TANDAI TYPO⚠️
Jangan lupa kasih 🌟 dan komennya 💬 biar aku nambah semangat nulisnya.
BUAT READERS, FOLLOW DULU AKUN AKU BIAR BISA DAPAT NOTIF :v
SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA AMIN,,,,,
*
*
*
*"WOI ADA YANG BAWA KAMUS DUA NGGK???"
Seruan seseorang barusan membuat tubuhku yang semulanya tidur di atas meja menjadi bangkit tiba-tiba.
Aku menatap ke aza yang tengah berdiri di atas kursi "za... Aku juga nggk bawa."
Aku meringis. Sama sekali tak teringat untuk membawa kamus hari ini, padahal sudah diingatkan semalam di grup chat kelas.
"Asli, zell kamu gak bawa??" Aza turun dari kursi, kemudian menghampiri ku. "Mau minjam ke kelas lain nggk, siapa tau ada yang bawa. Jadwal mapel kita sama kayak kelas MIPA 5 sama MIPA 3."
"Aku pinjem ke MIPA 3, deh."
Ini sudah Minggu 4 pembagian kelas, dan aku ditetapkan di kelas 10 MIPA 4, kebetulan aku, aza, vania dan Clara tuh sama kelas jadi aku nggk kesulitan untuk cari teman deh."
Aku berbelok ke kiri setelah keluar kelas menuju kelas Ale teman SMP ku. Ini waktu istirahat, tapi kulihat kelasnya sepi dari luar. Aku memutuskan untuk mengirim pesan lebih dulu untuk memastikan.
"Ale kamu di kelas?"
Hanya selang beberapa detik Ale membalas.
Aku lagi di kantin, kenapa?
aku mau pinjam kamus, lupa bawanya heheehh.
Okee, bentar aku ke atas.
Setelah membaca pesan terakhir dari ale aku memasukkan ponselku ke saku dan berjalan ke tembok pembatas di depan koridor kelasku dan ale.
Ku tengok ke kanan aza sudah menggenggam kamus entah punya siapa di tangannya yang pasti ia meminjam ke siswa MIPA 3 mungkin itu punya vania.
"Zell, udah dapet? Mau aku bantu cari?"
Aku menggeleng " Ale bawa. Tapi dia lagi di kantin, jadi aku nunggu sebentar."
"Okelah, mau ditungguin atau aku masuk duluan?."
"Kamu masuk duluan, aja deh"
"Oh, okeee." Aza berlalu masuk ke dalam kelas. Bertatapan dengan itu, dibelakang nya muncul karel yang tengah berjalan ke arah ku.
-ahh, tepatnya ke arah kelas Ale. Karena ia berlalu melewati ku begitu saja tanpa sedikitpun melirikku.
Aku mengamati langkah nya sampai ia masuk ke dalam kelasnya ale.
Pemandangan ini sudah biasa ku lihat. Karel adalah siswa MIPA 5, kelasnya berada disisi kiri kelas ku. Dan dari hari pertama pembagian kelas ia selalu pergi ke kelas MIPA 3 di waktu istirahat ataupun jamkos untuk menemui temannya.
"zel, ayo!" Ale menepuk bahuku dari belakang, yang ku tanggapi dengan anggukan kepala. Aku mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam kelas.
"Sepi, bangett." Celetukku d depan pintu kelas. Ale mengisyaratkanku dengan gerakan tangan seakan menyuruhku mengikutinya masuk ke dalam kelas.
Setelah masuk, pemandangan yang ku lihat pertama kali adalah danu.
- yang tempo lalu aza bicarakan
- tengah duduk di meja guru seraya memainkan dasinya."Eh,"
Aku menoleh was-was ketika danu berbicara. Seperti kata aza, menurut aza, danu memang menyebalkan. Jadi aku agak takut melihat dia menegurku.
"Anak kelas lain nggak boleh masuk kelas ini,"
Aku melirik ale, berniat meminta bantuan kepadanya tapi di nampak sibuk merogoh tas untuk mencari kamus.
Teringat sesuatu, aku menoleh ke pojok kelas. Disana Karel duduk sambil bermain ponsel. Akupun dengan berani menunjuknya, kemudian berkata "Dia boleh."
Perkataan ku membuat Karel mendongak dan menatap ku. Tapi hanya sekilas, setelah nya ia kembali fokus lagi bermain ponsel.
