Part 24

852 118 33
                                    


Happy Reading :)
Sayang aku nggak?































































































Jennie berjalan menuju ruang kerja Sean dengan membawa beberapa cemilan di tangannya. Hari sudah semakin larut, tapi Sean belum juga ke kamar.

"By" panggil Jennie saat pintu terbuka.

"Hm?" Sean mendongak menatap Jennie yang berjalan ke arahnya.

"Belum selesai?" Tanya Jennie yang melihat laptop Sean masih nyala.

"Dikit lagi" jawab Sean yang buru-buru menyelesaikan.

Jennie hanya ngangguk. Dia berjalan ke arah sofa dalam ruangan itu untuk menunggu Sean. Sementara Sean sudah menyimpan dokumen yang tadi dia bahas bersama timnya. Dia tidak ingin membuat Jennie menunggu lama, apalagi dengan perut yang sudah sangat besar.

"Nanti para member mau ke sini kalau kandungan aku masuk 9 bulan. Dia mau temani aku lahiran katanya, by" cerita Jennie— Sean mengangguk.

"Mau lahiran apa nanti sayang?" Tanya Sean yang membersihkan meja kerjanya.

"Aku nggak tau, by" cemberut Jennie.

Mereka kalau bahas lahiran pasti ujung-ujungnya Jennie cemberut. Bukan karena nggak mau bahas, tapi lebih ke arah Jennie itu takut. Di takut dirinya kenapa-napa apalagi anaknya.

"Nanti kita konsultasi lebih lengkap sama dokter kandungan" senyum Sean menghampiri Jennie yang masih dengan mood yang tidak bersahabat.

Jennie di peluk Sean. Kepalanya di usap-usap untuk di suruh tenang. Tapi nggak lama Jennie dorong dia agar pelukan terlepas.

Mata Jennie tiba-tiba memindai Sean dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu kembali lagi dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sean melihat tatapan Jennie yang berhenti untuk melihat dirinya.

"Why?" Tanya Sean mengangkat kedua alisnya.

"Kamu pakai pakaian ini saat bibi masih ada di rumah?" Tanya balik Jennie.

Mendengar pertanyaan itu, Sean tentu saja mengangguk. Sudah sedari sore dia meeting— dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam.

"Kayak gini?" Tanya Jennie lagi untuk memastikan.

"Iya sayang, kenapa memangnya?" Sean jadi penasaran kalau Jennie banyak nanya.

"Kamu mau pamer burung kamu yang besar ini?" Jennie sedikit meremas punya Sean karena kesal.

"Sshhh.." tidak bisa berucap— Sean hanya mampu meringis.

Bayangin saja, Sean hanya memakai kemeja putih dan dasi hitam dengan sangat amat rapi. Tapi bagian bawahnya dia hanya memakai boxer hitam ketat yang sungguh mencetak.

"S-sayang" ampunnya sambil memegang tangan Jennie yang masih betah di sana.

"Bibi bersihin ruangan ini tadi saat kamu meeting. Dan kamu ternyata pakai pakaian kayak gini" kesal Jennie makin jadi yang ada.

Dia meremas punya Sean lagi sebelum akhirnya di lepas.

"Huft.." hembusan nafas pelan Sean keluar saat Jennie kembali duduk.

RESPONSIBILITY? THAT'S DIFFICULT [CHAENNIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang