( semi Hiatus)
entah kenapa takdir yang mempermainkan ketiga remaja yang hanya ingin kehidupan normal seperti remaja pada umum nya
Warning!!
⚠️#b×b
#kalau g suka bisa langsung skip
#fanfiction
#FIKSI
#18+ (dosa di tanggung sen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam semakin larut, tetapi jalanan tidak menunjukkan tanda-tanda sepi. Justru, semakin ramai. Gedung-gedung tinggi meramaikan pemandangan dengan lampu-lampu terang yang memancarkan kehangatan. Jalanan pun dipenuhi kendaraan bermotor dan mobil yang lalu-lalang, menambah semarak suasana. Lampu-lampu jalan memperkuat sinar bulan purnama yang menyinari kota
Ardan melaju dengan kecepatan sedang di atas motor kesayangannya, menikmati angin malam yang sejuk. "Dek" panggilnya setengah berteriak
"Iyaa, Mas. Kenapa?" Apta menjawab sambil melirik ke arah Ardan
Ardan melirik ke spion dan sengaja mengurangi kecepatan motornya agar bisa mendengar lebih jelas "Kamu mau makan apa?"
Apta meletakkan telunjuknya di dagu, berpikir sejenak "Mau mie ayam Pak Ardi"
Ardan mengangguk setuju setelah mendapat jawaban. Ia kemudian melaju lebih cepat, melewati jalanan kota yang semakin ramai. Sepanjang perjalanan, hati Apta gusar, mengingat kecurigaan kakaknya. Namun, ia menepis pikiran itu dan memilih untuk menikmati perjalanan malam bersama sang kakak
Di persimpangan jalan, motor Ardan berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah "Dek, kok tumben kamu mau mie ayam?" tanya Ardan. Biasanya, Apta selalu bilang terserah saat diajak jalan-jalan atau makan di luar, tapi kali ini dia langsung menyebutkan keinginannya
Apta tertawa kecil. "Emang adek gak boleh minta mie ayam?"
Ardan mengelus paha adik kecilnya dan ikut tersenyum "bukan ga boleh tapi biasanya juga kalau mas tanya pasti bilangnya terserah, kayak cewek" jawabnya dengan nada jahil sambil melirik Apta melalui spion. Ekspresi cemberut Apta terlihat jelas
Apta memukul punggung masnya itu. "Dih, kapan yaa adek bilang kayak gitu?" katanya sambil mencebikkan bibirnya. Ardan tertawa puas, menjahili Apta yang sudah kesal
"Mana, siniin tanganmu" kata Ardan. Meskipun masih ngambek, Apta tetap menurut. Ardan membawa tangan yang satu lagi mengusap tangan dingin Apta akibat angin malam. Ia kemudian mengecup tangan adiknya agar hangat. Mungkin orang yang melihat mereka akan mengira mereka sepasang kekasih, padahal mereka adalah adik kakak
Apta tersenyum lebar dan merangkul kakaknya itu. Lampu lalu lintas berubah hijau, dan Ardan melajukan motornya lagi
Sesampainya di kios yang bertuliskan "Mie Ayam Pak Ardi," Ardan memarkirkan motornya di samping kios. Setelah mematikan motor, Apta turun, dan mereka berdua bergegas masuk, Ardan bertugas memesan makanan sementara Apta mencari bangku Di dalam, lumayan banyak orang yang sedang menikmati makanannya, jadi Apta mencari tempat yang agak menjauh dari keramaian
"Walah, Mas Ardan sudah lama nggak mampir ke sini" sambut Pak Ardi dengan senyum lebar
"Iya, Pak, baru selesai liburan, sudah mulai sekolah lagi" jawab Ardan dengan senyum ramah, sambil menyerahkan buah tangan yang dibawanya dari liburan. Mie ayam Pak Ardi memang langganan Ardan sejak masih kecil, dan Pak Ardi sudah menganggap Ardan dan Apta seperti anak sendiri
"Waduh, makasih ya, Mas, sudah dibawakan oleh-oleh segala" kata Pak Ardi dengan senang hati
"Iya, nggak apa-apa, Pak. Oh iya, Ardan mau mie ayam seperti biasa, sudah ditunggu Apta, nanti anaknya ngambek" ucap Ardan sambil melirik antrian yang ada
"Oh, oke, siap," jawab Pak Ardi
Setelah memesan, Ardan bergabung dengan Apta yang sudah duduk. Ardan duduk di hadapan adiknya, yang sibuk meng-scroll media sosial. Ardan menatap Apta yang sudah remaja, merasa bangga karena adiknya tidak kekurangan kasih sayang, namun juga sedih melihat Apta cepat sekali tumbuh dewasa. Ia sadar, suatu saat nanti Apta mungkin akan mengenalkan pacarnya
Apta yang merasa risih karena ditatap intens akhirnya bertanya, "Mas, ih, kenapa ngeliat adek kaya gitu?"
"Dek, kalau mas ngenalin pacar mas ke kamu gimana?" tanya Ardan tiba-tiba
Mata Apta membulat mendengar pertanyaan itu. Ia menatap tak percaya, lalu menajamkan pandangannya. "Orang mana?" tanyanya datar sambil menatap tajam kakaknya
Ardan hampir tertawa, tapi menahan diri melihat keseriusan Apta. "Kan kata mas kalau," Apta masih tak percaya. "Beneran, adek sayang," jawab Ardan dengan lembut
Apta bersandar ke bangku dan menghela nafas lega. "Awas ya kalau mas tiba-tiba punya pacar tanpa bilang ke Apta, Apta aduin ke Mamah," ancamnya
Ardan terkekeh melihat reaksi posesif adiknya itu. Ia mengulurkan tangan, memegang tangan sang adik, lalu mengecup dan mengusapnya dengan lembut
"Nih, mie ayamnya sudah jadi. Monggo, mas, Apta, dimakan," kata Pak Ardi dengan senyum ramah sambil menyajikan pesanan mereka
Ardan membalas senyum Pak Ardi, lalu mereka mulai makan sambil diselingi candaan. Meski Ardan suka menjahili Apta, ia sangat menyayangi adiknya dan tak mau ada yang merebut perhatian darinya. Begitu juga dengan Apta, meskipun sering kesal, ia tak mau kehilangan kasih sayang kakaknya yang selalu melindunginya
*pengen punya abang kaya ardan😭😭, punya tapi kelakuan nya 🤧 parah bangett