~45 : Gempa Dan Reverse

111 20 2
                                    

Mohon dibaca ulang

.
.
.

"[Name]?“

Mendengar namanya dipanggil, [name] yang baru saja selesai menangis itu langsung cepat-cepat menghapus jejak air mata yang masih tersisa di pipinya. Ia menetralkan ekspresi wajahnya seolah tak terjadi apapun, lalu menoleh ke sumber suara. Melihat kehadiran seseorang di sana membuatnya mengukir senyum di bibir. Gempa si pria manis yang sudah lama ditunggunya itu baru saja kembali dari cafe. Ia membawa beberapa kantong plastik di kedua tangannya.

"Kak Gem lama banget." [Name] mulai memanyunkan bibirnya. "Aku bosan tau!"

Pemuda bermanik emas itu hanya tersenyum dan terkekeh pelan saat melihat wajah cemberut milik wanita itu. Sangat lucu dan menggemaskan.

"Benarkah? Bukannya kamu baru selesai menangis?“ tanyanya sambil masih tersenyum.

[Name] sedikit tersentak setelah mendengarkan itu. Ia cepat-cepat menggelengkan kepalanya, menidakkan pertanyaan dari pemuda itu barusan. "T-tidak, kok," sanggahnya.

Gempa hanya bisa tersenyum saja setelah mendengar ucapan [name] itu. Ia tau wanita itu berbohong padanya. Pasalnya Gempa dapat melihat dengan jelas, bahwa mata wanita itu sedikit memerah dan mulai membengkak.

"Beneran?" tanya Gempa lagi sambil duduk kembali di kursinya.

Pemilik manik [e /c] itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Tangannya mengambil cemilan yang barusan dibeli oleh Gempa lalu mulai memakannya dengan lahap.

"Gempa menggeleng pelan pada sifat keras kepala [name] yang sudah seperti  batu.". Kenapa wanita itu masih berkeras tak mau memberitaukan masalah yang sedang ia alami padanya. Penasaran, kan, jadinya?

"Bumil nggak baik menipu, loh. Coba cerita sama aku." ucap Gempa sambil membuka kaleng soda yang dari tadi sudah ia ambil dari kantong plastik yang tadi ia bawa. "Siapa tau aku bisa bantu," lanjutnya.

[Name] langsung terdiam saat mendengar tuturan lembut itu. Sekarang ia bingung, apa dia harus menceritakan semua yang terjadi pada penuda itu, atau  tetap diam dan membiarkan pertanyaan itu tidak berjawab.

Gempa menghelakan nafasnya saat tidak mendapat apa-apa jawaban dari wanita itu. Dengan rasa penasaran yang tak bisa terbendung lagi, pemuda itu dengan asal-asalan mulai menebak.

"Kamu..., bertengkar sama Oboy, ya?"

[Name] sontak menoleh ke arah Gempa sekaligus memberhentikan acara makannya. Ia menatap lama wajah tampan pemuda itu yang sedang tersenyum manis ke arahnya, seolah merasa tebakannya itu benar.

Wanita itu berdehem kecill. Ia lantas menganggukan kepalanya, merasa dirinya tak bisa menyembunyikan masalah itu lagi daripada Gempa. Perlahan namun pasti, bulir-bulir bening mulai bergenang di pelupuk mata wanita itu.

"I-iya," jawabnya sembari berusaha menahan air matanya yang hampir mengalir lagi.

Gempa mengangguk pelan, mulai mengerti dengan masalah yang sedang dialami oleh wanita cantik di sampingnya ini. Pemuda itu kemudiannya menaruh kaleng soda yang sudah tandas isinya itu ke dalam kantong plastik, lalu melempar kantong plastik itu ke dalam tempat sampah yang ada tidak jauh dari kursi tempat mereka dyduk saat ini. Manik emasnya kembali memandang wajah [name] yang mulai terlihat sayu, bersama air mata yang berusaha ditahan olehnya.

"[Name]," panggil pemuda itu dengan lembut.

Kepala [name] yang tadi sempat tertunduk, kembali mendongak lagi. Ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menetralkan pandangannya yang sempat kabur akibat air matanya yang tadi bergenang. Wajah Gempa ditatapnya tanpa ekspresi.

owner of my heartWhere stories live. Discover now