21

17 13 2
                                    

TANDAI TYPO⚠️

Jangan lupa kasih 🌟 dan komennya 💬 biar aku nambah semangat nulisnya.

BUAT READERS, FOLLOW DULU AKUN AKU BIAR BISA DAPAT NOTIF :

SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA AMIN,,,,,

*
*

Kegiatan hari ini ditutup dengan ekskul setelah sebelumnya kami hanya berberes kelas dan santai-santai.

Aku berjalan bersama azaa, Clara, Alana dan Vania menuju lapangan.

Kami kini sudah duduk di pinggir lapangan, di bawah pohon mangga tua yang tak berbuah. Tempat ini sudah menjadi markas tetap kami jika ada acara di lapangan.

"Untung gak keduluan orang lain." Ujar Alana yang sedang berusaha duduk dengan kain batik yang terikat di pinggangnya.

Alana, azaa, Clara dan Vania sedang mengamati orang-orang yang berjalan tapi tidak denganku yang saat ini sedang mengamati Karel.

"Karel kok jelek, sih, hari ini. Zell."

Bukan lagi azaa, kali ini Clara yang mengkritik, entah siapa lagi besok Alana atau Vania. Mereka ini benar-benar deh gak ada yang bener di mata cewek-cewek ini.

"Itu karena lepek aja rambutnya."  Ujarku membela.

Karel tengah duduk di ujung lapangan dengan kaos berwarna biru muda sama seperti anggota OSIS lainnya. Dengan mengalungin pluit dan memangku bola. Sekarang memang kebetulan ekskul basket tengah tampil, tapi sepertinya ia hanya menjadi cadangan. Dari tadi kegiatannya hanya mengambil bola yang keluar dari lapangan, memberi bola cadangan, lalu duduk kembali seraya mengamati.

Jujur memang ia seperti terlihat lemas disana. Walaupun posturnya memang begitu, tapi kali ini entah kenapa wajahnya pucat dan langkanya lambat. Berkali-kali bahkan ku lihat ia menyekat keringat di dahi.

Tak bisa dibayangkan bagaimana panasnya duduk di bawah matahari di saat aku yang dibawah pohon saja masih mengeluh gerah.

"Kayaknya Karel capek, tuh." Komentar Clara yang ikut mengamati. "Kasih minum, sana, kasian, tuh."

Aku menggeleng. "Mana berani, rame begini."

"Emng kalau berdua doang berarti, apa?" Imbuh azaa

"Enggak juga, sih." Aku terkekeh. "Tapi kasian, sih... Masa gak di kasih minum dari OSIS?"

"yang peduli cuman kamu, zell."

Kali ini ucapan Vania salah. Tak mungkin hanya aku yang peduli disaat siswi lain di kanan kiri rata-rata matanya tertuju pada Karel. Perlu diingat, Karel sekarang sudah banyak penggemarnya.

Tak berselang lama ia mengeluarkan ponsel seperti mengetik sesuatu, lalu tiga detik kemudian ia mengangkat kepala dengan mata tertuju lurus kepada seseorang yang tengah berjalan ke arahnya.

Itu Lisa.

Gadis itu berjalan santai menghampiri Karel dengan menggenggam dua buah botol minuman di tangan kanan dan kiri.

Baru pertama kali kulihat Karel tersenyum. Indah sekali. Tapi sayangnya bukan padaku ia tertawa.

"Gak usah diliatin udah, mending liatin aku sama Alana."

Aku menuruti ucapan azaa dengan mengalikan pandangan ke tengah lapangan. Tapi tak bisa di elak ujung mataku sesekali melirik mereka.

Lisa ikut duduk di samping Karel, mengobrol sambil tertawa seperti biasanya. Meski pemandangan itu sering kali kulihat, tetap saja rasa sedih dan rasa iri masih menjalar.

Hazel si ambisius nyatanya tidak berlaku dalam hal mengejar Karel.

Mungkin aku bisa bersaing dengan orang yang suka padanya, tapi apa aku bisa bersaing dengan orang yang disukainya juga?

*
*
*

Hello,, gimana dengan part ini?

Jangan lupa kalau komen dan vote ya gayss!

      Span next disini 👉👉

Satu kata buat part ini?

Sekian dan terimakasih sudah berkenan membaca💚

Penasaran? Tunggu chapter selanjutnya yahh.

 

Satu kisah untuknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang