HMA part 15 : Bagian dari Masa Lalu

180 18 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMENT😀😀

🌻🌻🌻

"Ayesha, kamu kenapa?!"

Perlahan Ayesha membuka matanya, Matanya terbelalak kaget ketika melihat sosok remaja laki-laki di hadapannya dengan jaket kulit membalut tubuhnya.

"Abang?!"

"Apasih, kaya ngeliat hantu aja!" Seru orang yang Ayesha panggil abang dengan nada kesal.

Menyadari keanehan sesuatu, Ayesha memicing menatap sang kakak sebelum bertanya, "Sejak kapan abang pakai aku-kamu?"

Elvano tersedak ludahnya sendiri, dia menatap kesal Ayesha. "Udah khawatir gue tadi, lo malah bahas ucapan gue," ucapnya membuang muka, tak mau menatap Ayesha.

Tanpa sadar segaris senyum terbit di bibir gadis itu, tapi itu tak bertahan lama. "Abang abis dari mana?"

Itu dia, tidak mungkin Elvano mengenakan jaket kulit kalau hanya berdiam diri di rumah, tentu saja kakaknya satu ini baru datang dari luar dan segera masuk ke kamarnya.

Elvano berdecak, dia melepaskan jaketnya sebelum menunjuk jam digital yang ada di atas nakas. "Udah jam 6, gak mau sekolah lo?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Ayesh sontak menoleh pada jam miliknya sebelum melompat dari ranjang queen size miliknya, tanpa menatap Elvano lagi, ia langsung ngacir pergi ke kamar mandi.

"Ck, bocah... CEPET, HARI INI LO IKUT MPLS KAYA YANG LO MAU, GUE TUNGGU DI BAWAH!" Teriaknya keluar kamar Ayesha menuju kamar miliknya guna bebersih sebelum sekolah.

Sedikit perkenalan tentang kakak dari Ayesha.

Namanya Elvano, ia adalah kakak kandung dari Ayesha, keduanya terpaut usia 3 tahun. Mereka bersekolah di tempat yang sama, SMA Bina Nusa.

Elvano sekarang menjabat sebagai wakil ketua OSIS di BINUS, dia dikenal sebagai salah satu siswa teladan di SMA BINUS bahkan dikenal sering menduduki 3 besar dari peringkat paralel.

Orangnya sering bercanda dan memiliki banyak teman, tapi hubungan percintaannya sangat buruk, dia sering kehilangan logikanya ketika mencintai dan itu yang Ayesha benci dari kakaknya.

Elvano adalah sosok yang cukup usil kepadanya, hubungan mereka berdua cukup baik, sering bertengkar tapi itu hanya pertengkaran normal antar saudara.

Kembali kepada Ayesha, setelah beberapa menit membersihkan diri, Ayesha segera pergi menuju ruang makan. Selalu saja, ruangan sepi yang akan terlihat.

Dia memiliki orang tua lengkap, tapi dia tidak merasakan ada kehadiran mereka di hidupnya. Dia merasa hanya memiliki seorang kakak.

Mencoba tersenyum, Ayesha segera meraih roti yang memang asisten rumah tangga siapkan setiap harinya lalu mengoleskannya dengan selai vanilla.

"Gak sopan lu makan duluan," tegur Elvano tak ditanggapi Ayesha, gadis itu hanya menoleh ke depan sebelum menghela nafas panjang.

"Orang tua lu mana?" Tanya Ayesha tak berminat, decakan malas terdengar dari sampingnya. "Dari kecil lu begini, udah gak heran kali," sahutnya tanpa beban.

Tanpa sebuah aba-aba, tangan Elvano melayang lalu mengacak rambut tergerai milik Ayesha. "WOY LAH! AISH LO—! Ck," decak Ayesha menampar tangan Elvano kencang.

Boombastic side eyes dia arahkan pada Elvano sebelum dia mencubit pinggang Elvano kencang. "WE—WEH! Sakit Yesh, lo jadi cewe kok bar-bar banget sih?!" Pekik El menghindari Ayesha yang menatapnya tajam.

Sebuah roti terlempar ke arah El sebelum Ayesha berucap, "Masih pagi, shibal! Gimana kalau gue kambuh, hah?!" Amuknya karena sekarang jantungnya mulai berdetak lebih cepat.

Kenapa gue balik ke masa lalu? Tapi— kenapa gue ngerasa asing sama apa yang gue lakuin sekarang? Kenapa gue ngerasa... kalau gue gak inget kejadian ini? Batin Ayesha setelah menyadari sesuatu.

Sejak dia membuka mata, dia merasa apa yang dia lakukan pagi ini tidak ada dalam memori otaknya, ada apa dengan dirinya?

Apa gue pernah hilang ingatan?

"Iya-iya, sorry. Gue gak niat bikin lo kambuh, ayo sekolah cepet, katanya lo mau ikut MPLS, kan?"

Dengan cepat Ayesha mengangguk antusias tapi malah membuat El sedikit khawatir.

Sejujurnya, Elvano tidak mengizinkan Ayesha untuk mengikuti MPLS, tapi adiknya bersikeras ingin ikut masa-masa pengenalan sekolah.

Mau tak mau, karena adiknya yang selalu merengek minta agar bisa mengikuti MPLS El akhirnya membolehkan dengan syarat Ayesha tak boleh terlalu lelah.

Dia harus bilang jika kelelahan.

Dengan motor Vespa GTS Super Sport 150 yang berwarna abu-abu, Ayesha dan El pergi ke SMA BINUS, senyum sumringah terbit di bibir Ayesha.

Ayesha akui, dia selalu menyukai udara di pagi hari. Sambil menikmati angin yang berembus kencang menerpa wajahnya, bibir Ayesha bersenandung kecil.

Ketika masih ada sekitar 200 meter lagi menuju SMA BINUS, Ayesha memukul bahu El kencang membuat El menepi. "Apa sih?!" Tanya El menengok adiknya yang melompat turun dari jok.

Helm terlepas dari kepala Ayesha, dia langsung memberikannya pada El lalu berkata, "Gue turun di sini, sana lo pergi."

El menatap datar Ayesha, dia menampar kecil lengan adiknya. "Masih jauh anjir!"

"Udah deh! Sana pergi!" Usirnya membuat El mengacak pinggangnya sambil menatap Ayesha tegas. "Lo-"

"Gue mau olahraga ringan, sana!" Ucapnya, pada akhirnya El mengalah, sebelum pergi dia menjitak dahi Ayesha. "Jangan lari-lari! Awas aja!"

"Iya-iya," sahut Ayesha menyuruh abangnya berlalu meninggalkannya sendiri.

"Dia.... pacarnya Elvano?"

"Cantik sih, bisa jadi."

"Mana keliatannya deket banget," ucap Fian— salah satu orang di antara kumpulan orang-orang dengan motor gede— diangguki anggota lainnya.

"Kita kasih tebengan?"

"Skuy!"

🌻🌻🌻

Hai para manusiaaaa😭 maaf ngilang seminggu😁 soalnya gw lagi ngerasa sepi, kurang semangat nulis + butuh ayang, hahahah

Udah deh

Holaa, Mas Antagonis!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang