Setibanya di puskesmas, Shin langsung mendapatkan penanganan. Sedangkan Yul, setelah membayar orang itu dengan harga yang telah disepakati, segera menemui Shin yang masih diperiksa.
Yul merasa tidak tega saat melihat wajah Shin yang semakin pucat. Yul juga takut sesuatu terjadi pada Shin. Mengingat Shin bukan lah orang biasa, yang akan menjadikannya masalah besar.
Dalam hatinya, Yul terus mendoakan akan kesembuhan Shin.
Yul tidak pernah setakut ini sebelumnya. Hingga membuat tangannya bergemetar, berkeringat dingin. Meski dalam ketakutan besar, Yul masih bisa mengendalikan dirinya untuk tetap tenang. Walau, ia tahu air mata bisa saja tiba-tiba keluar.
Selain itu, Yul juga beberapa kali meminta Shin agar dirinya menghubungi Jaka namun, hal itu selalu ditolak oleh Shin.
"Gak usah. Nanti dia khawatir. Lagi pula saya juga gak papa"
Sekarang Yul mengerti alasan di balik Shin tidak ingin dirinya menghubungi Jaka, karena jika ia sampai menghubungi Jaka, maka hal itu akan membuat Jaka khawatir yang akan merepotkan banyak orang. Yul juga tau, Shin tidak ingin merepotkan banyak orang. Seperti itu lah yang bisa Yul tangkap dari ucapan Shin.
Maka dari itu, sekarang Yul hanya bisa pasrah dan terus berdoa, agar tidak terjadi sesuatu yang serius pada Shin.
Pada saat itu, salah seorang pegawai nakes memintai data diri pasien kepada Yul membuat Yul hampir saja menggelengkan kepala —karena tidak tau apa-apa soal Shin.
Meski dalam kesakitan, Shin mengeluarkan dompet dan memberikannya pada Yul.
"KTP saya di sana," ujar Shin pada Yul.
Melihat Shin memberikannya dompet, dengan ragu Yul menerima dompet tersebut namun, ia tidak sampai hati untuk membukanya. Yul merasa tidak sopan membuka dompet seseorang. Akan tetapi, Yul juga tak tega ketika harus mengulur-ngulur waktu orang yang sedang bekerja. Hingga pada akhirnya ia tetap membuka dompet tersebut. Sebelum ia melakukannya, Yul melihat lebih dulu ke arah Shin yang tengah merintis kesakitan.
Saat melihat dompet isi yang penuh dengan kartu, Yul tak mengerti dengan semua kartu tersebut. Karena kartu yang dimiliki oleh Shin tidak ada yang sama dengan kartu miliknya kecuali KTP.
Setelah mengambil KTP tanpa melihat lebih jelas lagi tentang isi dompet ataupun data diri Shin di KTP karena dianggap tidak sopan oleh Yul, ia segera menutup kembali dompet tersebut dan memegangnya erat.
Yul tidak memiliki tas seperti kebanyakan gadis lainnya. Yul hanya membawa dompet kecil hadiah dari toko mas yang muat dikantong celana yang memiliki ukuran kecil.
Beberapa saat kemudian, setelah proses administrasi selesai, dan Shin pun telah didiagnosis keracunan makanan, karena ada beberapa bahan yang tidak cocok di perut Shin. Membuat Shin harus dirawat beberapa hari.
Yul yang mendengar hal itu, tubuhnya menjadi lemas dan ia hampir saja menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Teringat, bagaimana jika ia terlambat membawa Shin, sesuatu yang serius pasti telah terjadi pada Shin dan dia akan semakin menyalahkan dirinya sendiri.
Saat itu juga, Yul tidak akan mengajak Shin jajan sembarangan ataupun memberikan makananan sembarangan. Karena perut Shin tidak sebadas perutnya. Jangankan makanan sembarangan, air hujan saja yang ia tenggak langsung tidak memberikan respon apapun terhadap perutnya. Sudah dipastikan jajanan seperti itu tidak akan membuatnya sakit perut.
Melihat Shin sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya, dan tangannya pun sudah diinfus namun, Yul masih belum berani mendekat ke arah orang yang tengah tertidur tersebut. Hatinya masih kacau, dan dia belum benar-benar tenang.
Teringat dompet Shin masih ada pada tangannya, dengan langkah berat Yul mendekat ke arah Shin, dan duduk di kursi yang telah disiapkan.
Melihat wajah pucat Shin yang sedang tertidur, dia membenci dirinya sekarang karena telah terpesona dengan Shin yang tengah tertidur.
Figur sempurna Shin membuat Yul semakin membenci lagi dirinya karena semakin menaruh hati pada Shin. Padahal ia tahu, Shin tidak tercipta untuk dirinya.
