18: Didorongnya Hati

523 89 8
                                    























18



### kamar yang menenangkan

Pagi pun tiba. Seperti biasa saat Gito libur dari pekerjaannya, ia akan tidur sampai ia puas, dan ibunya pun tak akan mengusik Gito saat ia libur.

Tepat pukul 7 pagi, Gito masih nyaman dengan tidurnya sementara ibu Lela sedang memasak sambil bersiap untuk pergi ke toko.

Tak seperti rencana tadi malam di mana Gito yang akan pergi ke apartemen Shani, pagi ini justru Shani yang mendatangi rumah Gito.

Sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah Gito, dan Shani turun dari mobil tersebut lalu mengetuk pintu rumah.

Ibu Lela yang mendengar suara ketukan pun segera melihat siapa yang bertamu sepagi ini. Betapa terkejutnya ia melihat seorang wanita bak bidadari berdiri di depan pintu.

"Pagi, Bu, ini Shani," sapa Shani dengan sopan.

"Shani, pagi bener kesininya. Ayo masuk," ucap ibu Lela dengan ramah.

Shani tersenyum bahagia karena diterima di rumah ini. "Iya, Bu. Oh ya, tadi Shani beli ayam krispi, terus ingat Gito jadi Shani bawa aja ke sini."

Ibu Lela tersenyum sambil mengikuti langkah Shani masuk ke dalam rumah. "Haha, ibu tau maksud kamu, Shan. Ibu juga lagi masak ini."

"Tempe!"

Tiba-tiba ibu Lela teringat bahwa ia sedang menggoreng tempe sebelum menyapa Shani. Ia pun panik dan berlari kembali ke dapur meningkatkan Shani sendirian.

Dan benar saja, tempe yang digorengnya sudah menjadi batu hitam keras. Ia pun kembali melanjutkan aktivitasnya, namun sebelum itu ibu Lela menyuruh Shani melakukan sesuatu. "Shan, Gito masih tidur. Kalau nggak keberatan, ibu minta tolong bangunin bisa?"

"Bisa, Bu. Kamarnya yang mana?" tanya Shani.

"Itu yang pojok, tapi agak susah banguninnya. Kalau masih nggak mau bangun, tabok aja mukanya," suruh ibu Lela.

Mendengar itu, Shani terkekeh. "Iya, Bu, sudah biasa."

"Ha, udah biasa?" kaget ibu Lela.

Panik, Shani keceplosan berusaha meralat perkataannya, "Ah enggak, Bu. Gito sering cerita kalau ia sulit bangun dan dia juga cerita bagaimana ibu banguninnya."

"Ohhh, emang harus siap mental kalau bangunin kebo itu," candaan ibu Lela membuat Shani tertawa.

"Hahaha. Iya, Bu, Shani coba," jawab Shani sambil berjalan menuju kamar Gito.

Shani mengetuk pintu kamar Gito pelan, tapi tidak ada respons. Akhirnya, ia membuka pintu perlahan dan melihat Gito yang masih tertidur pulas di kasurnya. Shani mendekati Gito dan duduk di samping tempat tidurnya, lalu mencoba membangunkannya dengan lembut.

"Gito, bangun...," bisik Shani sambil menggoyang-goyangkan bahunya.

Namun, Gito hanya bergumam dan memutar badannya, menunjukkan betapa sulitnya ia dibangunkan. Shani mencoba beberapa kali lagi, namun tetap tidak berhasil. Akhirnya, teringat nasihat ibu Lela, ia menepuk pipi Gito dengan lembut namun sedikit tegas.

"Gito, bangun! Ini Shani," ucapnya dengan nada lebih keras.

Gito mengerjap-ngerjapkan matanya, setengah sadar melihat Shani di sampingnya. "Shani? Hah mimpinya lumayan indah kali ini" tanyanya dengan suara serak.

Shani tersenyum manis, tiba-tiba Gito sedikit bangkit dan meletakkan kepalanya di pangkuan Shani. Shani pun semakin dibuat melayang, ia mengusap pelan helaian rambut Gito dengan penuh perasaan.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang