HMA part 11 : Dia dan Saudara-saudaranya

228 25 1
                                    

🌻🌻🌻

"Tumben?" Celetuk Gia dengan nada bertanya membuat Ghava dan Ayesha ikut bingung.

"Sejak kapan lo berdua bisa romantis?" Tanya Geo berhasil mengundang dengusan kesal Ghava.

Ayesha terkekeh sambil mendongak menatap Ghava sebentar. "Sejak.... hari ini," jawabnya tersenyum ceria.

Tawa Geo seketika pecah, tapi setelahnya rautnya langsung datar. "Hahaha, orang yang hampir gak pernah mau bersinggungan sama kak Ghava hari ini duduk berdua dengan mesranya di sini dan bilang kalau mereka bisa romantis sejak hari ini, keren banget kak."

Ayesha tahu, ada sedikit sindirin dari adik Ghava itu. Tetapi, bukan dia pelakunya. Yang melakukan itu, kan, Nayesha? Dan Nayesha memang salah selama ini.

"Ada perlu apa?" Tanya Ghava to the point, dia tidak ingin mendengar lebih banyak sindiran adiknya terhadap sang istri.

"Gia, abang lo gitu amat sama— AKH, Sakit gila!" Pekik Geo setelah tiba-tiba mendapat tamparan dari saudarinya.

Dia lantas mengusap kepalanya yang ditampar kencang oleh Gia.

"Gak usah nyari masalah deh lo!" Seru Gia langsung berjalan menuju sofa lalu langsung duduk tepat di samping Ghava.

Berdecih sebal, Geo memilih ikut menuju sofa, tanpa peduli dengan tatapan tajam Ghava yang menyorotnya, dia duduk tepat di samping Ayesha.

"Lagi ngapain lo pada?" Tanyanya sok asik membuat Ayesha menengok Geo dengan kening menyernyit.

Geo yang ditatap seperti itu oleh Ayesha kembali tertawa renyah. "Sorry buat tadi, kaget aja liat lo sama kak Ghava," ucapnya merasa bersalah.

Kembali menatap layar, Ayesha hanya mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi. "Gak apa-apa, gue paham," santainya  memilih sibuk kembali dengan laptopnya.

Kesunyian seketika memenuhi ruang tamu, mereka sibuk dalam diam.

"KAK BERENTI!" Tangan Geo langsung menahan tangan Ayesha, dia menatap cengo pada salah satu foto yang nampak di layar.

"Itu lo?"

Sekali anggukan terlihat.

"Cantik banget lo kaya gitu!" hebohnya menarik laptop Ayesha lalu menatap wajah Ayesha bergantian.

"Pilihan bunda emang gak main-main...." celetuknya menatap kagum hasil photoshoot milik Ayesha.

Dia di sana nampak anggun dengan gaun putih yang menjuntai sampai menyentuh lantai dengan rambut tergerai dan tubuh ideal miliknya.

"Gue emang cantik," sahutnya mengerling narsis.

Ghava berdecak, dia langsung merampas laptop di depan Geo dan langsung menutupnya.

"Gak usah natap istri saya lama-lama," desisnya menatap tajam Geo yang dengan berani menatapnya penuh perlawanan.

"Cielah, sok posesip banget gile!"

"Saya memang posesif, dia istri saya." Tangan Ghava memeluk leher Ayesha sambil tatapan tajamnya tak henti mengarah pada Geo.

Dia seperti anak kecil yang mainannya akan direbut.

"Mas!" Dengan susah payah Ayesha mencoba melepaskan Tangan Ghava yang sepertinya lebih ingin mencekiknya.

Dia tidak bisa bernapas!

Come on, apakah Ghava mencoba membunuhnya?!

"GUE GAK BISA NAPAS!" Pekiknya tapi Ghava seperti tak mendengarnya.

"KAK! LO MAU BUNUH NAYESHA?!"

Tersadar jika pelukannya terlalu kuat, dia langsung saja melepaskan pelukannya.

Tawa Geo meledak melihat wajah memerah Nayesha yang tidak bisa bernapas. Sedangkan Gia yang tadi ikut berteriak hanya bisa terkekeh melihat Nayesha yang sepertinya tertekan.

Nafas Nayesha tersenggal-senggal karena kuatnya pelukan Ghava. "Gila lo! Kalau punya dendam bilang, bukan tiba-tiba mau bunuh gini!" Telunjuknya mengarah pada wajah Ghava, saking kesalnya dengan pria yang bersatus sebagai suaminya.

"Whahaha~ lo kalau cape sama bang Ghava, mending sama gue aja,"

"As*!" umpat Geo ketika lagi-lagi dengan ringannya tangan Gia memukul kepalanya.

"Sialan lo kak! Kalau gue gegar otak begimana?!"

"Bagus lo amnesia, kali aja kewarasan lo bisa ada," ketus Gia.

Keduanya bertatapan sengit, sebelum Geo memilih membuang mukanya sambil mendelik kesal.

"Kalian berdua pulang sana, saya sama istri saya mau tidur," usirnya tanpa ada kehalusan sedikitpun.

Ayesha sampai tersentak mendengarnya. Tu mulut enak bener ngusir adeknya sendiri, batinnya menatap raut Geo yang bertambah masam.

Adik iparnya itu menatap kesal Ghava. "Laknat bener nih kakak satu," gumamnya langsung bangkit dan kabur karena tahu jika Ghava dapat menangkap ucapannya.

"Karena udah diusir, ya udah, gue balik dulu," pamit Gia lebih baik, dia segera keluar rumah menyusul sang adik yang selalu saja memusuhi kakak sulung mereka.

Sebelum pergi dia melirik Ayesha sekilas. Entah mengapa Ayesha tidak suka tatapan itu, tatapan yang menyiratkan bahwa dia melakukan kesalahan.

Bahwa dia pelaku kejahatan.

Sialan, batinnya.

🌻🌻🌻

Haiii gaess, apa kabar???? Hehehehe

Maaf ngilang😁😁😁 gw updatenya seminggu sekali ae ya??????😁 maaf ayang😭 mau hilang ke lubang cacing saja🕳🕳🕳🕳🕳 maaf yekkkk

Holaa, Mas Antagonis!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang