18

19 4 1
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


seperti sesuai yang sudah di janjikan Apta dan Naya memutuskan untuk menunggu hingga sekolah benar-benar sepi. Meskipun Apta merasa cemas dan khawatir akan terkunci di dalam sekolah, rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Ia juga harus berbohong kepada Glen dan kedua pacarnya, membuat hatinya semakin gelisah. Namun, rasa ingin tahunya yang besar mendorongnya untuk tetap mengikuti Naya

Hari ini, kebetulan Apta bertugas piket. Ia sengaja memperlambat membersihkan kelas hingga akhirnya selesai tepat ketika Naya menunggunya di depan kelas. Naya segera menarik tangan Apta dan mereka berdua berjalan mengendap-endap di lorong yang kini sepi, sebelumnya penuh dengan siswa. Angin yang berhembus perlahan membuat bulu kuduk Apta merinding. Suasana sekolah berubah saat sepi, dan perasaan Apta semakin tidak enak, namun demi kenyamanan di sekolah, ia harus mencari tahu

"Nay, yakin bakal berhasil?" bisik Apta dengan ragu-ragu, tetap mengikuti Naya yang memastikan tidak ada orang di lorong

"Shuttt, yakin lah pasti berhasil" jawab Naya dengan tegas

Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada seseorang yang memantau mereka dari kejauhan. Mereka akhirnya tiba di ruang keamanan. Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, Naya mencoba membuka pintu yang terkunci. Tangannya gemetar dan dingin. Setelah beberapa menit, kunci belum juga terbuka. Mereka berdua berkeringat dingin, tampaknya pintu tersebut berkarat sehingga sulit dibuka dan memerlukan tenaga ekstra

Tiba-tiba, lampu di koridor mati, pertanda tidak ada orang di sekolah selain petugas keamanan yang berpatroli. Jantung Apta berdetak kencang saat mengawasi sekeliling. Beruntung, sinar bulan purnama cukup terang sehingga Naya tidak perlu menggunakan senter, yang bisa membuat mereka ketahuan

Beberapa menit kemudian, kunci akhirnya berhasil dibuka. Tanpa berpikir panjang, Naya menarik Apta masuk ke dalam

Keduanya bernapas lega setelah berhasil masuk ke ruangan keamanan. Di dalam ruangan yang tidak memiliki jendela itu, mereka merasa sedikit aman karena tidak ada yang bisa melihat mereka dari luar. Selain itu, ruangan ini te"Nay, cepat cari rekamannya. Kita nggak punya banyak waktu," bisik Apta dengan nada mendesakrletak di ujung koridor sehingga jarang dilewati orang

Apta buru-buru menyalakan lampu, sedangkan Naya segera menuju monitor untuk mulai mencari data video. Ruangan tersebut cukup sederhana, hanya terdapat meja, kursi, dan beberapa monitor besar yang menampilkan seluruh sudut sekolah yang luas dan besar

"Nay, cepat cari rekamannya. Kita nggak punya banyak waktu" bisik Apta dengan nada mendesak

Naya mengangguk sambil terus mengoperasikan sistem keamanan di monitor. Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard, mencoba menemukan rekaman yang mereka cari. Mata Apta terus mengawasi pintu, waspada jika ada orang yang datang

Di tengah ketegangan itu, Naya berhasil mendapatkan rekaman yang mereka butuhkan. Namun, sebelum mereka sempat menontonnya, asap mulai masuk melalui ventilasi. Asap tersebut berwarna putih dan tebal, membuat mereka berdua panik.

"Apta, lihat itu! Asap dari mana?" bisik Naya dengan nada cemas.

Apta melihat sekeliling, mencoba mencari sumber asap. "Aku nggak tahu, Nay! Kita harus keluar dari sini sekarang juga!"

Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, mereka mulai merasa pusing dan lemah. Tubuh mereka terasa semakin berat, dan penglihatan mereka mulai kabur. Beberapa detik kemudian, keduanya pingsan di tempat

Usut punya usut, ternyata asap tersebut adalah gas yang dirancang untuk membuat orang pingsan. Seseorang yang mengetahui rencana mereka telah memasang jebakan untuk memastikan mereka tidak bisa melanjutkan penyelidikan mereka atau mungkin semua dalang dari semua nya?

Ketika mereka sadar, Apta dan Naya menemukan diri mereka terikat di kursi di sebuah ruangan yang berbeda. Cahaya redup menerangi ruangan itu

Ketika mereka sadar, Apta dan Naya menemukan diri mereka terikat di kursi di sebuah ruangan yang berbeda. Cahaya redup menerangi ruangan itu, dan di depan mereka berdiri tiga perempuan misterius. Mereka mengelilingi Apta dan Naya, wajah mereka tersembunyi di balik topeng, dan rambut mereka tampak seperti wig, membuat mereka sulit dikenali

Salah satu perempuan mendekati Apta, mengusap rahangnya dengan jari, dan terkekeh kecil saat melihat raut wajah Apta yang marah dan tidak bersahabat. "Santai aja, nggak usah tegang-tegang. Kami nggak bakal ngegigit kok," ujarnya dengan suara licik, diakhiri dengan tawa sinis. Kedua temannya ikut tertawa, menambah suasana menjadi semakin mencekam

Apta dan Naya mencoba menggerakkan tangan mereka, tetapi tali yang mengikat mereka terlalu kuat. Pergelangan tangan Apta mulai memerah akibat usahanya untuk melepaskan diri. Mereka saling berpandangan, mencoba mencari cara untuk keluar dari situasi ini

Perempuan itu menatap lekat wajah Apta, merasakan kemarahan yang luar biasa menggelegak dalam dirinya. Senyumnya yang licik berubah menjadi ekspresi datar penuh kebencian. Dengan kasar, ia menarik rambut Apta agar mendongak, memperlihatkan raut wajahnya yang penuh amarah

"Dasar jalang, lu nggak pantes sama Arka! Dia itu punya gw! Nggak bakal ada yang bisa merebut dia dari gw!" teriaknya dengan suara penuh penekanan. "Semenjak lu datang dan hadir di kehidupan Arka, dia sama sekali nggak pernah notice gw!"

Setiap kata yang diucapkannya disertai dengan tarikan rambut yang semakin keras, membuat Apta meringis kesakitan. Mata Apta bertemu dengan mata perempuan itu, dan meskipun ia merasakan sakit yang luar biasa, tekad dan keberaniannya tidak goyah



















*ilustrasi topeng

*ilustrasi topeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*hmmmm🤨

GARDEN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang