TANDAI TYPO⚠️
Jangan lupa kasih 🌟 dan komennya 💬 biar aku nambah semangat nulisnya.
BUAT READERS, FOLLOW DULU AKUN AKU BIAR BISA DAPAT NOTIF :v
SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA AMIN,,,,,
*
*
*"KAREl JANGAN KABUR!! BUANG SAMPAH DULU!" Teriakan salah satu teman sekelas Karel
Ku lihat didepan kelas, teman sekelas Karel tengah berkacak pinggang dengan wajah sensinya, menatap tajam Karel yang sudah setengah jalan menuju tangga.
"Mau ke kantin doang. Nanti gue buang." Sahut Karel lalu pergi begitu saja
"Kasian dia piket sendiri." Ujarku
Azaa yang duduk di sebelah ku mulai bersuara, sepertinya dari tadi kami sama-sama mengamati kejadian barusan.
"Kelas sebelah emang gak jelas. Dengar-dengar dari baldi, mereka masih belum bisa berbaur satu sama lain gitu."Aku mengangguk kecil untuk menggapi ucapan azaa
"Sepuluh menit lagi aku ekskul." Aku menghela nafas panjang. "Tapi gak ada Alana, pasti aku diem aja nanti."
"Ngobrol dong sama cinta." Ujar azaa dengan gaya bicara meledek, membuatku menyenggol bahunya pelan dengan senyum kecut.
"Disindir-sindir mulu yang ada."
"Eh, kan Alana rapat OSIS, berarti Karel gak langsung pulang juga nantinya."
"Bisa jadi."
Aku menoleh ke kanan, lalu ke kiri, sampai mataku menangkap sosok lisa yang tengah berjalan dengan seorang temannya di bawah sana.
"Lisa, cantik banget, ya...."
Mata azaa mengikuti arah pandanganku
"Mau ngomong biasa aja tapi nyatanya dia emang cantik." Azaa menggelengkan kepala heran. "Bisa-bisanya dia dulu mau sama Karel, pasti kena pelet."
Aku mendengus geli. "Karel gak seburuk itu jadi juga, kali."
"Ya itu di mata kamu. Di mataku dia orang paling nyebelin sedunia."
"Iya deh, iya."
•••
Entah hari ini menyenangkan atau tidak, hari ini ekskul diliburkan mendadak karena kelas sebelas ternyata harus berkumpul di lapangan setelah pulang sekolah untuk membahas rencana studi kampus bersama wakil dan kepala sekolah.
Di satu sisi aku senang karena artinya tes tarian wajib akhirnya di undur, tapi disisi lain aku kecewa karena harus menunggu pak Harto sampai jam empat. Tadi sih maunya pulang sama varo aja tapi kan tuh cowok sudah pulang sama pacarnya jadi terpaksa deh nunggu pak Harto.
Jadi kini ku putuskan untuk pergi ke ruang seni di lantai bawah yang biasa untuk dipakai praktek seni budaya.
Belum sempat membuka pintu, pintunya sudah terbuka dari dalam. Menampilkan sosok perempuan yang akhir-akhir ini sering ku perhatikan.
"Hai, mau pake ruang seni juga ya?"
"Eh, enggak." Aku menggeleng pelan. "Cuman mau lihat-lihat aja sih."
"Masuk aja kalau gitu. Gue mau cuci palet dulu diluar."
Lisa juga suka melukis?
"Ayo masuk." Ajaknya lagi
Ku ikuti langkahnya untuk masuk kedalam ruangan, seperti beberapa minggu lalu, ruangan ini masih berisi lukisan-lukisan yang sama.
"Nama Lo siapa? Kayaknya kita pernah ketemu, ya?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu kisah untuknya
Fiksi Remaja"kita ditakdirkan hanya untuk saling mengenal tidak lebih" Yaps dia adalah Karel ivander aswangga. Seorang laki-laki dingin dan dengan sikapnya yang penuh dengan tanda tanya. "Apa yang harus ku lakukan supaya Tuhan bisa ubah takdir kita untuk saling...