9

38 2 1
                                    

Happy Reading

     

     

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apta merasa hawa di kamar Arka semakin memanas, padahal AC sudah dinyalakan penuh. Posisi mereka berdua cukup intim, Apta masih berada di pangkuan Arka, bersandar di headboard kasur. Perasaan tidak nyaman mulai merayapi Apta karena Arka terus mengendus lehernya, sementara tangannya melingkar erat di pinggang kecil Apta. Arka tampak candu dengan aroma tubuh Apta yang bagai baby.

Setelah puas menghirup aroma Apta, Arka beralih ke bibirnya. Ia menyatukan bibir mereka sebentar, sebelum mulai melumat bibir atas dan bawah Apta, merasakan rasa manis cherry di bibirnya. Saat sudah lama, Arka menggigit bibir Apta agar mulutnya terbuka. Apta yang merasakan bibirnya digigit lantas membuka mulutnya. Ciuman Arka benar-benar sama nikmatnya dengan ciuman Arga. Keduanya, Arka dan Arga, benar-benar good kissers.

Apta memandang Arka yang menatapnya begitu intens. Saat Arka hendak mencium lagi, Apta menutup mulut Arka dengan tangannya. "Arka..." Apta menatap sedih, tidak mau membohongi dirinya sendiri bahwa ia nyaman berada dekat Arka, tapi di satu sisi ia juga sedih karena menyukai Arga. Apta benar-benar frustasi, terlihat dari pancaran matanya.

Arka tahu kenapa Apta menatapnya seperti itu, tapi ia sangat mencintai lelaki bertubuh pendek ini. "Yaudah, pacaran bertiga aja," kata Arka dengan tenang.

Apta benar-benar terkejut. Matanya membulat, berkedip cepat, mulutnya terbuka sedikit, benar-benar lucu. Mendengar perkataan Arka, ia tak habis pikir apakah arka tidak memikirkan perasaan kembaran nya, benar-benar gila, Arka lalu mengambil ponselnya yang berada di nakas sebelah kasurnya dan segera menelepon Arga. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya telepon itu diangkat.

"Kita bertiga pacaran," kata Arka langsung, sebelum mematikan telepon tanpa menunggu jawaban dari Arga. Apta masih menatap Arka yang sudah tersenyum, lalu segera memeluknya. Apta merasakan kehangatan pelukan Arka, dan meski hatinya masih bingung, ia merasakan sedikit kelegaan. Mungkin, hanya mungkin, ini bisa menjadi solusi untuk perasaannya yang terbelah dua.


 Mungkin, hanya mungkin, ini bisa menjadi solusi untuk perasaannya yang terbelah dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di tengah-tengah keintiman mereka, deringan suara ponsel yang tak jauh dari kasur mengganggu momen tersebut. Arka, yang sudah bergerak liar, mendengus kesal. Baru saja ia ingin menjamah tubuh Apta, namun panggilan itu menghentikannya. Apta yang melihat wajah kesal Arka, terkekeh kecil sebelum mencium sebentar bibir Arka lalu meraih ponselnya.

"Ternyata Mama," gumam Apta, melihat nama yang tertera di layar ponsel. Ia menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan

"Dek! Ayah pergi dinas ke luar negeri, Mama juga ikut. Kita mau kencan berduaan," suara Mama terdengar penuh tawa di ujung sana. Apta yang masih di pangkuan Arka merollingkan matanya dengan malas. Arka yang melihat ekspresi Apta hanya bisa menahan diri agar tidak mengigit pipi bakpau apta

"Mas Ardan akan pulang nanti, jadi kamu ada yang jagain. Dah, Adek sayang. Mama mau kencan dulu sama Ayah," lanjut Mama diiringi tawa mengejek sebelum menutup panggilan. Apta menghela napas panjang, ia benar-benar tidak ingin bersama Mas Ardan yang protektif.

"Kenapa tiba-tiba cemberut, hmm?" tanya Arka sambil merapikan rambut Apta yang berantakan akibat ulahnya tadi

"Mama sama Ayah pergi, terus Mas ku udah balik dari liburan di rumah nenek," sahut Apta dengan bibir yang mempout

Arka terkekeh kecil dan mencubit hidung Apta yang langsung merespon dengan rengekan manja. "Kamu harusnya seneng dong. Bisa bebas biar kita pacaran terus," ujar Arka dengan senyum jahil. Tangannya yang satu mengeratkan pelukan di pinggang Apta sementara yang lain mengusap-usap pipi gembil Apta.

"Ngga bisa, Mas Ardan orangnya protektif banget. Dulu temenku aja sampai nangis dan babak belur gara-gara dikeroyok Mas Ardan sama teman-temannya," Apta merajuk.

Arka tersenyum dan menarik Apta lebih dekat. "Kalau gitu, kita harus pintar-pintar cari waktu dan tempat. Aku nggak mau kehilangan momen sama kamu kaya nya ngga peluk dan cium kamu seharian bisa bikin aku gila" dasar mulut arka memang seperti buaya maniss sekali tapi bisa membuat apta salah tingkah apta hanya bisa memukul manja dada arka

" ihhh Dasar ngegombal mulu, udah ah aku mau pulang," ujar Apta sambil berusaha bangkit dari pangkuan Arka. Namun, Arka dengan cepat menahan pinggangnya, menggenggam erat dan menatap Apta dengan senyum jahil.

"Cium dulu baru boleh pulang," kata Arka, menatap Apta penuh harap.

"Ciummu mulu, nggak bosen apa?" keluh Apta, kesal karena terus ditahan.

Arka hanya menggeleng sambil tersenyum. "Nggak akan pernah bosen kalau sama kamu. Malah yang ada candu, cium kamu tuh," jawabnya penuh gombal.

Melihat wajah Apta yang memerah seperti kepiting rebus, Arka tertawa lepas. "Udah deh, jangan marah. Sini, aku anterin pulang," ujar Arka sambil melepas genggamannya dengan lembut.

Apta menghela napas, merasa sedikit kalah namun juga tersenyum. "Dasar kamu," gumamnya, mengangkat sedikit bibirnya menjadi senyuman sebelum akhirnya memberikan ciuman singkat Arka.

"See? Nggak sulit kan?" kata Arka, masih dengan senyum jahil.Saat hendak pulang, Apta mencari keberadaan Papa dan Mama untuk berpamitan. Namun, Arka dengan santai berkata, "Udah biarin aja, paling lagi buat adek di kamar," ucapnya frontal sambil melirik Apta dengan tatapan nakal  "kenapa kamu juga mau?"  

Apta yang mendengar itu segera mencubit pinggang Arka, membuatnya meringis kesakitan. "Sekali lagi ngomong kayak gitu, aku cubit lagi!" ancam Apta dengan delikan tajam. Di dalam hati, Apta sudah salting brutal karena perkataan Arka yang begitu frontal.

"Iya, nggak bakal lagi, Sayang," jawab Arka
Apta merasa jengah dan segera pergi mendahului Arka yang masih meringis sambil memegangi pinggangnya. Meskipun kesal dengan kelakuan Arka, ada sesuatu yang membuat Apta tak bisa benar-benar marah. Senyum tipis muncul di wajahnya










side cast

*maaf ya guys ga sesuai ekspetasi kalian and chap kali ini agak pendek, jujur aku juga agak nethink takut ga bisa nyelesain book ini yahh mungkin minggu² ini bisa up terus tapi untuk bulan selanjut nya aku bakal sibuk di rl yahh doain aja biar bis...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*maaf ya guys ga sesuai ekspetasi kalian and chap kali ini agak pendek, jujur aku juga agak nethink takut ga bisa nyelesain book ini yahh mungkin minggu² ini bisa up terus tapi untuk bulan selanjut nya aku bakal sibuk di rl yahh doain aja biar bisa up 

GARDEN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang