Tuk
Tuk
Suara bola yang menghantam lantai lapangan indoor itu terdengar ketika Elvano mendrible bola di tangannya bercampur dengan suara penuh dukungan dengan para siswi di lantai 1.
"KAK EL SEMANGAT!"
Ayesha yang tengah menyaksikan sosok Elvano yang bermain basket bersama beberapa temannya berteriak kencang.
Panggilan yang dia gunakan berubah, dia lebih memilih memanggil 'kakak' dari pada 'abang' karena tidak ingin didekati para perempuan yang menginginkan Elvano.
Ketika bola yang dia lempar berhasil memasuki ring, dia tersenyum pada adiknya sambil mengangkat jempolnya.
Tangannya ikut terangkat dengan jempol yang berdiri. Senyum mengembang terbit di bibirnya.
Di saat dirinya masih seru memperhatikan Elvano, tiba-tiba dia dibuat berjengit kaget ketika sebuah tangan menepuk bahunya kencang.
"Sh*t!" Umpatnya berbalik menatap tajam sang pelaku yang malah cengar-cengir tak jelas.
Ayesha mendesis sebal sebelum menampar tangan Dika kencang. "Lo mau bikin gue kambuh?!" Sentaknya sebal tapi Dika malah terkekeh.
"Lo gak selemah itu, ini aja bekas pukulan lo sakit banget," sahutnya mengusap bahunya yang terasa pedas.
Tapi Ayesha kembali mendelik padanya. "Bisa gak sih ga usah ganggu gue?!"
Dika mengangkat bahunya tidak peduli, dia berdiri ke sisi Ayesha.
Walau kesal, Ayesha kembali menatap ke lapangan dari lantai dua. Senyum tipis terbit di bibirnya ketika dia melihat senyum bahagia dari Elvano yang berhasil mendapan poin dari shootingnya.
"Cantik." Ayesha menoleh ke arah Dika yang tiba-tiba saja berucap seperti itu.
"Apa yang cantik?" Tanya Ayesha. Bukan dia geer atau narsis, tapi terasa aneh saja jika Dika tiba-tiba mengatakannya sambil menatapnya.
Kedua mata dengan manik dengan warna berbeda itu bersitatap, sejenak kedua tenggelam bahkan disaat gemuruh tepuk tangan terdengar dari lantai lantai bawah.
"Pemandangan di depan gue,"
Ayesha mengalihkan pandangannya lebih dulu. Pipi Ayesha terasa panas, semburat merah tercipta di pipi gadis itu, bibir gadis itu berkedut hendak melengkung ke atas.
"Maksud gue langitnya."
Senyum yang tadinya hendak terbit seketika luntur ketika mendengar lanjutan dari Dika, mana laki-laki itu mengucapkan dengan begitu enteng.
Dengan kekesalan penuh Ayesha langsung menghadap Dika, dia lantas menampar tangan Dika kencang. "DIKA SIA**N!" Umpatnya terlanjur malu bercampur kesal.
"Lo geer yaaa????" Tembak Dika dengan senyum tengilnya, alisnya naik turun menggoda gadis itu.
"Mana mungkin gue geer sama cowok kaya lo!" Ketus gadis itu membuang mukanya kesal.
"Dasar Dika nyebelin!"
"Minta digampar!"
Bukannya meringis, Dika malah tertawa dengan begitu bahagianya sangat berbanding terbalik dengan Ayesha yang terus mencibirnya lalu berbalik meninggalkannya sendiri.
"Lucu banget sih!-"
Langkah Ayesha yang hampir sampai di lift terhenti, dia hanya mendengarkan ucapan menggantung dari Dika.
"-jadi pengen gue jadiin pacar deh!"
Sungguh, AYESHA JADI SANGAT INGIN MENCUBIT GINJAL DIKA!
Dengan kesal gadis itu langsung masuk ke dalam lift, netranya yang hitam kelam menatap tajam Dika- "Gue tandain lo," ujarnya -sampai pintu lift tertutup sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holaa, Mas Antagonis!
Fiksi RemajaRemaja 18 tahun masuk ke tubuh perempuan 21 tahun? Terus, terus... bagaimana menyenangkannya bisa masuk ke tubuh wanita yang dicintai begitu hebatnya oleh pasangannya sendiri? Tentu saja, dengan senang hati dia menerimanya. Tapi.... karena sikapnya...