Aku menatap nya sampai suara tawanya Danu menggema.
"Bercanda kali, serius amat." Ujarnya seraya berjalan menghampiri Karel.
"Rel, ayolah ke kantin.""Bentar"
Tak mengindahkan obrolan mereka lagi, kini aku menoleh pada ale yang sudah menemukan kamusnya dan berjalan menghampiriku.
"Balikinya pas istirahat kedua ajah, ya, aku ada mapel bahasa Inggris."
Aku mengangguk dan mengucap terimakasih. Bertetapan dengan itu, Danu dan Karel keluar kelas, menyisakan aku dan ale berdua disini.
Setelah mereka hilang dari pandangan, aku menatap ale. "Aku sering liat Karel kesini, ternyata nyamperin danu, toh?"
"Iya, aku curiga Karel gak punya temen." Ucap ale
Aku mengikuti langkah ale keluar dari kelas dan kami bertengger di pembatas koridor sembari mengamati langkah orang-orang yang di bawah.
"Kamu gimana bisa suka sama dia? Kok tiba-tiba?"
Aku terdiam. Jujur aku sendiri tak yakin ini benar perasaan atau hanya sebatas penasaran. Tapi semenjak kejadian tabrakan kemarin, aku mulai merhatiin Karel tampa sadar. Seperti saat dia lewat di depan kelas, atau saat berjalan di koridor.
Tapi bukankah terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa aku suka padanya?
"Aku gak tau Ra, rasanya belum sebesar itu untuk di bilang aku suka sama dia."
Ale mangguk-mangguk. "Paham-paham. Tunggu aja, nanti pas lama kelamaan sadar beneran suka atau nggk."
Aku mempercai ale sepenuhnya karena dia ahli cinta. Sudah tak terhitung berapa banyak mantannya. Tiap hari pun ale menceritakan laki-laki yang berbeda beda.
Sangat berbanding terbalik denganku yang yang tak pernah berpacaran. Pernah sekali aku suka seseorang, tapi kami tak kenal satu sama lain dan aku tak ada hasrat untuk mendekati nya duluan. Alhasil, sekarang kami terpisah dan aku tak pernah mendengar kabarnya lagi.
Bolehkah penasaran? Bagaimana akhirnya kalau aku benar-benar suka sama karel? Apakah akan berakhir seperti sebelumnya?
"Tapi karel ternyata cuek banget, ya." Celetuk ale di tengah keheningan "karena dia sering ke kelasku, jadi aku, sedikit banyak tau beberapa sifatnya. Dan itu membuat aku ilfeel, sih."
"Kayak gimana contohnya?" Tanyaku penasaran.
Ale menengadahkan kepala seraya bertopang dagu. "Bingung gimana cara jelasinnya, yang pasti gak pedulian. Ibarat, kamu mau jungkir balik depan, belakang pun, dia pasti diem aja."
Benar ternyata kata aza.
"Menurutku, kamu bakal kesulitan suka sama dia. Sifatnya susah ditebak karena dia terlalu diem." Ale memandangku lama seperti menilai sesuatu. " Kamu kayaknya harus berubah jadi bawel dulu deh. Kalau sama sama diem begini gak bakal ada perkembangan."
Aku mendengus geli. "Kenapa mikir jauh banget? Aku bahkan gak kepikiran sampai situ deh."
"Eyyy, azel. Gak ada yang tau kedepannya bakal kayak gimana. Aku peringatin, nih. Jatuh cinta itu bisa bikin kamu ngelakuin hal-hal yang bodoh bahwa gabisa kamu bayangin sekarang. Aku tau banget kamu selalu pengen dapetin hal apapun yang kamu mau, kita ajah liat seberapa besar usaha kamu buat bisa dekat sama karel nanti."
*****
Hallo,, gimana dengan part ini?Jangan lupa kalau komen dan vote ya gayss!
Span next disini 👉👉
Satu kata buat part ini?
Sekian dan terimakasih sudah berkenan membaca💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu kisah untuknya
Teen Fiction"kita ditakdirkan hanya untuk saling mengenal tidak lebih" Yaps dia adalah Karel ivander aswangga. Seorang laki-laki dingin dan dengan sikapnya yang penuh dengan tanda tanya. "Apa yang harus ku lakukan supaya Tuhan bisa ubah takdir kita untuk saling...