15

20 12 2
                                    

TANDAI TYPO⚠️

Jangan lupa kasih 🌟 dan komennya 💬 biar aku nambah semangat nulisnya.

BUAT READERS, FOLLOW DULU AKUN AKU BIAR BISA DAPAT NOTIF :v

SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA AMIN,,,,,

*
*
*

"Karel kayak monyet!"

"Hush!"

"Bikin emosi terus tuh orang!"

Bisa kulihat azaa berkacak pinggang dengan wajah masamnya di depan jendela kamar, menatap tajam Karel yang tengah tertawa riang seraya mengangkat-ngangkat adik sepupunya ke udara di seberang rumah sana, sangat menggemaskan sekali mereka.

"Daripada adik sepupunya kenapa-kenapa, zaa. Lagian dia udah minta maaf, maafin aja udah." Bujukku seraya menarik ujung baju azaa Karena tubuhnya mulai menutupi keseluruhan jendela.

"Ya gak harus aku juga yang jadi tumbal, zell..."

Agak kasian memang melihat lengannya membiru karena hendak menolong adik sepupunya Karel yang hampir jatuh dari sepeda tadi. Kronologinya, Karel dan adik sepupunya tengah bermain bersama di halaman rumah, dan azaa tengah mengambil jemuran di depan rumah. Lalu entah apa alasannya, Karel masuk ke dalam rumah meninggalkan adik sepupunya bermain sepeda sendirian.

Ya... melihat adik sepupunya Karel ingin jatuh tentu bergegas menolong, tapi terlambat. Karel tiba-tiba muncul dan menyenggol badan azaa hingga tersungkur ke aspal untuk menangkap adik sepupunya.

Omong-omong kenapa ada adik sepupunya Karel karena dia tinggal bersama Karel dan keluarganya karena orang tuanya pergi kerja keluar kota dan dititipkan d keluarga Karel.

"Padahal udah pengen aku selametin, tapi dia malah marah-marah sambil bilang kenapa gak panggil dia aja. Cih, siapa suruh ditinggal-tinggal. Kalo manggil dulu bisa-bisa adiknya sepupunya udah ketimpa batako, tuh!"

"Karel keliatan sayang banget sama adek sepupunya."

"Iya, diakan anak tunggal jadi gak punya saudara, apalagi adiknya itu sakit. Tapi sayangnya dia ke adik sepupunya itu sampai nyelakain orang lain, mana minta maafnya gak ikhlas lagi."

Lagi-lagi aku terbahak. Omong-omong ini pertama kalinya aku bertemu Karel di luar sekolah. Dan seperti biasa, ketika berpapasan kami hanya saling menatap sekilas tanpa mengucap apa-apa.

Melihat Karel tertawa bebas seperti sekarang adalah pemandangan yang jarang sekali ku lihat di sekolah. Dan benar kata azaa, seperti punya kepribadian ganda.

"Dia bisa beda gitu ya di sekolah sama di rumah. Gimana caranya deketin Karel ya..." Gumamku yang tentunya didengar oleh azaa

"Intinya harus kuat mental. Meskipun nekat pun hasilnya bisa aja gak sesuai keinginan kamu."

Ucapan azaa benar. Jujur aku juga ingin hanya menyukainya dalam diam agar tak menjadi beban, tapi seiring berjalannya waktu perasaan itu kian tak bisa ku kendalikan.

"Kamu serius cuman tertarik sama Karel? Gak ada tertarik sama cowok lain? Anak basket ganteng-ganteng loh, zell. Kekar-kekar lagi. Gak kayak Karel klemer-klemer gitu."

"Suka sama satu orang aja ribet."

"Suka seribu orang gak akan lebih ribet dibanding suka sama karel." Ujar azaa tak mau kalah.

Ya, inilah azaa si hiperbolis dan tak mau kalah.

"Zaa, kalau bisa suka sama orang lain juga aku mau. Tapi otak dan hati rasanya gak pernah sinkron. Secara logika emang suka sama Karel itu sulit dan buang-buang waktu, tapi itu yang justru bikin hatiku seneng. Ngeliat dia masuk sekolah, ngeliat dia ngobrol sama teman-temannya, sampe ngeliat dia ketawa sama adik sepupunya kayak barusan. Cuman hal-hal sederhana itu, kalau Karel yang lakuin, aku rasanya bahagia."

Kini kuraih lengannya, lalu ku oleskan obat salep itu menggunakan kapas ke memarnya itu.

"Suka sama Karel mungkin lebih rumit dibanding suka dengan seribu orang, tapi suka seribu orang gak akan buat aku lebih bahagia dibanding suka sama Karel."

"Zell..."

Aku bergumam dengan mata masih fokus pada luka azaa.

"Pacaran sama Sadam aja gimana? Hahahaha." Ujarnya dengan tertawa

*
*
*

Hallo,, gimana dengan part ini?

Jangan lupa kalau komen dan vote ya gayss!

      Span next disini 👉👉

Satu kata buat part ini?

Sekian dan terimakasih sudah berkenan membaca💚

Penasaran? Tunggu chapter selanjutnya yahh.

 


















Satu kisah untuknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang