TANDAI TYPO⚠️
Jangan lupa kasih 🌟 dan komennya 💬 biar aku nambah semangat nulisnya.
BUAT READERS, FOLLOW DULU AKUN AKU BIAR BISA DAPAT NOTIF :v
SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA AMIN,,,,,
*
*
*
*Hari berjalan begitu cepat, tak terasa pelaksanaan olimpiade sudah di depan mata. Aku menggenggam erat kertas berisi biodata pendaftaran di depan bus 3 dan melirik ke dalam.
Akupun masuk dan duduk di kursi bagian tengah yang terletak dua seat. Ku posisikan diriku di dekat jendela dan Ku taroh tas di seat sebelahku.
"Sudah kumpul semua anak-anak?" Bu iyam masuk ke dalam bus seraya membawa map biru seperti biasanya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh isi bus dan sedikit menurunkan kacamata nya ketika melihat ke arahku.
"Masih ada yang kosong, ya? Siapa yang belum hadir?"
"Saya, Bu." Sebuah suara terdengar diikuti kemunculan postur tubuh yang sangat ku kenali.
Tepat sekali tebakan ku, siapa lagi kalau bukan Karel.
Bu iyam berdecak seraya menggelengkan kepalanya. "Kebiasaan kamu ini, cepat masuk. Duduk di kursi yang masih kosong."
"Ini kosong?"
Aku menoleh ke arahnya lagi, kemudian melirik ke kursi lain yang ternyata memang sudah terisi semua.
"Kalau nanti kamu duduk sama karel fixx kalian jodoh." Ucapan aza terngiang-ngiang di kepala ku. Aku menggigit bibir untuk menahan senyum. Ku tengok kembali Karel, dan mengangguk kecil, lalu ku pindahkan tas ke pangkuanku.
Karel tak mengeluarkan kata-kata lagi setelah duduk di sampingku. Kegiatannya selama perjalanan hanyalah mengotak ngatik ponsel saja, kemungkinan besar ia main game karena terdengar suara-suara kecil seperti pedang dan tembakan. Dan sisa waktunya ia habiskan untuk tidur.
Sedangkan kegiatannku hanya membalas pesan masuk dari dari aza dan Clara, sisanya ku habiskan untuk mengamati pemandangan luar jendela. Sebelumnya tak ada yang menarik karena kami melewati jalan tol. Tapi aku tak ingin melakukan apa lagi supaya tak terlihat salting di depan Karel.
Padahal tampaknya juga ia tak peduli padaku.
"Ayo bangun anak-anak. Sebentar lagi sudah sampai!!"
Aku menegakkan badan dan sedikit merenggangkannya, jam di bus sudah menunjukkan pukul sebelas, itu berarti perjalanan kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke tempat pelaksanaan olimpiade.
"Yang temanya belum bangun, segera di bangunkan. Ya!"
Aku melirik Karel. Laki-laki itu masih asik terlelap dengan kedua tangan menyilang di dada.
Melihat keadaan, siswa lain tampak sibuk berceloteh yang membuat seisi bis agak berisik, tapi hal itu sama sekali tak mengganggu Karel yang tengah tertidur tenang.
"Karel." Panggilku dengan suara kecil
Suara bising saja tak berhasil membuatnya bangun, apalagi suara kecil dari bisikan ku. Bahkan telinga ku sendiri hampir tak mendengar ucapan ku sendiri.
"Karel." Panggilku lebih kencang, tapi laki-laki itu tetap saja memejamkan matanya.
Aku melirik lengannya yang berbalut Hoodie hitam di balik seragam. Sempat ragu sejenak tapi akhirnya ku sentuh lengannya dengan jari telunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu kisah untuknya
Teen Fiction"kita ditakdirkan hanya untuk saling mengenal tidak lebih" Yaps dia adalah Karel ivander aswangga. Seorang laki-laki dingin dan dengan sikapnya yang penuh dengan tanda tanya. "Apa yang harus ku lakukan supaya Tuhan bisa ubah takdir kita untuk saling...