Bab 38| Dalam Kebingungan

76 8 0
                                    

Hari-hari berlalu begitu saja namun, Yul meraskan bagaimana waktu berganti setiap detiknya.

Ibunya pun sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Yul sudah tidak lagi pergi ke ladang seorang diri. Kini, Ibunya telah pulih dan bisa kembali ke ladang, bekerja di perkebunan jagung seperti biasa.

Hari ini adalah hari liburnya Yul dan dia berencana untuk pergi ke pasar untuk membeli pakaian baru. Yul merasa dirinya sekarang ini membutuhkan pakaian baru. Bukan tanpa alasan, ia harus memiliki penampilan yang lebih baik agar tidak membuat malu tunangannya tersebut. Karena Yul sempat mendengar sebuah gosip yang membicarakan akan cara berpakaiannya tersebut.

Yul merasa tidak ada yang salah akan acara berpakaian tapi, sekarang ia sedang mencoba sesuatu yang baru.

Seperti biasa, Yul pergi ke pasar seorang diri. Kali ini ia memilih becak motor dijadikan sebagai alat transportasi. Selian murah, becak motor juga bisa melindungi kita dari panas dan juga hujan.

Setibanya di pasar pakaian, di sebuah pasar tradisional. Yul bingung untuk menentukan pakaian mana yang harus ia beli. Karena, jika memilih sesuai keinginannya akan berakhir dengan model yang sama seperti yang ia kenakan seperti biasa. Sedangkan, ia ingin mencoba model baru.

Yul berdiri di depan sebuah toko pakaian. Ia masih ragu untuk masuk ke dalam. Melihat dari display nya pun sudah membuatnya berpikir dua kali. Itu adalah sebuah toko pakaian dengan model pakaian yang sedang populer saat ini.

Namun, Yul hanya membutuhkan waktu 10 detik untuk berpikir, setelah itu ia mengambil keputusan tersebut. Yul masuk ke dalam toko lalu, melihat deretan pakaian yang luar biasa aneh di mata Yul. Meski semua pakaian adalah jenis terbaru, Yul masih mengambil pakaian tersebut dengan gayanya sendiri, pakaian serba tertutup serta sederhana. Tidak memiliki gaya yang mencolok dan warna yang senada dengan kulitnya yang sawo matang.

Setelah mendapatkan pakaian yang dirasa sesuai dengan keinginannya tersebut, Yul kembali pulang, dan tak lupa membelikan minuman kesukaan Ibunya, es cendol.

Sesampainya di rumah, setelah membayar ongkos becak motor. Saat akan memasuki arena halaman rumah, Yul dibuat terkejut ketika rumahnya digandrungi banyak orang.

Saat melihat hal itu, hal pertama yang ia pikirkan adalah Ibunya. Yul kembali teringat akan kejadian Ibunya yang jatuh sakit tempo hari.

Yul bergegas berjalan cepat ke arah rumahnya dengan perasaan was-was. Jatungnya terasa berhenti bedetak.

"Mak...!," ucap Yul dengan panik masuk ke dalam rumah dengan kondisi pintu yang sudah terbuka.

Namun, apa yang ia lihat tidak seperti yang ia pikirkan. Ibunya baik-baik saja, dia sedang duduk santai di kursi dengan beberapa orang tamu. Yul, tidak mengenali sebagian tamu tersebut tapi,  mengenali salah satunya.

Shin?

Perlahan dengan kebingungan Yul masuk ke dalam rumah, mengamati kejadian yang sebenarnya. Karena yang ia lihat saat ini membuatnya bingung. Terutama pada tamu-tamu tersebut. Mereka terlihat bukan dari Desa, Yul melihatnya seperti orang kota. Terlihat jelas dari pakaian sederhana namun terlihat mencolok, sama seperti pakaian yang sering digunakan Shin —sederhana namun benar-benar mencolok.

"Teh," Shin berdiri menyapa Yul lebih dulu.

Yul tidak menjawab sapaan Shin selain konflik yang terjadi di antara mereka berdua, Yul masih berada dalam keterkejutan dan membuatnya tidak bisa fokus. Yul hanya terfokus pada keadaan.

"Ini yang kamu maksud, Shin?," ujar salah seorang di antara tamu yang berjumlah 4 orang tersebut dan sisanya adalah Jaka beserta keluarga, tetangga serta petua. Dan orang yang bertanya pada Shin barusan adalah seoarag wanita tua, yang masih terlihat segar.

Yul masih berdiri diam, mengamati wanita tersebut dengan rasa penasaran yang tinggi.

Siapa mereka? Ada apa ini? Yul bertanya-tanya dalam hatinya. Bahkan es cendol yang bawa pun terabaikan, mencair banyak.

"Iya," jawab Shin pada orang itu.

Lalu, Yul melihat ke arah Ibunya untuk mendapatkan jawaban yang ada dalam benaknya tersebut. Namun, Yul malah melihat Ibunya mendesah.

"Yul," Panggil wanita itu

Yul berbalik, melihat dengan raut wajah terlihat bingung. Matanya pun melirik ke arah semua orang yang hadir untuk mendapatkan jawaban.

"Iya," jawab Yul ragu, melirik ke arah wanita itu sebentar lalu, ia menundukkan kepala.

"Saya Ibunya Shin," ujar wanita itu memperkenalkan diri, membuat Yul langsung menoleh ke arahnya.

Terkejut bukan main ketika mendengar wanita itu adalah Ibunya Shin. Seketika, Yul merasa gugup, dan takut. Pikirannya langsung tertuju ke arah, dia yang pernah membuat Shin keracunan makanan, dan langsung membuat sebuah kesimpulan bahwa, kedatangan mereka ingin meminta pertanggungjawaban darinya.

Lebih dari itu, Yul dibuat terkejut ketika Ibunya Shin juga memperkenalkan gadis muda yang berada di sebelahnya serta, wanita muda lainnya berusia 33 tahun, dan sekarang pria tua.

"Yang ini Adiknya Shin, Chia. Yang ini Papahnya Shin dan yang terakhir Tantenya Shin"

Yul hanya memaksakan diri untuk tersenyum, menyambut salam perkenalan dari mereka. Selebihnya, dia masih menyimpan tanda tanya besar dalam pikirannya.

Ibu itu tersenyum ketika melihat wajah bingung Yul

"Kedatangan kami kemari bukan tanpa alasan dan bukan juga tanpa tujuan..." baru sampai situ Ibu Shin berbicara, wajah Yul sudah berubah pucat. Ia yakin sekali bahwa dirinya akan diadili.

".....Seperti yang dikatakan Shin sebelumnya kepada saya. Bahwa dia ingin membuat sebuah ikatan yang lebih serius lagi bersama Yul..." Saat bagian ini Yul langsung mengerti dengan maksud dan tujuan keluarga Shin. Karena, Yul telah mengalami hal proses seperti ini bersama Robi. Namun, yang menjadi momok hatinya sekarang adalah, sejak kapan dirinya membuat sebuah ikatan bersama Shin. Terlebih dia masih terikat bersama Robi.

Yul melihat ke arah Ibunya yang sedang menunduk. Dan itu adalah raut wajah dari campuran berbagai emosi namun, masih bisa menunjukkan sikap bijaksana.

"Maaf, Bu sebelumnya. Tapi saya sudah terikat dengan seseorang," Yul terpaksa memotong ucapan Ibu Shin karena ia tidak ingin topik pembicaraan ini merambah lebih serius lagi. Ia harus menghentikannya dari sekarang.

Namun, hal itu malah disambut kembali oleh Ibunya.

"Yul. Duduk dulu!" Perintah Ibunya untuk Yul duduk di kursi kosong di dekat Shin.

Kursi tersebut sengaja Shin kosongkan untuk Yul.

Namun, Yul memilih untuk tetap berdiri.

"Enggak, Mak!" Yul berubah menjadi serius. Dan dia tidak lagi sedang bercanda.

Yul ketika sedang dalam situasi serius, dia akan menjadi orang yang paling serius. Dan, dia akan meninggalkan sifat pemalu serta gugupnya. Dia akan berani serta ucapannya juga jauh lebih lantang.

Namun, sikapnya itu membuat orang yang berada di dalam ruangan tersenyum menatapnya.

Yul langsung tersadar akan sikapnya barusan. Namun, Yul memilih untuk tidak memperdulikan mereka. Karena,  masalah ini bukan masalah biasa.

Berkali-kali Yul memikirkan, bukan dia tidak menginginkan Shin. Namun, dia hanya sadar diri.

Ibu shin kembali tersenyum dan senyumannya memancarkan aura positif. Dia adalah Ibunya yang penuh kasih sayang serta lemah lembut.

"Baik. Kami tau itu. Tapi, keputusan sudah diambil dan para petua ini menjadi saksinya," tutur Ibu Shin.

Yul tidak mengerti sama sekali. Karena ia sudah melewatkan informasinya. Hingga ia hanya bisa kembali melihat ke arah Ibunya.

Kali ini, Ibunya sedang menatapnya juga. Yul melihat Ibunya menganggukkan kepala padanya. Pertanda, apa yang dibicarakan oleh Ibunya Shin adalah suatu kebenaran.

Meski kebenaran telah terkonfirmasi kebenarannya Yul masih saja bingung. Karena, ia tidak tahu bagaimana mulanya bisa seperti ini. Terlebih lagi, kini Ibunya setuju dengan hubungan Shin. Padahal, tempo hari Ibunya melarang hal itu. Itu yang sekarang Yul pertanyaan; bagaimana bisa?

•••••••

BUJANG KOTA |TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang