#41

304 22 7
                                    


Meja makan masih terisi penuh dengan makanan, suasana dingin menyelimuti ruang makan, tidak satupun makanan di sentuh. Semua maid mengundurkan diri dari ruang makan, menyisakan dua orang yang masih diam satu sama lain.

Hujan sedang turun begitu deras, malam di selimuti kedinginan itu semakin dingin lagi saat berada di ruang makan. Hanya ada pecahan gelas dekat dengan kursi makan, air susu tumpah berserakan, tidak ada maid yang berani membersihkan pecahan gelas setelah mendapat perintah mengosongkan ruangan

Seorang pria manis sedang menunduk sembari meremas baju, tampak tidak ada yang berani membuka suara. Tidak satupun mata berani melihat ke arah ruangan tersebut, bodyguard hanya berjaga di ruangan lain, bahkan maid berdiri di luar ruang makan.

Mundur perlahan pria manis dari meja makan, ketika ingin turun dari kursi, terdengar suara dari sebrang meja makan.

"Jangan turun, pecahan kaca itu bisa melukai kakimu" suara deep lawan bicara terdengar menusuk, membuat lawannya diam seketika. Pria manis dengan baju tebal tersebut membeku seketika

"Hahh.. jangan kemanapun" helaan nafas panjang terdengar, sang pria yang lebih besar mendekati pria lain di sana. Dengan hati hati mengangkat tubuh pria manis tanpa melihat ke arah lain, pandangan tertuju pada pundak bergetar sang pria manis

Membawa si manis keluar dari ruang makan, melangkahkan kaki perlahan menuju kamar mereka di lantai atas. Walaupun ada perlawanan keras dari pria yang di gendong, namun hal itu tidak dapat menghentikan langkahnya menuju kamar.

"Tu-turunkannn.. turunkan Jiminiee.. le-lepass daddyy" tangannya menggenggam kemeja hitam sang daddy, memukul berkali kali dada daddynya. Ketakutan dan amarah menyelimuti penak Jimin saat ini

Seakan menulikan pendengaraan, Jimin malah di bawa ke sofa, mendudukkan Jimin ke atas pangkuannya, memeluk pinggang sang pria manis erat agar tidak jatuh selama masih memberontak. Ini adalah konsekuensi yang harus ia terima, lembaran photo dari sang ibu tiri telah masuk ke dalam masion. Photo yang seharusnya tidak di terima Jimin sekarang telah menjadi abu di tangannya sendiri

Ruangan kedap suara menyerap setiap suara tangis Jimin, dinding menjadi saksi bisu setiap suara ketakutan sang pria manis. Sofa yang sangat empuk pun menjadi terasa keras, tidak dapat membuat Jimin nyaman sama sekali

Tatapan tajam sang daddy menatap lekat pada Jimin, melihat setiap reaksi kekasih hatinya. Airmata Jimin bercucuran, setiap tetesnya membuat hati sang daddy ikut teriris. Jimin memukul pundak sang daddy sebisa mungkin, tenaga yang tidak lagi ada membuat pukulan Jimin terasa sangat pelan, namun mampu membuat sang daddy merasakan sakit

"Daddy tidak melakukan apapun sayang.."

"Hiks.. laluu,, lalu kenapa daddy bersama Je-Jennie?!! Hukss hiks.. leppas daddyy, Jiminiee inginn pulangg hiks hiks.." Jimin terus berusaha memukul pundak Taehyung, tetapi tidak membuat pelukan pada pinggang Jimin melemah. Tahu usahanya tidak akan membuahkan hasil, Jimin tetap berusaha melepaskan diri

Perasaan Jimin berantakan, photo photo disana berisi Jennie dan Taehyung sedang berada di restoran china. Hanya terdapat Jennie dan Taehyung, seperti akan melakukan makan siang yang mesrah.

Hati Jimin terasa pedih, padahal tadinya Taehyung pergi bersama Jungkook, meminta izin pergi karena ada pekerjaan yang harus di urus. Namun ketika Taehyung baru saja pergi beberapa waktu, datang nyonya Kim (ibu tiri Taehyung) membawa buah tangan berupa buah dan surat. Tidak tahu bagaimana cara nyonya Kim dapat masuk, tetapi dengan jelas wanita itu berada di dalam masion Taehyung

"Daddy bisa jelaskan sayang" Taehyung berusaha menahan Jimin, si manis terus memberontak, karena amarah yang membeludak menyebabkan Jimin tidak dapat berfikir jernih.

You Will Always Be Mine [Vmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang