20

29 4 2
                                    

Happy Reading

Sudah beberapa bulan berlalu sejak Apta menghilang bak ditelan bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa bulan berlalu sejak Apta menghilang bak ditelan bumi. Kepergiannya yang tiba-tiba tanpa sepatah kata perpisahan. Di sekolah, Apta telah dinyatakan pindah tanpa ada kabar keberadaannya. Glen, sahabat karibnya, masih diliputi rasa sedih dan kebingungan. Ia tak menyangka Apta akan pergi meninggalkannya begitu saja

Naya, yang menjadi orang terakhir yang melihat Apta sebelum kejadian itu, sangat terkejut dan bahkan pingsan saat mendengar berita menghilangnya Apta. Rasa bersalah terus menghantuinya karena merasa bahwa ide konyolnya lah yang menyebabkan Apta menghilang. Setiap malam, bayangan wajah Apta terus menghantui pikirannya, membuatnya semakin gelisah

Di sisi lain, Arga dan Arka, kedua pacar Apta, juga tidak kalah cemas. Mereka sudah berusaha keras mencari Apta, termasuk mendatangi rumahnya dan bertanya kepada satpam yang terakhir kali melihat Apta. Namun, semua usaha mereka sia-sia, tidak ada jejak yang dapat membawa mereka lebih dekat kepada Apta

Arka dan Arga, kedua pacar Apta, merasa marah dan kecewa pada diri mereka sendiri. Mereka terus merasakan penyesalan yang mendalam karena tidak bisa menjaga kekasih kecil mereka. Keputusan untuk mendatangi rumah Apta diambil dengan harapan mendapatkan petunjuk tentang keberadaannya. Namun, saat tiba di sana, mereka hanya menemukan rumah yang kosong tanpa tanda-tanda kehidupan. Rumah itu sepi dan sunyi, seperti telah ditinggalkan dalam keadaan terburu-buru

Perasaan mereka campur aduk antara marah, sedih, dan frustasi. Kedua kembar itu tidak bisa menerima kenyataan bahwa Apta telah menghilang begitu saja. Mereka berusaha untuk tetap kuat dan tidak putus asa, meskipun setiap upaya mereka seolah tidak membuahkan hasil

Arka dan Arga tidak berhenti mencari. Mereka terus mencari informasi tentang Apta, bertanya kepada tetangga, teman, dan bahkan pihak sekolah. Mereka juga mencoba menghubungi nomor telepon Apta yang kini sudah tidak aktif lagi, berharap ada keajaiban yang membuat Apta bisa menjawab panggilan mereka

Hari terus berlalu, dan malam itu Arga duduk melamun di taman, menatap purnama yang terang benderang di langit. Purnama itu menyinari kegelapan malam, namun tak ada kehangatan yang bisa mengusir dingin di hatinya. Angin malam sudah tak terasa dingin bagi mereka; malah, ia sudah menjadi teman setia yang selalu menemani

Dari arah belakang, Arka menghampiri kembarannya sambil membawa nampan berisi dua cangkir kopi. Sejak kehilangan Apta, kehidupan mereka menjadi berantakan. Mereka sering begadang, dengan pola tidur yang kacau hingga tidak tidur selama tiga sampai empat hari. Kehilangan Apta sangat mempengaruhi mereka, terlebih karena mereka bertiga baru saja beberapa bulan menjalin kasih. Hubungan mereka sedang berada di masa-masa penuh cinta, namun tiba-tiba Apta menghilang tanpa jejak

Arka meletakkan nampan berisi dua cangkir kopi di meja dekat mereka dan duduk di samping Arga. Keduanya menyandarkan tubuh mereka yang lelah, menyadari betapa indahnya bulan purnama namun tidak mampu mengurangi rasa sakit yang mereka rasakan. Pikiran mereka dipenuhi dengan pertanyaan dan kecemasan tentang keberadaan Apta, hingga mereka hampir menyerah

Di sela keheningan malam, Arka tiba-tiba mengeluarkan perasaan yang sudah lama terpendam. "Sekarang Apta lagi ngapain ya? Kangen nggak liat senyum-nya?" tanyanya dengan nada penuh kerinduan. Arga tidak menjawab dan tetap fokus pada langit yang gelap, terbenam dalam pikirannya sendiri

Arka menarik napas dalam-dalam, kemudian hembuskan perlahan. Ia mengambil salah satu cangkir kopi yang sudah menunggu sejak tadi, dan menyeruputnya. Rasa pahit kopi itu menyentuh tenggorokannya yang kering, memberikan sensasi candu yang perlahan meringankan rasa sakitnya-meskipun hanya untuk sementara

Setengah cangkir kopi sudah tandas, tetapi Arka dan Arga tetap duduk di kursi taman itu selama berjam-jam, terlarut dalam pikiran mereka masing-masing. Suasana malam yang tenang menjadi semakin serius saat Arga memecah keheningan dengan sebuah pertanyaan yang membuat Arka fokus kepadanya

"Ka, menurut gue, Apta kayaknya nyembunyiin sesuatu dari kita," tanya Arga dengan nada yang penuh kekhawatiran

Arka, yang sebelumnya sibuk dengan pikirannya sendiri, mengalihkan perhatiannya dan bertanya, "Nyembunyiin apaan?"

Arga melanjutkan dengan serius, "Lu gak ngerasa apa setiap kali Apta cerita tentang masa kecilnya, dia selalu bilang lupa, bahkan gak inget tentang masa kecilnya?"

Arka terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang dikatakan Arga. "Iya juga sih. Tapi bukannya wajar kalau gak semua orang inget masa kecilnya?"

Arga mengangguk, "Ya emang gak semua orang inget masa kecilnya, tapi pasti ada secuil ingatan bahagia. Kenapa Apta terus-menerus bilang lupa?"

Arka menukik alisnya, mulai merenungkan apa yang dikatakan Arga. "Ya juga, ya. Benar deh, kayaknya ada yang dia sembunyiin dari kita. Mana belum sempat kenalan sama kakak ipar," tambahnya

Mereka berdua terdiam sejenak, mengingat kembali percakapan dan perasaan yang mereka miliki tentang Apta. Kesadaran baru ini membuat mereka semakin gelisah. Jika Apta menyembunyikan sesuatu, apa yang sebenarnya terjadi? Dan kenapa Apta tidak pernah membicarakan keluarganya dengan mereka?

Arka dan Arga terus terbenam dalam pikiran mereka tentang Apta hingga pagi menjelang. Kepala mereka terasa berat, seperti tertekan oleh beban yang tak kunjung usai. Pikiran mengenai kekasih mereka terus berputar, menambah rasa kepusingan yang menyelimuti mereka

Keduanya menyadari bahwa malam ini hampir berakhir, dan mereka memutuskan untuk melepas penat. Untungnya, esok hari adalah hari Minggu, jadi mereka bisa tidur sebanyak yang mereka mau tanpa khawatir akan diingatkan atau dimarahi. Ini adalah salah satu keuntungan dari memiliki jadwal yang fleksibel di hari libur

Akhir-akhir ini, orang tua mereka, Papah dan Ayah, juga sedang sibuk dengan pekerjaan mereka. Dengan calon menantu yang hilang, mereka mungkin tidak menyadari betapa seriusnya situasi yang dihadapi Arka dan Arga. Kesibukan mereka membuat mereka tidak sempat untuk memikirkan hal lain, dan mungkin mereka tidak tahu sepenuhnya apa yang sedang terjadi

Saat matahari mulai terbit, Arka dan Arga akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka merasa lelah secara fisik dan emosional, dan tidur menjadi satu-satunya cara untuk mengurangi rasa lelah mereka. Namun, di balik rasa penat tersebut, kekhawatiran dan kerinduan terhadap Apta tetap ada, menjadi pengingat yang tak terelakkan dari situasi yang sedang mereka hadapi






















*anjayyyy akhir nya update 😁 di sela sela kesibukan saya yang melebihi presiden ada waktu untuk curi curi waktu demi bisa up, dan di tengah tengah kekacauan yang ada di pikiran saya masih belum lupa ada book yang harus di urus🤗, see you next timee guyss 🤍

GARDEN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang