Bab 39| Pelepasan Cincin

184 13 0
                                    

Terlepas dari rasa bingungnya, Yul dibuat terkejut lagi ketika, Robi dan juga keluarganya datang.

Kresek serta es cendol yang sejak tadi ia jinjing, sedikit mengendur karena tangannya yang tiba-tiba bergetar. Bukan tanpa alasan, itu adalah rasa gugup, takut, cemas, serta hal-hal lain yang membuat Yul jantungnya berdebar-debar resah.

Yul bertemu dengan tatapan Robi yang terlihat cemas juga. Dia juga jadi ikut cemas. Namun seseorang malah menyuruhnya masuk ke dalam kamar.

Yul, menolaknya. Dia ingin tetap di sana. Dia ingin tau segalanya. Namun, saat mendengar Ibunya juga menyuruhnya masuk, dengan tak berdaya, Yul masuk ke depan kamar.

"Yul. Masuk dulu"

Bisa bersama Robi pun, Yul tidak tahu secara jelas bagaimana prosesnya. Karena Ibunya lah yang telah mengatur segalanya. Beralasan Ibunya hanya ingin melakukan tugasnya sebagai orangtua tunggal sebagai penanggung jawab hidupnya. Maka dari itu, Ibunya akan memikirkan segalanya tanpa membebani Yul.

Di dalam kamar, Yul dalam diam mendengarkan perbincangan mereka. Terdengar Suara Robi yang menolak pembatalan pertunangan, dan suara-suara lain yang membuat sebuah kesepakatan.

Mengetahui dirinya sedang diributkan bukannya senang, Yul malah takut. Karena salah satu diantaranya akan berakhir kecewa. Yul tidak ingin membuat orang lain kecewa. Masalah hati, ia sudah mulai terbiasa dengan perasaan yang mustahil ini. Namun, Yul bisa membayangkan dengan hubungan yang sudah dipastikan bahagia harus berakhir kecewa.

Terlebih lagi, ia mengkhawatirkan Ibunya sekarang. Pasti, Ibunya sedang dalam tekanan besar sekarang hanya demi dirinya.

Dengan penuh permohonan Yul berharap, masalah ini segera berakhir dengan siapapun itu pada akhirnya, ia sudah tidak lagi peduli. Asal Ibunya bahagia.

Kembali mendengarkan perdebatan yang ada. Namun, Yul sama sekali tidak mendengar suara Shin. Yang terdengar hanya suara Ibunya dan Tantenya saja.

Yul pun dibuat aneh dengan hal itu, karena tidak seperti Robi yang benar-benar memperdebatkan segalanya.

Di desanya, jika pihak wanita ingin melakukan pembatalan pertunangan maka, pihak tersebut harus siap dengan uang denda yang diajukan oleh pihak laki-laki. Terkecuali, pembatalan tersebut telah disepakati keduanya, maka tidak akan ada denda ataupun perjanjian lainnya. Sedangkan yang ia dengarkan sekarang adalah pembatalan sepihak dari pihaknya, yang ia dengarkan saat ini, sehingga hal itu membuat Yul khawatir akan denda yang dibayar.

Uang ia miliki sekarang adalah uang sekali pakai. Hari ini dapat, maka besok harus mencari kembali. Apalagi tabungan dengan nominal yang banyak, Yul sama sekali tidak memilikinya.

Pada saat itu, Yul ingin keluar, ingin membatalkan pembatalan yang ada. Namun, suara Shin membuat Yul mengurungkan niat.

"Saya terima"

Apa-apaan itu?! Jelas Yul mempertanyakan. Karena uang disebutkan oleh Robi bukan jumlah yang sedikit. Robi mengajukan uang pembatalan sebesar 100juta rupiah. Bukan nominal yang dianggap biasa apalagi bagi dirinya. Ia sudah gemetar ketakutan saat mendengar jumlah diajukan. Namun, Shin setuju.

Yul tidak tahu seberapa banyak kekayaan yang dimiliki oleh Shin. Namun, Yul tidak habis pikir, bagaimana bisa Shin rela membayar uang denda demi dirinya yang biasa ini. Bahkan lebih buruk dari biasa.

Lalu, keputusan tersebut disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan menyatakan, Robi bukan lagi tunangannya sekarang.

Yul tidak tahu lagi harus berkata apa sekarang sebab, ia menolak dirinya untuk memikirkan sesuatu yang indah setelah ini. Sesuatu yang indah tersebut bernama Shin. Karena keputusan telah dibuat Shin yang akan menggantikan Robi. Sesuatu yang tidak pernah sekalipun Yul sangka. Selebihnya, saat ini Yul tidak begitu memikirkan entah itu bertahan dengan Robi ataupun berganti. Baginya, selama hal tersebut dianggap baik oleh Ibunya, Yul tidak akan mempertanyakan kembali dengan keputusan yang ada. Yul percaya, pilihan Ibunya adalah yang terbaik. Meski begitu, jantungnya tetap berdebar-debar.

Saat Yul merasa perbincangan mulai terasa sunyi, ia berencana untuk melihat, Namun Ibunya sudah lebih dulu memintanya untuk keluar untuk pengesahan pembatalan pertunangan alias pengembalian cincin kepada pihak laki-laki.

Selain itu, proses ini juga sulit untuk Yul lakukan. Apalagi ketika ia keluar dan melihat wajah Robi, hatinya merasa tak tega, dan hatinya tidak segan untuk mengucapkan beribu kaya maaf untuknya. Ia juga tidak tahu akan seperti ini akhirnya.

"Maaf," ujar Yul pada Robi ketika ia sudah duduk di hadapan Robi disaksikan banyak orang. Termasuk Shin berserta keluarganya.

"Gak papa. Gak usah minta maaf. Keputusan ini diambil sebaik mungkin. Dan juga, kan kita masih bisa jadi temen," ujar Robi menatap wanita yang selama ini ia cintai tersebut.

Dari wajah Robi, menandakan bahwa ia tidak bisa berbuat banyak untuk mempertahankan hubungan ini. Terlebih, sekarang Robi tahu, orang yang Yul sukai bukan dirinya melainkan Shin. Ia tidak ingin memaksakan orang lain untuk bersamanya.

Saat Robi mengatakan hal itu, dalam hatinya merasakan rasa sakit. Bagaimanapun juga, dia baik-baik saja selama ini bersama Robi.

"Maaf ya, Yul. Saya ambil," ujar Robi,  menarik kembali cincin yang pernah ia pasangkan tersebut.

Yul dengan ragu mengangguk. Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang karena, bersedih ataupun bahagia, keduanya tidak pantas untuk ia rasakan saat ini.

Setelah proses pembatalan pertunangan selesai dilakukan dengan pembicaraan antar keluarga tentang rencana selanjutnya.

Pada saat ini, Jaka ataupun warga lainnya sudah pergi, hanya meninggalkan keluarga Shin. Mereka mengetahui, bahwa perbincangan selanjutnya bukan untuk disaksikan oleh umum. Sehingga, ruang tamu sedikit lebih leluasa sekarang. Namun, Yul menolak untuk duduk di sebelah Shin dan lebih memilih untuk duduk di dekat Ibunya. Yul tidak memiliki keberanian serta kepercayaan diri untuk bisa duduk bersama Shin.

Yul duduk dengan kepala menundukkan, dan ia juga masih belum berani menatap langsung ke arah shin maupun keluarganya. Yul masih canggung untuk melakukannya.

"Bu, sekarang permasalahan sudah di selesaikan. Dan, seperti yang kita bicarakan sebelumnya, pertunangan akan kami selenggarakan dalam waktu cepat seperti keinginan Shin," ujar tante Shin pada Ibu Yul rencana yang akan mereka ambil selanjutnya.

Yul tidak tahu harus berkata apa, desiran hatinya sudah membuat pikirannya menjadi berantakan.

Lalu, Yul mendengar Ibunya menjawab.

"Soal pertunangan, saya serahkan sepenuhnya pada Shin, waktu nya pun saya persilahkan untuk memilih waktu yang terbaik. Saya hanya ingin semuanya lancar sesuai dengan yang diharapkan. Anak saya bisa bahagia, itu sudah cukup untuk saya. Saya juga tidak meminta apapun. Saya minta pada Shin, jika memang Yul bukan lagi yang terbaik, kembalikan. Jangan sakiti dia. Itu, keinginan saya," tutur Ibu Yul, ia menekan ucapannya di kalimat terakhir.

Yul tidak tahu jika Ibunya bisa sebijak ini. Yang ia tahu, Ibunya adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Namun, ia tidak mengetahui sisi ini dari Ibunya.

•••••••••••

BUJANG KOTA |TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang