hanya mau ke kamar mandi," ucap Aisyah menunduk terbata saking terkejutnya bercampur rasa takut.

Ali yang melihat wajah ketakutan sang istri gemes karna lucu nya, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ali berdehem dan menganggukkan kepalanya mendengar perkataan istri nya itu. Melihat Ali tak berbicara apa pun aisyah pun beranjak pergi dari sana tapi baru beberapa langkah ia berhenti mendengar panggilan dari suami nya.

"kamu sudah makan?" tanya Ali menghampiri sang istri, Aisyah berbalik hendak menjawab tapi lagi dan lagi Ali tepat berada di depannya dan berakhir kening nya menabrak dada Ali. Tinggi Aisyah hanya sebatas dada Ali.

"Maaf kak Ais gak sengaja," ucapnya lagi tapi tidak mendapat respon sama sekali dari Ali, mungkin Ali terpukau melihat wajah sang istri secara dekat. Karna merasa risih ditatap seperti itu Aisyah kembali bersuara sehingga mengejutkan ali dari ke terdiaman nya.

"Kenapa kak?"

"Oh itu kan kamu nanya kamar mandi? kamar mandi ada di sebelah ruangan ini," ucapnya lalu beranjak dari sana meninggal kan Aisyah tanpa menunggu jawaban.

•••••

"Sampeyan kan punya rumah sendiri kenapa harus numpang makan disini sih, jatuh miskin sampeyan?" judes Aira.

"Enak aja bilang saya miskin," jawab Zainal tak terima.

"Terus ngapain numpang makan disini, sampeyan punya rumah kan?atau sampeyan diusir dari rumah?"

Zainal hendak menjawab namun terhenti ketika sang umi muncul. "Ini kenapa lagi sih Nduk. Zai mas kamu loh ndak baik bilang gitu," peringat umi.

Zainal yang mendapat pembelaan dari sang umi tentu senang memberi tatapan kemenangan ke Aira dan Aira yang melihat itu dibuat kepalang kesal sambil menatap tajam Zainal yang tengah mengolok-oloknya.

Alhamdulillah bagaimana guys dengan part ini?Semoga masih suka dengan alur nya walau masih banyak typo yang bertebaran, ingatkan Author yah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah bagaimana guys dengan part ini?
Semoga masih suka dengan alur nya walau masih banyak typo yang bertebaran, ingatkan Author yah!

See you🤍

Next?...

Kamu Pilihanku [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang