Bab 46| Orang Kaya Nomor Satu

281 12 0
                                    

Keesokan paginya. Yul yang sudah terbiasa bangun pagi dan sudah memiliki jamnya sendiri, bangun seperti biasa. Namun sekarang sedang tidak di Desa. Hingga, Yul bingung harus melakukan apa. Setelah membereskan tempat tidur dan juga mandi. Kini, ia hanya jalan mondar-mandir di dalam kamar.

Pada saat ia memutuskan untuk ke luar dari kamar, Yul dibuat terkejut melihat keadaan rumah yang terlihat sepi dan hanya ada beberapa pekerja yang sedang bekerja membereskan rumah. Hal itu sama sekali di luar hariannya.

Jika di Desa, Yul akan segera mengerti. Biasanya di pagi hari seperti ini warga Desa sudah mulai pergi ke ladang. Akan tetapi kejadiannya berbeda saat ini. Hingga Yul memutuskan bertanya pada salah satu orang yang sedang membereskan rumah. Dan, orang itu mengatakan, seperti ini lah kehidupan orang kaya. Mereka terlihat santai tapi sebenarnya jauh lebih sibuk dari orang biasa.

Meski sudah dijelaskan berkali-kali, Yul masih bingung dan ia juga lebih memilih untuk mempelajarinya dengan pelan-pelan. Karena Yul tahu, suatu hari ia segera mengetahui dengan apa yang dimaksud, santai tapi sibuk.

Berhubung ia sedang menganggur, Yul memutuskan untuk membantu membersihkan rumah.

Namun pada saat ia ingin membantu, pekerja tersebut melarangnya, dan malah menyuguhinya teh hangat, dan kue kering untuk dinikmati. Yul semakin bosan dan bingung.

Yul hanya memiliki cara terakhir untuk menghilangkan kebosananya itu dengan cara menelepon Jaka.

Beberapa menit kemudian Jaka datang dengan wajah lesu. Dia baru saja tidur dan sekarang, Yul sudah memanggilnya. Namun, dirinya tidak berani lalai untuk menjalankan tugas. Meski melelahkan, Jaka dengan sigap melayani Yul.

"Apa Yul?"

"Bosen"

"???"

Jaka yang sedang diambang lelahnya, hampir saja jatuh pingsan, saat Yul berkata bosan padanya.

"Mau jalan-jalan? Ke depan komplek sana. Kebetulan di sana yang jual gorengan kota yang pake udang, sama kepiting," ujar Jaka dan ia juga hanya punya cara itu untuk menghilangkan rasa bosan Yul.

"Boleh"

"Gas lah.. jalan kaki aja kita"

"Setuju"

Lalu, mereka berdua berjalan beriringan melewati jalanan perumahan elit dengan infrastruktur yang dirancang secara baik, hingga memberikan hunian yang nyaman, dan tentunya aman.

Bukan hanya mereka berdua saja yang sedang berjalan di tempat itu tapi, ada beberapa orang lainnya yang sedang melakukan olahraga pagi. Jelas, hal itu juga merupakan pemandangan yang langka.

Berjalan santai sambil mengobrol

"Kang. Kenapa Akang enggak kasih tau kalo Shin itu kaya nya kebangetan?" Tanya Yul gemas sendiri terhadap Jaka yang tidak menceritakan tentang Shin keseluruhan.

Jaka juga yang mendengar ucapan Yul, bingung sendiri.

"Ya..."

Jaka tidak bisa berkata-kata lagi akan sikap Yul yang selalu rendah diri.

"Eh, Yul. Seharusnya kamu tuh beruntung dapet calon yang sukses. Orang-orang mah pada rebutan. Sedangkan kamu....? Malah jadi masalah. Gak habis pikir saya"

Jaka sama sekali tidak mengerti dengan cara berpikir Yul.

"Bukan gitu. Kan Akang juga tau, saya teh orang desa. Gak cocok lah"

"Udah lah! Kalo kamu gak mau sama si Bos. Sama saya aja udah" ucap Jaka yang akhirnya frustasi sndiri.

"Maaf, Kang. Gak mau"

BUJANG KOTA |TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang