Jangan lupa tinggalin jejak❤
🌻🌻🌻
"NAYESHAAAAA!"
UKHUK
Melihat istrinya yang tersedak, Ghava dengan sigap berdiri, dia langsung menyodorkan cangkirnya sambil mengelus punggung istrinya.
"Nay—lo kenapa?" Tanya orang yang masuk ke ruang makan dengan wajah tanpa bersalah.
Orang itu bahkan berdiri di sampingnya dengan raut khawatir.
Sialan, umpat Ayesha di dalam batinnya.
"Kenapa kamu teriak-teriak seperti itu?" Dingin Ghava membuat orang yang ditanyainya terdiam.
"Pak Ghava? Waduh.... maaf pak, gak sengaja, kebawa dari rumah," cengirnya tapi malah membuat Ghava menatapnya tajam.
Laki-laki setengah perempuan itu sontak berhenti menyengir, dia langsung meringis merasakan atmosfer ruangan yang menjadi mencekam.
Nayesha juga merasakannya, dia menatap suaminya sebelum meringis kecil.
"Lo... siapa?" Tanyanya memilih mengalihkan perhatian Ghava.
Mendengarnya membuat orang itu langsung menatap Nayesha dramatis. "Astaga Nayyy, sejak kapan lo lupa gue?!" Tanyanya membuat Ayesha kesal.
Entah mengapa dia tidak suka dipanggil sebagai orang lain.
"Jangan panggil gue Nayesha," perintahnya.
Dia melirik sekilas pada Ghava yang di hidungnya bertengger kacamata hingga pria itu terlihat lebih tampan. Suami gue ganteng banget...
"Hah?"
"Hah?" Tanya balik Nayesha.
Mereka berdua mengerjap. "Lo ngomong apa tadi?"
Seolah sadar Nayesha mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Stop panggil gue Nayesha, panggil Ayesha aja," ucapnya mengulang.
"Hah?!" Tanya orang itu lagi membuat Ayesha mendengus.
"Panggil gue Ayesha aja, jangan Nayesha.... dan juga siapa lo?"
"Ommo, lo kenapa Nay? Gue ini mawar tapi lo biasanya manggil gue Maxime, asisten lo..... lo kok tiba-tiba amnesia? Kecelakaan? Apa kepentok terus gegar otak?" Cecar orang yang menyebut nama dirinya mawar dan berhasil membuat Ayesha bingung.
"Kalau gue kecelakaan, yang ada di depan lo ini apa? Setan?" Tanyanya.
"Gak gitu juga..... tapi—"
"Gak usah tapi-tapian, lo ada urusan apa sama gue?" Tanyanya to the point dan malas bertele-tele.
"Yehhh! Pikunan lo! Hari ini lo pemotretan Na—eh Ayesha maksudnya," ralatnya ketika gadis itu menatapnya tajam.
Pemotretan? Batin Ayesha bingung, apa artinya...?
"Gue model?"
"Beneran lupa lo?" Tanyanya kaget.
Nayesha mengangguk.
"Iya, lo model, bagi lo pemotretan itu segalanya, lo itu suka banget sama pemotretan," jelasnya membuat Ayesha terdiam.
Mampus, batinnya mengumpati dirinya sendiri.
Dirinya pernah pemotretan sekali saat SMA dulu, tapi hanya sekali karena dia tidak suka menjadi pusat perhatian dan juga pemotretan benar-benar melelahkan.
"Boleh libur—"
"Mana bisa lo cancel, ini udah min 45 menit dari waktu pemotretan!" Potong Mawar membuat Ayesha mau tak mau harus melakukan pemotretan.
"Ya udah gue dandan dulu bentar," izinnya hendak naik, tapi tangannya langsung dicekal Mawar. "Mana sempet Ayesh—"
"Ekhem," dehem seseorang yang sejak tadi masih duduk di meja makan dengan tab yang tidak lepas dari tangannya memotong ucapan mawar.
Sontak keduanya menoleh dan menatap bingung Ghava yang tetap menatap tablet di tangannya.
Lagi, Ghava berdehem dengan mata melirik pada pergelangan Ayesha. Langsung saja Mawar melepaskan cekalannya.
"Sorry, pak. Gak sadar," ringisnya.
Ayesha geleng-geleng kepalanya heran, rupanya Ghava cukup posesif terhadap raganya.
Baru saja hendak menaiki undakan tangga, suara Mawar lebih dulu menginstrupsi, "Dandannya di sana aja, Ay. Ini 30 menit lagi," desak Mawar.
"Tapi ini muka gue bener-bener belum pakai apapun.... paling gak moisturizer sama sunscreen aja," dalihnya tapi Mawar langsung menggeleng keras.
"Gak usah! Pake punya gue aja sambil di jalan. Ayo!" Serunya bergegas menarik lengan baju Ayesha takut dimarahi Ghava lagi.
"Mas, aku kerja dulu ya!" pamitnya meninggalkan Ghava yang menatapnya dan Mawar yang berjalan menjauh.
Sedangkan Mawar sempat tersentak mendengar panggilan mas tersemat pada sosok Ghava dari Ayesha.
🌻🌻🌻
"Maxime, bisa gak jalan lo jangan cepet-cepet?!" Pekik Ayesha ketika kakinya harus terseok-seok ketika mengikuti langkah lebar dari Maxime.
Setelah perjalanan express dari rumahnya menuju studio akhirnya mereka sampai di ruang rias.
Mawar langsung saja menyuruh Ayesha untuk duduk di depan cermin besar lalu dia berlalu memanggil orang yang akan merias bosnya ini.
Ayesha sempat tidak nyaman ketika brush make up menyentuh wajahnya, tapi dia hanya bisa diam dengan wajah sedikit tegang.
"Ayesha," panggil Maxime membuatnya sontak melirik pria itu lewat pantulan cermin.
"Hm?" Dehemnya.
"Gue mau turun, mau nitip ga, Ay?" Tanyanya dengan nada yang membuat Ayesha rasanya ingin menampar mulut pria setengah wanita ini. Dia benci mendengar nada mendayu Maxime.
"Bisa gak sih suara lo tuh normal aja? Lo tuh keliatannya keren kalau kelakuan lo kaya cowok normal," kesalnya membuat Maxime langsung terkekeh.
Pria itu mengibaskan tangannya sambil terus terkekeh. "Lo udah lama sama gue, gak pernah tuh nyuruh gue berubah, kok tiba-tiba gini?" Tanyanya sedikit tak suka.
"Serah deh."
"Mau yang kaya biasa?" Tanya Maxime lagi sebab perempuan itu sudah memilih menatap handphonenya.
"Emang biasa apa?"
"Kacang ijo—"
Ayesha terbelalak, dia yang selama ini sebagai Ayesha tak pernah sekalipun menyentuh yang namanya minuman rasa kacang hijau. Dia alergi.
"Gak, kopi aja," potongnya membuat Maxime menyernyit heran.
Amnesia bisa bikin kesukaan orang berubah? Batinnya tapi tetap mengangguk dan berjalan keluar ruangan.
Ayesha menatap punggung tegap Maxime. Pria itu terlihat sangat keren dengan tubuh tegapnya.
Gue harus bisa ngubah dia, batinnya berharap bisa mengubah sosok belok Maxime menjadi lurus lagi.
Maxime bahkan bisa menjadi kandidat calon model dengan tubuh jangkung dan kekarnya itu.
🌻🌻🌻
Holaa ayyy, jadi updatenya tiap senin ya....❤
Gmn hari ini? Menyenangkan? Yuk cerita biar seru😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Holaa, Mas Antagonis!
Novela JuvenilRemaja 18 tahun masuk ke tubuh perempuan 21 tahun? Terus, terus... bagaimana menyenangkannya bisa masuk ke tubuh wanita yang dicintai begitu hebatnya oleh pasangannya sendiri? Tentu saja, dengan senang hati dia menerimanya. Tapi.... karena sikapnya...