"Ada apa?" Tanya Ghava membuat Aura —salah satu karyawan yang bekerja sebagai manager perusahannya— tersenyum tipis.
Tatapan aneh Ghava tujukan pada Aura yang tiba-tiba saja menyodorkan tempat makan padanya.
Wanita dengan tampilan khas wanita karier begitu terlihat, baju jas blazer berwarna tosca yang membalut tubuhnya dipadukan dengan celana berwarna senada, belum lagi wajahnya yang memang memiliki kesan dewasa menjadi perpaduan sempurna untuk memperlihatkan sosok wanita dewasa yang nampak cerdas dan penuh ambisi.
Nama Aura seolah memperlihatkan dirinya yang memiliki aura yang begitu kuat, perempuan yang cerdas, intelektual, tegas, dewasa, dan anggun bersatu dalam diri wanita muda tersebut.
Walau usianya baru 27 tahun, tapi dia sudah mampu memiliki pekerjaan tetap di perusahaan Ghava. Dan kebetulan yang tidak diduga, dia masih dalam status jomblo dengan wajah cantiknya dan karier menterengnya.
"Bapak sudah makan? Saya kebetulan tadi membuat makanan, tapi sepertinya terlalu banyak, jadi saya ingin memberikannya kepada bapak sebagai tanda terima kasih atas bantuan bapak beberapa hari lalu," jelasnya membuat Ghava terdiam beberapa saat.
Dia terlihat berpikir sebelum menerima makanan yang diberikan Aura.
Senyuman kecil terbit di bibir tipis Ghava ketika lidahnya dapat merasakan langsung hasil masakan Aura. "Gimana pak, enak?" Tanya Aura takut-takut.
Ghava mengangguk jujur. Karenanya Aura dibuat kegirangan, wanita muda itu mulai berani banyak bicara, mengajak sang atasan berbincang lebih banyak dan menyisipkan beberapa candaan di antara perbincangan mereka.
Sedangkan di dalam kamar, Ayesha akhirnya bangun dari tidur sebenarnya, moodnya sudah membaik jadi dia segera keluar kamar.
Namun, pergerakannya terhenti ketika melihat langsung bagaimana suaminya tengah bercengkrama dengan seorang perempuan yang sepertinya sepantaran dengan Ghava.
Yang membuat hati Ayesya dongkol adalah ketika Ghava bisa tertawa dan bercanda ria di ruangan pribadinya sedangkan dia sedang tidur di dalam kamar.
Potek hati dedek, bang! Batin Ayesha menatap tajam dua manusia berbeda gender yang membelakanginya.
Dengan tangan terkepal dan matanya yang menghunus tajam Ayesha sengaja menutup pintu kencang, wajahnya terlihat kesal.
"Ay, sudah bangun?" Tegur Ghava tapi tidak ditanggapi Ayesha.
Dia langsung berlalu melewati Ghava dan perempuan yang tidak dia kenali, sekilas manik hitamnya melirik pada meja tempat beberapa makanan tergeletak.
Ayesha yakin, sangat yakin jika itu adalah makanan yang dibawa oleh perempuan yang sedang bersama Ghava.
Tanpa tersenyum ramah bahkan menampilkan wajah sinisnya, Ayesha melanjutkan berjalan menuju keluar, dia tidak kempedulikan Ghava yang terus memanggilnya. Bilang aja kalau gak suka gue di situ, gak usah manggil-manggil! Batin Ayesha menganggap Ghava memiliki pemikiran jika dirinya adalah penganggu padahal itu hanyalah negatif thingking miliknya sendiri.
Kembali pada Ghava yang bingung dengan sikap tiba-tiba Ayesha, dia semakin bingung ketika Leo masuk ke ruangannya sambil membawa rantang di genggamannya.
"Ada apa, Leo?" Tanya Ghava aneh, tentu aneh karena Leo malah menatapnya bingung sebelum menatap pada meja di depan mereka.
Yang ditanya terdiam ketika menatap meja, dia sekarang paham dengan kekesalan yang tercetak di wajah Nayesha tadi ketika mereka berpas-pasan. "Saya ingin memberikan ini," ujarnya memberikan bekal di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holaa, Mas Antagonis!
Novela JuvenilRemaja 18 tahun masuk ke tubuh perempuan 21 tahun? Terus, terus... bagaimana menyenangkannya bisa masuk ke tubuh wanita yang dicintai begitu hebatnya oleh pasangannya sendiri? Tentu saja, dengan senang hati dia menerimanya. Tapi.... karena sikapnya...