Setelah dua keluarga mengobrol untuk memperdalam tali kekeluargaan, serta untuk saling mengenal satu sama lain, keluarga Shin kembali ke kediaman Jaka untuk beristirahat di sana. Berbeda dengan Shin yang datang lebih awal, keluarga baru saja tiba tadi siang. Sehingga malam ini mereka sudah merasa lelah, dan untuk memilih untuk beristirahat lebih awal.
Ibu Yul sangat memaklumi hal itu, hingga mempersilahkan keluarga tersebut untuk kembali. Tapi tidak dengan Shin, dia meminta untuk tinggal lebih lama lagi. Dia masih ingin bersama Yul. Karena masih banyak hal yang ingin dia diskusikan bersama Yul.
Saat ini di ruangan tersebut hanya menyisakan dua orang. Untuk Ibu Yul sendiri, dia lebih memilih untuk pergi menemani tetangga lain yang ikut hadir juga.
Yul masih belum merasakan rasa gugupnya mereda. Jantungnya masih saja berdetak hebat. Namun, kali ini ia cukup kuat untuk mengatur dirinya untuk tetep tenang.
Shin duduk di sebelahnya. Dan bujang kota tersebut tenang tersenyum cerah, memandangi Yul yang sedang menunduk karena malu.
"Teh..," Panggil Shin dengan suara rendah yang terdengar lembut.
"Iya," jawab Yul mencoba untuk bersikap seperti biasa. Menoleh sekilas ke arah Shin, lalu kembali menundukkan kepala.
"Mau ikut ke kota?," ujar Shin
Membuat Yul kali ini tidak bisa lagi terus-terusan merasa malu. Pertanyaannya membuat Yul berani menatap ke arahnya. Karena, pertanyaan Shin bukan lah pertanyaan yang mudah untuk ia jawab. Karena, tidak sekalipun terlintas dalam benaknya untuk pergi ke sana. Meski, ia tahu bahwa dirinya akan bertunangan dengan Shin. Tapi, untuk pergi ke sana Yul belum memikirkannya. Terlebih, tidak mungkin baginya untuk meninggalkan Ibunya sendirian.
Yul, belum bisa menjawab. Dia hanya diam, kembali menunduk bukan karena malu melainkan, karena bingung.
"Teteh juga harus ke kota. Kita kenalan sama keluarga saya yang lain. Temen-temen saya juga. Mereka harus tau teteh," tutur Shin yang menginginkan Yul bisa ikut bersamanya. Singkatnya, Shin masih ingin bersama Yul namun, keadaan memaksanya harus segera kembali.
"Gak lama. Seminggu aja," pungkas Shin berharap banyak. Jika pun, Yul menolaknya, ia hanya bisa menerima dengan lapang dada. Karena, Shin juga tahu betul perasaan Yul sekarang, bukan sesuatu yang mudah untuk dijawab.
"Boleh ngomong sama Emak dulu?," ujar Yul, karena ia butuh membiarkannya dengan Ibunya.
"Boleh dong. Saya tunggu jawabannya. Besok lusa, kita berangkat," ucap Shin sudah senang meski, belum tentu jelas jadi atau tidaknya. Tapi, Shin sudah punya tebakan yang besar jika, Yul akan ikut bersamanya ke kota.
"Em," jawab Yul setengah hati. Ia ingin ikut namun hatinya masih bimbang.
Meski hatinya sedang dilanda kebingungan namun, hal itu tidak menutup dirinya untuk merasakan bahagia. Apalagi ketika melihat senyum Shin.
"Teh..." ujar Shin yang selalu memanggilnya lebih dulu sebelum melanjutkan berbicara
"Em" Yul pun tak segan untuk selalu menjawab panggilan dari Shin. Yul rasa, ia tidak akan pernah bosan melakukannya.
"Boleh pegang tangan?," tanya Shin meminta ijin untuk memegang tangannya.
Shin pun, hatinya belum se luas itu untuk melalukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Dia tetap harus menghormati lawannya. Meskipun, seberapa Yul tidak masalah jika Shin memalukan tanpa ijin terlebih dahulu.
"Boleh," jawab Yul meskipun tidak masalah, namun ia masih malu untuk menjawabnya.
Setelah mendapatkan persetujuan, Shin dengan lembut mengambil tangan yang telah ia pasangkan cincin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUJANG KOTA |TAMAT
RomanceKetika Yul (25) seorang gadis desa dengan cara berpikirnya yang selalu merasa tidak percaya diri. Ia yang selalu berpikir dirinya tidaklah secantik gadis-gadis desa lainnya, tidak lah semenarik itu, lebih memilih untuk menjauh saat ada seseorang yan...