19

18 3 0
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Meskipun merasa sakit, Apta tetap menatap iris mata perempuan di depannya yang sepertinya sengaja memakai softlens untuk menyembunyikan identitasnya. Dengan satu sudut bibirnya naik, Apta tersenyum sinis "Ohh, kalah saing ternyata" ejeknya

Perempuan itu semakin tersulut emosinya. Tanpa segan-segan, ia menampar Apta dengan keras dan menendang perutnya, membuat Apta terjatuh ke lantai dengan darah mengalir dari sudut bibirnya. Naya, yang melihat kejadian itu, merasa panik dan khawatir. Namun, dalam keadaan mulutnya disolasi serta tangan dan kakinya terikat, ia tidak bisa berbuat banyak untuk membantu

Naya memberontak, mencoba melepaskan diri, tetapi salah satu perempuan lainnya segera menampar dan menarik rambutnya dengan kasar. "Diem! Ga usah banyak tingkah, kalau nggak mau kenapa-napa," bentak perempuan itu dengan nada mengancam

Naya meringis kesakitan saat tamparan itu meninggalkan bekas merah di pipinya. Belum juga ia bisa memberontak lagi, kursinya diseret menjauh, membuat surainya kembali ditarik kasar. Ia terkejut melihat kondisi Apta yang tersungkur ke tanah, masih dalam keadaan diikat ke bangku

Dua perempuan yang berada dekat dengan Apta terus menyiksanya, mulai dari menendang perutnya hingga menyiraminya dengan air got. Apta yang sudah hampir tak kuat menahan rasa sakitnya tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Kepala Apta terasa berat, pandangannya mulai kosong, dan seringai lebar terukir di wajahnya. Iris matanya mulai menggelap, seolah ada satu sosok lain yang mengambil alih tubuhnya

Apta mulai tertawa dengan suara yang lebih berat dan seram membuat bulu kuduk mereka yang ada di ruangan berdiri. Salah satu perempuan yang menyiksa Apta Nadia, berhenti sejenak dan memperhatikan perubahan yang terjadi pada wajah Apta. "Nad, cabut yuk Tuh anak udah mulai aneh kayak orang kerasukan Liat deh" kata temannya dengan suara gemetar

ketiga perempuan yang berada di sana langsung terburu buru keluar dari ruangan, sampai menyisakan apta dan naya, naya agak takut apalgi apta yang bergerak rusuh ingin melepaskan diri sampai akhirnya ikatan nya lepas ia perlahan menghampiri naya

Naya merasakan sesuatu yang berbeda ketika Apta menyentuh rambut dan wajahnya. Sentuhannya lembut namun menimbulkan perasaan yang tak nyaman. Detak jantung Naya semakin kencang, matanya terpaku oleh tatapan Apta yang kosong namun menghypnotis. Ada seringai kecil di wajah Apta yang membuat Naya semakin merinding

Dengan perlahan, tangan Apta turun dari wajah Naya menuju lehernya. Kedua tangannya mencengkeram kuat, tubuh Naya tegang seketika. Ia berusaha mendorong tubuh Apta, namun hasilnya percuma. Naya bergerak rusuh, semakin berusaha lepas, namun cekikan Apta semakin kuat, meninggalkan tanda merah di lehernya

Kehabisan udara, Naya mulai kehilangan kesadaran. Sebelum matanya tertutup sepenuhnya, dalam pandangan yang samar, Naya melihat seorang satpam masuk dan langsung mengamankan Apta. Anehnya, Apta tidak memberontak, malah tertawa. Tawa yang membuat bulu kuduk Naya semakin berdiri, seakan tawa itu adalah tanda kemenangan yang mengerikan. Naya perlahan-lahan tenggelam dalam kegelapan, dengan tawa Apta sebagai suara terakhir yang ia dengar

Saat Naya terbangun dari pingsannya, rasa sakit di lehernya terasa tajam, namun pikirannya langsung tertuju pada Apta. Dia khawatir kondisi Apta jauh lebih parah dari dirinya. Ruangan rumah sakit dengan cat dominan putih membuatnya merasa terkurung. Naya bergerak rusuh di tempat tidurnya, mencoba bangkit meski tubuhnya masih lemah

Perawat yang sedang bertugas segera datang untuk menenangkannya. "Tenang, Nona. Anda perlu beristirahat" kata perawat itu sambil menahan Naya agar tidak bangun Namun, Naya tidak bisa berdiam saja ia harus melihat apta "temen gw keadaan nya gimana? gw harus liat dia lebih parah dari pada gw!" tanyanya dengan suara penuh kecemasan

Belum sempat perawat menjawab, pintu kamar rumah sakit terbuka dan mamah Naya masuk dengan wajah penuh kepanikan. Dia baru saja diberitahu bahwa putri bungsunya mengalami kejadian mengerikan. Meskipun sibuk dengan pekerjaannya, mamah Naya langsung pergi begitu mendengar berita itu

"Naya, sayang! Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" tanya mamahnya dengan suara bergetar, sambil mendekap putrinya. Naya merasakan kehangatan pelukan mamahnya, tapi pikirannya tetap pada Apta

"Mamah, Apta... dia butuh bantuan. Keadaannya lebih buruk dari aku" kata Naya dengan suara lemah tapi mendesak. Mamah Naya mengangguk, mencoba menenangkan putrinya. "Kita akan cari tahu tentang Apta, tapi kamu harus tenang dulu, ya? Kamu perlu istirahat agar cepat sembuh"

Dengan bantuan perawat dan dorongan lembut dari mamahnya, Naya akhirnya berbaring kembali di tempat tidur. Mamahnya mengusap lembut surai Naya, mencoba menenangkan putrinya yang masih gelisah. Dia memegang erat tangan Naya, memberikan rasa aman dan cinta yang sangat dibutuhkan putrinya saat itu

"Naya, sayang, semuanya akan baik-baik saja. Istirahatlah dulu," bisik mamahnya dengan suara yang penuh kelembutan.

Meski Naya masih merasa gelisah dan ingin segera tahu kondisi Apta, perawat yang bertugas diam-diam menyuntikkan obat penenang ke dalam infusnya. Perlahan-lahan, efek obat itu mulai terasa. Tubuh Naya yang tegang mulai rileks, dan matanya yang tadinya penuh kekhawatiran kini perlahan tertutup














*maaf baru up lagi author yang nulis nya lagi setres banget tapi di usahakan up walapun cuman sedikit🙂

GARDEN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang