Bab 44| Kenyataan nya

186 9 0
                                    

Setibanya di kota pada waktu malam. Yul melihat ke arah luar jendela. Dia dibuat terpukau dengan pemandangan malam di kota yang sangat jauh berbeda dengan di Desa.

Banyak sekali lampu-lampu yang bertebaran, terlihat seperti bintang-bintang yang ada di desanya. Gedung pencakar langit juga salah satu bangunan yang membuat Yul tak bosan melihatnya. Banyak sekali pikiran yang terlintas ketika melihat gedung-gedung tersebut.

Jaka yang duduk di kursi samping pengemudi, melihat ke arah belakang, ke arah Yul untuk mengenalkan isi kota.

"Yul, yang gede itu hotel.. di hotel sana ada tirai yang kebuka sendiri.." ujar Jaka menjelaskan hal-hal kecil yang orang lain tidak peduli. Namun Jaka tau, Yul sama seperti dirinya, rasa ingin tahu pasti Yul rasakan. Maka dari itu ia menjelaskan sesuai pengalamannya.

Yul dengan antusias mendengarkan Jaka menceritakan segala hal. Meski begitu, raut wajah Yul masih menunjuk wajah tenang, seolah-olah apa yang Jaka ceritakan telah ia ketahui.

Itu juga yang membuat Yul sering dikata mahal. Robi mengetahui sisi Yul yang satu ini. Ekspresi wajahnya terkadang tidak sesuai dengan isi hatinya. Banyak yang mengatakan, Yul itu terlalu tenang. Hingga ketenangannya sulit dipahami oleh orang lain.

Di tengah-tengah Jaka yang sedang menceritakan banyak hal kepada Yul, Shin memanggilnya.

"Jaka"

Membuat Jaka langsung berhenti berbicara, dan berbalik melihat ke arah Shin.

"Iya bos?"

Pada saat dirinya melihat tatapan dari Bosnya tersebut, Jaka langsung tersadar jika dirinya dan Yul memiliki nasib yang berbeda. Dirinya bisa mengetahuinya hal-hal yang ada di kota karena dirinya sendiri. Sedangkan Yul, ada Bosnya selain akan menceritakan dengan jelas, bosnya juga yang membuat Yul merasakannya secara nyata.

"Hehe... iya bos maaf" 

Jaka tidak lagi berbicara, dan ia kembali fokus ke depan.

Selanjutnya, Yul malah dibuat bingung dengan apa yang terjadi di antara Jaka dan Shin. Namun, Yul tidak bertanya lebih. Karena sisi lain pikirannya sudah membuat sebuah dugaan, ia menduga, Shin terganggu dengan suara Jaka yang sedang bercerita padanya.

Yul jadi merasa tidak enak pada Shin dan juga Jaka. Dengan begitu, Yul langsung bertekad untuk tidak merepotkan Shin maupun Jaka.

"Teteh mau ke Hotel?" Tanya Shin.

Shin berencana, jika Yul mau, dia akan membawa Yul ke Hotel daripada ke rumahnya.

Rupanya, Yul menggelengkan kepala. Alasannya, selain merepotkan, Hotel juga sering dikatakan sebagai tempat yang tidak baik oleh orang Desa. Yul tidak ingin dibicarakan sebagai wanita tidak baik hanya karena ke Hotel. Padahal di Hotel bukan hanya untuk jadi tempat istirahat, Hotel juga bisa jadi tempat liburan yang menyenangkan. Karena di hotel-hotel tertentu sudah difasilitasi dengan fasilitas yang menarik.

"Yaudah. Ke rumah aja, ya. Kapan-kapan kita main ke Hotel"

Yul setuju akan hal itu. Meski, hasil sama saja. Karena mereka berdua belum sah menikah. Dan rasanya kurang pantas untuk tinggal satu rumah.

Namun, keluarga Shin mengatakan, jika hal itu sebagai salah satu kunjungan sebelum menikah, sebagai tradisi dari keluarga mereka. Dengan kata lain, Yul harus menghargai tradisi yang ada. Karena setelah menikah nanti, tradisi tersebut akan menjadi bagian hidupnya juga.

Selain tatanan kota yang selalu membuat Yul tercengang ketika melihatnya, ia juga dibuat tercengang ketika mobil yang dirinya tumpangi memasuki sebuah halaman rumah.

Jelas, itu bukanlah rumah biasa. Itu adalah jenis rumah megah, mewah serta memiliki halaman yang luas. Yul juga melihat deretan mobil mewah yang terpakir di garasi depan.

Kali ini wajah terkejutnya tidak bisa ia tutup lagi. Itu terlihat jelas di wajahnya. Namun, ia hanya bisa diam memandangi Shin yang sedang bersiap-siap untuk turun.

"Ayo teh, kita udah sampe"

Yul masih terpaku di tempatnya. Ia tidak berani mengangkat pantatnya sedikitpun. Ia hanya ingin tetep berada dalam mobil, dan ikut kembali bersama mobil tersebut ke desa.

Itu bukan rumah, itu istana!

Yul kembali merasa tidak percaya diri. Ia tidak pernah mengira Shin akan sekaya ini. Bahkan, rumah Kades-nya pun tak ada apa-apannya dibandingkan dengan rumah Shin. Apalagi dengan rumahnya yang hanya sebesar kandang kambing, dan bahkan tak bertembok apalagi memakai beton kuat seperti rumah Shin.

Kali ini, Yul menyesal karena sudah menolak tinggal di Hotel. Karena rumah Shin jauh lebih indah dari pada hotel yang ia lihat di jalan.

"Shin. Jangan bilang rumah kamu pake tirai yang bisa kebuka sendiri," celetuk Yul menatap Shin yang sedang menunggunya untuk bersiap-siap. Dan itu juga menjadi celetukan terkonyol yang pernah dirinya lontarkan. Biasanya ia bisa menahan dirinya yang tidak banyak tahunnya ini. Tapi, Shin sudah membuat dirinya tidak menahan hal itu.

Shin tertawa mendengar ucapan Yul yang polos tersebut.

"Enggak teh. Enggak selalu. Kadang kalo habis baterainya kita pakai tangan," tak lupa, Shin selalu berusaha memahami posisi Yul, agar membuat Yul merasa nyaman dan aman.

"Oh,"desah Yul, sedikit merasa lega. Setidaknya di rumah Shin pernah kehabisan baterai.

"Yaudah kita masuk. Teteh juga harus istirahat. Yang lain juga udah pada masuk"

Kali ini, dengan langkah berat, Yul ikut turun bersama Shin, dan berjalan masuk menuju rumah Shin yang megah tersebut.

Saat ia akan masuk ke dalam rumah, Yul menatap Jaka dengan sinis yang sedang membawakan tasnya ikut berjalan di belakangnya.

'Jaka, kenapa kamu gak jelasin kalo Shin itu kayak banget banget, bukan kayak banget aja'

Jaka yang melihat tatapan Yul, kebingungan. Karena ia merasa bahwa dirinya tidak membuat kesalahan apapun.

"Teh. Selamat datang di ru—" ucapan Shin terputus ketika ia akan membawa Yul ke dalam rumahnya, karena ia sudah melihat Yul tiba-tiba saja jatuh pingsan dan ditangkap oleh Jaka yang berada di belakang.

"Teteh—!"

Shin bergegas mengambil Yul, dan membawanya ke dalam pelukannya. Dengan panik Shin membawa masuk Yul ke dalam rumahnya dan menempatkan Yul di sofa di ruang tamu.

Jaka yang melihat hal itu bergegas mencari kotak obat, mencari sesuatu yang bisa membangun Yul.

Sisi lain Shin memegang erat tangan Yul, ia bingung dan khawatir.

"Teh bangun.."

Jaka yang tidak mempunyai pengalaman untuk membangunkan orang yang pingsan, memanggil pengurus rumah tangga yang sudah berpengalaman.

Dia adalah seorang wanita berusia 45 tahun yang bekerja sebagai pengantur kebutuhan rumah tangga di keluarga Shin.

Dia datang membawa minyak aroma terapi yang memiliki tekstur menghangatkan, dan ia mengoleskan minyak tersebut ke dada, perut, telapak kaki, telapak tangan serta kedua daun telinga. Hal bertujuan membuat Yul tengah dan tak lupa, aroma tersebut harus tercium. Agar Yul cepat sadar.

"Dia kecapean kayaknya," ujar wanita itu mengidentifikasikan kondisi Yul saat ini.

Jauh dari itu semua, penyebab Yul pingsan adalah selain kelelahan, ia juga terkena serangan panic attack, karena kenyataan akan Shin jauh di luar ekspektasinya. Membuatnya merasakan cemas berlebih dengan keadaannya yang jauh beberapa dengan Shin.

•••••••••

BUJANG KOTA |TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang