~19 : Bantu

178 43 6
                                    

Masih di mall.

"BoBoiBoy." Panggil Gempa yang sudah beberapa saat terdiam.

BoBoiBoy memandang sepupunya dengan wajah tenang. Seakan pertanyaannya tadi, adalah satu hal yang wajar ia tanyakan.

"Apa?"

Gempa menarik nafasnya mencoba mengawal emosinya. Tak mahu memperburuk lagi keadaan.

"Lo tau, kan? Apa yang Lo lakukan ini salah? Mending Lo berhenti sebelum semuanya terlambat." Ucap Gempa berusaha menyadarkan BoBoiBoy.

"Maksud Lo apa sih? Nggak usah campurtangan." Sahut Sara tiba-tiba.

Gempa tidak menghiraukan ucapan Sara barusan. Matanya masih setia menatap wajah sepupunya.

BoBoiBoy tersenyum saja. "Nggak. Lagian gw nggak butuh wanita itu jadi isteri gw."

"Astaghfirullah" Gempa mengelus perlahan dadanya.

Pria bermanik emas itu menarik paksa tangan BoBoiBoy dari rangkulan tangan Sara. "Ikut gw."

"Hey!" Bentak Sara tidak terima.

"Tetap diam di sana, jalang." Ujar Gempa kasar.

Sungguh jarang sekali Gempa melontarkan kata-kata kasar di depan seorang wanita. Tetapi untuk kali ini, ia terpaksa mengungkapkan perkataan itu dari mulutnya, agar Sara sadar dengan perilaku jahatnya.

"Lepaskan gw!" Teriak BoBoiBoy sambil mencoba menarik tangannya.

"Nggak! Ikut gw pulang." Tegas Gempa berkata.

BoBoiBoy berusaha melepaskan pegangan Gempa padanya. Merasa usahanya tidak berhasil, pria itu meninju wajah Gempa dengan tangannya yang masih bebas.

"Ugh!"
Otomatis genggaman Gempa pada tangan BoBoiBoy terlepas. BoBoiBoy mengambil kesempatan itu untuk kembali ke tempat Sara.

Gempa dibuat tercengang dengan hal yang terjadi barusan. Ia memegang pipinya yang mulai kebiruan itu.

"Shhh..."

Gempa memandang tajam ke arah tempat yang sepupunya lewati barusan. Nafasnya dihela perlahan.

"Gw tau ini bukan diri Lo."

Gempa kembali mengangkat kantong belanjaan pacarnya yang sempat ia taruh di lantai saat bergelut dengan BoBoiBoy tadi.

Ia mulai berjalan pergi dari sana sambil otaknya sibuk menyusun rencana untuk membantu sepupunya itu.

___________

"Loh! Kenapa wajahmu kayak gitu?!"

Masuk saja ke dalam mobil, Gempa langsung ditanya oleh pacarnya.

Ia kembali memegang pipinya. "Dipukul BoBoiBoy."

Terkejut si gadis saat mendengar hal itu.

"Kok bisa? Emangnya kamu apain dia?"

Gempa mengeluh seketika. Kemudian ia mulai menjelaskan

"Tadi aku memaksa dia pulang. Aku tarik tangannya dari wanita itu."

Pacarnya hanya mengangguk. "Terus?"

"Dia berontak. Aku sempat bergelut dengannya, dan berakhir begini." Lanjut Gempa.

"HMm... Kasiannya pacarku. Well, sebenarnya aku tau semuanya."

Kata-kata yang barusan keluar dari mulut pacarnya membuat Gempa terdiam. Ia seakan-akan dapat menebak isi pikiran wanita berjilbab itu.

"Dia... Oh got."

Sang gadis tersenyum. "Sepertinya apa yang kita pikirkan, adalah sama."

"Iya. Dia..."

"...di santet oleh wanita itu."

Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat.

"Sekarang gimana?" Tanya Gempa.

"Ini satu masalah yang cukup serius. Aku sudah melihat musuh aku kali ini." Ucap gadis itu serius.

"Jadi?"

"Makhluk yang wanita itu gunakan, adalah makhluk yang cukup kuat. Jadi aku butuh bantuan kamu."

Gempa hanya mengangguk. "Tentu. Apa kita harus memberitaukan hal ini pada keluargaku?"

"Iya. Dan aku sudah punya rencana."

"Apa itu?"

Gadis itu mengambil ponselnya dari saku bajunya lalu menghubungi seseorang.

_______________
Kring! Kring!

[Name] terjaga dari tidurnya saat mendengar ponselnya berdering. Tanpa melihat siapa yang menelpon, ia langsung menjawab panggilan itu.

"Halo. Siapa, ya?"

"Halo ]name]. Ini Gempa."

"O oh. Ad ada apa, ya?" Tanya [name] dengan suara seraknya.

"Kamu baru selesai nangis, ya?"

Pertanyaan Gempa membuat perasaan sebak mulai berkumpul di hatinya. Matanya terasa panas.

"Halo?"

"Ti tidak. Hiks!"

Wanita itu tidak berhasil menahan Isak tangisnya. Akhirnya ia mulai menangis.

"Iya. Hiks!"

Gempa dari seberang sana hanya menghembus nafasnya. "Tenang. Kamu punya mobil, kan?"

"Iya."

"Bagus. Bagaimana kalau... Kita bertemu di cafe Choco? Aku dan pacarku akan membantumu."

[Name] menjadi bingung seketika. "M maksud kamu?"

Suara seorang perempuan mula menyahut pertanyaan [name]

"Aku tau apa yang sedang menimpa dirimu saat ini."

"H-huh?"

_____________

Ewwoo~ up lagii~

Jadi chapter ke tiga untuk hari ini.

Maaf ya jika kurang panjang. Takut ide ku habis buat chapter selanjutnya. Maaf...

Nanti... Aku usahakan untuk ketik lebih panjang.

Oh ya. Menurut kalian, buku ini bagus apa nggak?

Aku mau baca pendapat kalian. Jujur ok.

Kalau ada kesalahan, mohon ditegur. Hehehe.

Dan maaf jika alurnya buru-buru. Maaf ya.

Sebenarnya aku merasa karyaku yang ini kurang bagus. Kayak... Ngawur gitu alurnya.

Tapi... Tidak apalah. Lanjutkan saja dulu. ;)

Baiklah

Sea you

owner of my heartWhere stories live. Discover now