Pada akhirnya, Yul tak kuasa dengan hatinya sendiri yang selalu mengkhianati pikirannya, ia menangis dengan kepala yang menunduk.
Yul menyukai orang ini, tapi ia sadar, siapa dirinya hingga berani menyukai Shin dengan begitu indahnya.
Pada saat ia tengah menangis tanpa suara, Shin tiba-tiba menghapus air matanya.
"Jangan nangis"
Yul terhentak, dengan cepat menghapus air matanya dan dengan cepat juga ia menyembunyikan kesedihannya, dengan membuat sebuah senyuman seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
"Eh Shin udah bangun?," ujar Yul buru menyapa Shin yang kini tengah menatapnya.
"Mau minum?" Yul kembali bertanya, mengingat di sini belum ada air, Yul berencana untuk membelinya.
Shin menggelengkan kepala. Tapi, Yul tidak puas dengan jawaban Shin. Shin harus menginginkan sesuatu agar dirinya bisa tenang. Seperti ingin memakan sesuatu, walaupun dokter menyarankan untuk tidak makan makanan kurang sehat serta bertekstur kasar. Minimal Shin harus punya keinginan.
"Terus mau apa?" Yul kembali bertanya.
Kali ini Shin menjawab dengan suaranya yang terdengar lemas.
"Mau Teteh aja. Teteh jangan kemana-mana," ujarnya di akhiri dengan senyuman.
Untuk jawabannya membuat Yul tidak bisa berkata-kata.
Tanpa diminta pun Yul rasa, dia bisa melakukannya dengan baik. Hanya saja, keadaan tidak akan membuatnya melakukan hal itu dengan baik. Dia masih memiliki Ibu yang baru aja pulih, serta hal-hal lain yang harus dikerjakan. Namun, untuk mengatakannya bukan sesuatu yang mudah Yul lakukan, dan pada akhirnya ia hanya bisa berbohong.
"Iya. Saya gak akan kemana-mana" ujar Yul, lalu teringat akan dompet Shin "dompet kamu" Yul menyimpan dompet tersebut di samping Shin.
"KTP nya udah saya masukin lagi," pungkas Yul.
Shin tidak menjawab apa-apa akan hal itu seolah-olah tidak peduli dengan dompet ataupun dengan isinya tapi, dia mengambil tangan kanan Yul.
"Makasih" ujar Shin yang lebih memilih berterima kasih.
Tangannya yang digenggam oleh Shin, Yul tidak lagi merasa canggung, dan Yul malah merasa nyaman saja. Seolah-olah telah menjadi sebuah kebiasaan. Namun, ia tahu hal itu adalah sebuah kesalahan. Yul mencoba mengambil kembali tangannya.
"Jangan buat saya terluka lebih dalam lagi," ujar Shin yang membuat Yul berhenti untuk menarik tangannya, dan berganti dengan menatap Shin, Yul bingung dengan ucapan Shin.
Yul memikirkan, apa hubungan menarik tangannya menjadikan Shin kesakitan lagi.
"Ini buat saya nyaman," lanjut Shin membuat Yul kembali hidup dengan ketidak berdayaan. Ia hanya bisa pasaran, padahal ujung lidahnya hampir mengeluarkan pernyataan.
"Yaudah, cepet tidur. Biar cepet sembuh," ujar Yul, memiliki rencana lain. Pada saat Shin tidur nanti, ia berencana untuk pulang dan memberitahukan masalah ini pada Jaka. Setidaknya keadaan Shin sekarang sudah jauh lebih baik.
"Hm"
Setelah itu, dengan patuh Shin memejamkan mata, dengan tangan Yul yang berada dalam genggamannya, dan sesekali ia mengusap-ngusap tangannya.
Yul tidak tahu lagi, sudah berapa kali ia jatuh ke dalam perasaan yang salah seperti ini. Shin selalu saja membuat dirinya untuk terus merasakan perasaan itu lebih dalam lagi. Namun Yul, tidak begitu memusingkan hal itu, karena ia tahu, Shin tidak akan selamanya tinggal di sini. Dan, pada saat itu terjadi, dia akan benar-benar bisa menjalani kehidupan yang baik, seperti yang selama ini orangtuanya harapkan.
•••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
BUJANG KOTA |TAMAT
RomanceKetika Yul (25) seorang gadis desa dengan cara berpikirnya yang selalu merasa tidak percaya diri. Ia yang selalu berpikir dirinya tidaklah secantik gadis-gadis desa lainnya, tidak lah semenarik itu, lebih memilih untuk menjauh saat ada seseorang yan...