23: Awal Mula Hilangnya Kebahagian

499 82 10
                                    











Hati ini hanya butuh kamu

### Bab Baru: Kekacauan Hati Shani

Pagi itu masih belum sepenuhnya terbangun dari kegelapan malam. Apartemen Shani dingin dan sunyi, hanya terdengar hembusan angin yang sayup-sayup masuk melalui celah jendela. Shani, yang malam ini kembali tertidur sendirian, perlahan membuka matanya.

Matanya yang sembab menatap kosong ke arah dinding, merasakan kekosongan yang mengiris dalam hatinya. Boneka kesayangannya masih terpeluk erat di dada, namun ia merasakan kehampaan yang semakin dalam.

"Kenapa kamu nggak ada di sini...," gumam Shani dengan suara parau, pandangannya tertuju pada sisi tempat tidur yang kosong.

Harapannya untuk melihat seseorang yang sangat dicintainya tertidur di sebelahnya, kembali pupus.

Realita, sekali lagi, menamparnya dengan keras. Tak ada lelaki itu di sini, hanya dirinya yang terkurung dalam sunyi.

Shani memejamkan mata, mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin. Pesan-pesannya yang tak dibalas, teleponnya yang tak diangkat—ini bukan pertama kalinya, tapi kali ini, perasaan gelisahnya lebih kuat dari biasanya. Perasaan aneh seolah ada sesuatu yang buruk telah terjadi.

####

Dengan sinar pagi yang mulai samar-samar menerobos jendela, Shani memutuskan untuk mengunjungi rumah Gito, mencoba memastikan bahwa semua baik-baik saja. Ia berharap kali ini tak ada hal yang buruk terjadi, bahwa Gito hanya terlalu lelap tertidur hingga tak mendengar panggilannya.

Namun, setibanya di pekarangan rumah Gito, hatinya kembali dirundung kekecewaan. Rumah itu gelap gulita, sepi dan terasa dingin. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Meski begitu, Shani tetap mencoba berpikir positif.

"Mungkin mereka masih tidur," pikirnya sambil mulai mengetuk pintu.

Tiga ketukan tanpa hasil. Shani mengetuk lagi, kali ini lebih keras, namun tetap tidak ada jawaban.

"Sampai kapan aku harus menunggu, Gito?" desahnya dengan frustasi.

Saat ia hendak mencoba lagi, seorang tetangga yang kebetulan melintas memberitahu bahwa Bu Lela dan Gito belum terlihat sejak kemarin.

"Kemana mereka pergi? Kenapa tidak ada yang bilang apa-apa ke aku?" Shani bertanya-tanya dengan hati yang semakin gelisah.

Merasa tidak ada pilihan lain, Shani kembali ke apartemennya. Namun, di sana pun ia tak menemukan ketenangan. Hanya kesunyian yang semakin membuatnya merasa terasing. Perasaan cemas terus menghantui pikirannya, membuatnya sulit untuk fokus pada apapun.

"Harus ke kantor, harus tetap profesional," Shani memaksa dirinya untuk berangkat. Setidaknya di kantor, pikirannya bisa teralihkan.

#### Di Kantor: Emosi yang Tak Terkendali

Setibanya di kantor, Shani langsung menuju ruangannya tanpa menyapa siapa pun. Rasa frustasi dan cemas yang terus menumpuk membuatnya tak ingin berinteraksi dengan siapa pun hari itu. Aura dingin yang biasanya tersembunyi kini terlihat jelas, membuat setiap karyawan di kantor merasa tegang.

Begitu memasuki ruangannya, Shani langsung menutup pintu dengan keras, menandakan bahwa ia tak ingin diganggu. Dia berdiri di tengah ruangan, menatap kosong ke luar jendela, mencoba mengendalikan emosi yang mulai mendidih di dalam dirinya.

"Kenapa aku jadi begini? Kenapa aku nggak bisa tenang?" bisiknya pada dirinya sendiri. Pikirannya terus dipenuhi pertanyaan tentang Gito.

"Kenapa kamu nggak balas pesanku, Gito? Apa yang sebenarnya terjadi?"

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang