TANDAI TYPO⚠️
Jangan lupa kasih 🌟 dan komennya 💬 biar aku nambah semangat nulisnya.
BUAT READERS, FOLLOW DULU AKUN AKU BIAR BISA DAPAT NOTIF :v
SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA AMIN,,,,,
*
*
*
*Di pagi hari aku sudah rapi dengan seragam sekolahku dengan rambutku yang terurai.
"Anak papa udah rapi ajah nih." Ucap di meja makan
"Iya, dong pah." Balasku
"Ayo, sarapan dulu supaya berangkat." Ujar mama
"Oh, iya azel mau di antar papa atau sama pak Harto aja?" Tanya papa
"Sama pak Harto aja deh pah, soalnya kan kita beda arah pah, nanti papa repot lagi." Ujarku
"Oh, oke. Makan cepet tuh udah di tungguin sama pak Harto di depan." Ucap papa
"Aku dah selesai, aku berangkat dulu ya. Mah ,pah."
"Oke, hati-hati. Ya" ucap papa kepadaku
"Assalamualaikum." Ucap ku sambil Salim ke mama, papa
"Waalaikum salam." Ujar mama, papa secara bersamaan.
*****
Sudah sampai depan gerbang sekolah, aku turun motor Scoopy nya pak Harto. "Makasih, ya. Pak." Ucap ku kepada pak Harto.
"Iya, neng sama-sama, nanti kalau pulang telpon aja neng biar saya yang jemput."
"Okeyy, pak Harto." Ujarku sambil tersenyum
"Yasudah kalau begitu saya pulang dulu neng." Ujar pak Harto
"Iya, pak hati-hati ya. Pak."
Setelah pak Harto pergi aku langsung bergegas menuju kelas karena jam masuk akan segera mulai.
Setelah hampir tiga bulan efektif belajar, mulai banyak event-event dari dalam maupun luar sekolah yang dilaksanakan. Salah satunya per-mata olimpiade.
Dan yang mengejutkan lagi, barusan aku diumumkan masuk ke dalam calon peserta olimpiade biologi tingkat kabupaten. Aku hampir tak percaya se-waktu Bu iyam menyampaikan informasi itu. Tapi beliau sangat mempercayai ku, ia pikir, aku adalah orang yang tepat untuk mewakili sekolah dalam olimpiade ini.
"Bengong Mulu, zell."
Aza tiba-tiba datang dan duduk di sampingku, gadis itu menggenggam plastik kecil berisi Sempol di tangan kanan, jus mangga di tangan kiri.
"Mikirin olimpiade, ya?" Tanyanya tepat sasaran.
Aku mengangguk. "Menurut kamu gimana, zaa? aku harus ikut atau nggk?"
"Aku setuju sama kata Bu iyam, sih, ikut aja. Itung-itung buat pengalaman." Ujarnya setelah melahap habis satu tusuk sempol.
Aku menghela nafas pelan. "Oke, deh, aku coba."
"Aza, azell!!"
Clara tiba-tiba muncul di pintu kantin dan melambaikan tangan ke arahku dan aza, ia berjalan mendekat. Kemudian meminum jus punya aza tampa memintanya.
"Bagi, ya, zaa. Haus banget. Makasih." Ujarnya tanpa jeda
"Iye-iye."
Clara tersenyum tak berdosa melihat aza yang menggerutu. Kini pandangannya tertuju padaku.
"Calon peserta olimpiade semuanya di suruh ke ruang guru." Ujarnya memberi informasi
Aku dan aza mengangguk mengerti karena tadi Bu iyam juga sempat menginformasikan.
"Olimpiade yang diumumkan kok kebanyakan yang akademik ya, gak ada gitu yang non-akademik biar aku bisa ikutan."
"Kamu mau ikut olimpiade apa emangnya kalo ada?"
Clara melirik sempol yang dipegang aza. "Olimpiade makan Sempol terbanyak. Pasti aku juara satu." Ujarnya dengan cengengesan.
"Ngawur!"
"Tolol!" Ujarku dengan aza secara bersamaanAkhirnya kami bertiga pergi keluar dari kantin, Clara kembali ke kelas karena waktu istirahat hampir habis, sedangkan aku dan aza pergi ke ruang guru.
"Anak-anak kumpul di lapangan dulu, ya. Sebentar lagi ibu keluar setelah selesaikan urusan dengan kepsek."
Beruntung cuaca hari ini tak begitu terik tapi cenderung mendung justru, jadi kami tak banyak mengeluh dan malah asik ngobrol tentang olimpiade.
"Sudah kumpul semua anak-anak?"
Bu Ros sebagai perwakilan pelaksana olimpiade akhir datang. Ia menggenggam map yang biru berisi selembar kertas yang ku tebak untuk absen peserta.
"Ibu, absen dulu ya."
"Karel ivander aswangga."
Hening
Aku menoleh ke kanan dan kiri, Namun tak menemukan sosok Karel sekalipun disini.
"Karel tidak hadir?"
Beberapa siswa menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Bu iyam.
"Oke, skip saja dulu. Selanjutnya Hazel zwetta mahawira,"
"Hadir, Bu!" Seruku seraya mengangkat tangan.
Bu iyam mengangguk dan melanjutkan absen sampai pada nama siswa terakhir.
"Bima, kamu anak kelas MIPA 5, kan? Tolong sampaikan pada Karel untuk datang ke ruangan ibu di jam kedua istirahat nanti, ya."
Ah, aku penasaran Karel ikut olimpiade apa, dan juga penasaran mengapa ia tidak hadir disini, padahal tadi pagi aku melihatnya masuk ke kelas.
"Karel, kira-kira ikut olimpiade apa, ya, Zaa?" Bisikku pada aza yang tengah menyatat informasi yang Bu iyam jelaskan barusan.
Aza menyimpan bukunya, kemudian menoleh. "Kayaknya bahasa inggris? Aku dengar-dengar dia jago bahasa inggris." Aku membentuk mulut seperti O seraya mengangguk-ngangguk.
Karel ajaib sekali. Hal-hal yang ada pada dirinya selalu membuatku terkejut. Ku kira ia hanya siswa laki-laki biasa yang tak terlalu fokus pada pelajaran dan punya nilai seadanya. Tapi nyatanya ia aktif berorganisasi, pun sekarang masuk ke dalam peserta olimpiade.
"Kamu nanti satu bus sama Karel, dong?" Aza membuka pembicaraan ketika kami sudah berjalan menuju kelas. Benar juga, aku baru sadar kalau absen kami berdekatan.
"Iya, ya,,,,"
"Berani gak, deketinya?" Aza bertanya dengan ekspresi mengejek. "Kalau dengar dari ceritamu pas pulang sekolah waktu itu, kayaknya Karel gak risih deh sama kamu. Lumayan kan, udah selangkah lebih maju."
"Jangan buat aku kepedean, zaa!" Seruku dengan senyum malu-malu.
"Kalau di lihat dari kejadian sebelum-sebelumnya. Cewek yang suka sama dia dan nyoba buat interaksi sama dia tuh nyesel karena sikapnya terlalu cuek." Aza melirikku dengan alis mengangkat. "Tapi pas sama kamu, dia jadi luluh gitu. Bahkan dia duluan kan, yang ngajak kamu ngomong?"
Aku mengulum senyum seraya mengangguk. Sebenarnya tidak ingin berharap lebih, tapi omongan aza ada benarnya juga, ya.
Apa mungkin Karel?.
"Bisa jadi dia juga tertarik, sama kamu." Ujar aza sambil menggodaku.
Ohh, tolong tahan aku untuk tidak terbang sekarang juga.
*****
Hallo,, gimana dengan part ini?
Jangan lupa kalau komen dan vote ya gayss!
Span next disini 👉👉
Satu kata buat part ini?
Sekian dan terimakasih sudah berkenan membaca💚
Penasaran? Tunggu chapter selanjutnya yahh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu kisah untuknya
Teen Fiction"kita ditakdirkan hanya untuk saling mengenal tidak lebih" Yaps dia adalah Karel ivander aswangga. Seorang laki-laki dingin dan dengan sikapnya yang penuh dengan tanda tanya. "Apa yang harus ku lakukan supaya Tuhan bisa ubah takdir kita untuk saling...