🌒🌒🌒Menangis ? ...
Tentu saja tidak, dia bahkana tidak ingat kapan terakhir kali dia menangis .
Kering sudah air matanya, mati sudah hatinya dihujam rasa kecewa dan sakit hati atas perlakukan orang yang berbaring kaku di bawah sana .
Seumur hidup di perlakukan tidak adil, tanpa di beri kasih sayang tapi di tuntut untuk sempurna membuatnya tumbuh menjadi wanita yang dingin.
Wanita itu hanya berdiri tegak dengan wajah datar didepan gundukan tanah merah pusara sang ayah ." Tenang sekali perempuan sialan ini " ucapan itu terdengar dari sisi kanannya, di mana tiga orang pamannya tengah berdiri.
" Tentu saja, karna dia bisa hidup bebas dengan banyak warisan sekarang " salah seorang pamannya menyahuti .
" Pastinya " satu pamannya lagi bahkan dengan sangat percaya diri menujukan kebencian pada keponakannya itu.
Sungguh, bahkan di tengah prosessi pemakaman pun mereka tidak bisa berhenti untuk mengata-ngatai keponakan mereka sendiri.
Seolah mereka paling tahu isi kepala dan perasaan orang lain, dengan mudah mereka mengambil kesimpulan.
Paman macam apa mereka ini ?
Sementara satu pamannya lagi, hanya menggenggam tangan si perempuan dengan erat seolah berkata " semua akan baik-baik saja.. " .
🌒🌒🌒
Pict credit by:
https://pin.it/21bzviE4Z
Nayaka Mahadewi.
Ya, itu nama dari wanita itu, seorang keponakan yang di benci oleh ke tiga orang pamannya dengan alasan yang tidak masuk akal.Ketiga pamannya itu semula hanya membenci ayah dari Nayaka, tetapi lama-kelamaan kebencian itu ternyata menular juga kepadanya. Sungguh ironic.
Kata orang menjadi anak perempuan satu-satunya dalam keluarga akan menjadikan hidup kita bak putri raja, tapi ...nampaknya itu tidak terjadi pada hidup Nayaka.
Nayaka tidak pernah diperlakukan dengan baik apalagi istimewa, tidak dengan perhatian apalagi kasih sayang.
Seolah sang ayah tidak mengharapkan kelahiranya,
Nayaka di perlakukan seperti satu-satunya kegagalan dalam hidup sang ayah.
Entah apa penyebab sang ayah memperlakukannya seperti itu.
Dia tidak pernah tau atau dia belum tau, mungkin dia akan mengetahuinya suatu saat nanti.Ayahnya hanya seorang yang tegas dan keras. Nayaka sejak kecil terpaksa harus menurut dan mengikuti semua aturan dari sang ayah, termasuk harus menjadi apa yang ayahnya inginkan.
Tapi nyatanya dengan semua kerja keras yang ia lakukan, tidak pernah sekalipun ayahnya memberikan apresiasi atas segala pencapaian Nayaka.
Dia tetap di acuhkan oleh sang ayah . Mungkin ini belum cukup membuat ayahnya bangga? pikir Nayaka.
Atau dia tidak cukup baik dalam hal ini ?
Pertanyaan-pertanyaannya seperti itu selalu bermunculan di kepala Nayaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
RandomNayaka remaja tengah duduk di depan kantor kepala sekolah dengan rambut berantakan dan seragam nya yang sedikit terkoyak serta beberapa Luka cakaran di pipinya, imbas dari perkelahian dengan temannya tadi . " Om aku harus gimana lagi biar papa ngas...