24

12 6 12
                                    

TANDAI TYPO⚠️

Jangan lupa kasih 🌟 dan komennya 💬 biar aku nambah semangat nulisnya.

BUAT READERS, FOLLOW DULU AKUN AKU BIAR BISA DAPAT NOTIF :

SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA AMIN,,,,,

*
*
*

Owh iya gayss sekarang kita manggilnya Hazel aja yah, biar kalian nggk lupa sama namanya Hazel🤗☺️

"Udah di kirim sama Karel fotonya?"

Hazel menggeleng. "Belum minta."

Foto yang di maksud adalah foto hazel pada pameran dua hari lalu yang tersimpan di ponsel Karel.

Semenjak Lisa tau, hazel belum menghubungi Karel lagi. Hazel takut Lisa bilang pada Karel soal lukisan itu walaupun ia bilang tak akan membocorkannya pada siapa-siapa.

Apa jangan-jangan Karel tidak menghubungi Hazel untuk mengirim foto karena ia sudah tau dan jadi ilfeel pada Hazel?

"Lisa baik, kok. Walaupun aku gak deket sama dia. Tapi gak mungkin mulutnya se-ember itu."

Itu kata azaa ketika Hazel bercerita soal kejadian lukisan kemarin.

"Kamu chat duluan aja. Mungkin Karel lupa."

"Nanti, deh. Pulang sekolah." Putus Hazel final

Hari ini hari Senin yang mana ada agenda upacara. Dan sudah sangat menjadi hal yang wajar di sekolah, bila satu jam pelajaran setelah upacara itu jamkos karena tanggung waktunya untuk menuju ke istirahat pertama.

Jadi sekarang Hazel dan kawan² di kantin, tengah menikmati cireng dan jus jeruk seperti biasa.

"Istirahat kedua beli apa, ya..."

"Mie Tek Tek kayak biasa aja."

"Ah, bosen tauuu."

Percakapan antara Clara dan Alana sukses membuat Hazel, azaa dan Vania menggelengkan kepala. Belum belajar sudah memikirkan siang mau makan apa. Memang si dua perut karet.

"Apa ayam bakso? Tapi kalau udah siang udah pada habis."

"Liat ntar, deh."

Tak berselang lama, baldi dan ketiga temannya datang ke kantin. Hazel menyenggol bahu Azaa yang tengah mengangkat satu kaki ke atas kursi, membuatnya gelagapan dan langsung menurunkan kakinya ke bawah.

Jaga imej di depan gebetan, toh.

"Berempat doang, tumben Karel gak ikut?"

Hazel mengangkat bahu atas pertanyaan Vania barusan. "Absen lagi kali ya."

"Absen mulu tuh, orang." Celetuk Clara.

"Di OSIS juga suka absen kalo rapat." Ujar Alana

Mungkin ini terdengar lebay, bucin, alay, atau apalah kalian menyebutnya. Tapi sehari saja Hazel tak melihat Karel rasanya seperti ada yang kurang. Menunggunya lewat didepan kelas itu melelahkan, tapi di samping itu juga membahagiakan bila wujudnya berhasil maka Hazel tangkap.

Pada kenyataannya, Karel tidak perlu banyak usaha untuk membuat Hazel jatuh padanya.

Tidak perlu diantar pulang seperti cinta, tidak perlu diajak berbincang dan tertawa seperti Lisa. Cukup dengan bertemu pandang dengan Karel saja sudah lebih dari cukup untuk Hazel.

Hazel tak dekat dengan Karel, dan tak punya orang dalam untuk bertanya tentang Karel. Tapi bagi Hazel, melihatnya di sekolah sudah membuktikan bahwa Karel baik² saja sudah membuat Hazel tenang. Tidak seperti sekarang yang mulai berfikir apa alasannya tak masuk sekolah. Malas, kah? Ada urusan, kah? Atau sakit?

"Susah, deh, zell, kalau suka sama orang gak jelas."

Siapa lagi kalau bukan azaa yang berbicara.

"Mending kamu sama anak futsal  yang aku kasih tau kemarin, kayaknya dia juga tertarik deh sama kamu."

Ah iya, beberapa hari yang lalu, ada siswa yang mengaku sebagai teman azaa yang menghubungi Hazel lewat Instagram.

Awalnya ia hanya men-follow Hazel saja, tapi makin kesini sering membalas story Instagram yang sebenarnya Hazel tunjukkan untuk Karel.

Ya bisa, dibilang salah sasaran.

"Kalau Hazel gak suka gpp, gayss. Kasian juga sama cowoknya nanti." Ujar Vania

Hazel mengangguk setuju.

"Aku udah bilang sama dia kalau kamu lagi suka sama seseorang. Tapi dia tetep kekeuh ngedeketin kamu."

"Coba respon aja, zell. Kali aja cocok." ujar Clara yang diangguki oleh azaa

"Gak segampang itu..."

Hazel bukan tipe orang yang mudah luluh dengan orang lain. Tentunya tak mudah merespon seseorang yang sebenarnya tidak di harapkan datang saat ini.

Pun Hazel selalu membalas pesan darinya singkat-singkat. Harusnya ia sadar kalau Hazel tak tertarik dan berhenti menghubungi Hazel terus-menerus.

"Kalau menurut aku sih terserah kamu aja, zell. Mau direspon silahkan, kalau gak mau juga gak papa. Tapi kalau sekiranya kamu gak mau buka hati buat dia ya, respon seadanya aja, jangan sampai buat dia berharap lebih atau malah sakit hati."  Ujar Alana

Hazel sangat paham kalau mereka tak yakin dengan Karel dan aku takut kecewa pada akhirnya. Tapi tetap saja perasaan tidak bisa dipaksakan, bukan??

*
*
*

Hello,, gimana dengan part ini?

Jangan lupa kalau komen dan vote ya gayss!

      Span next disini 👉👉

Satu kata buat part ini?

Sekian dan terimakasih sudah berkenan membaca💚

Penasaran? Tunggu chapter selanjutnya yahh.


Satu kisah untuknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang