~35 : Rencana Piknik

96 18 6
                                    

Cafe Choco.

Di dalam cafe yang bernuansa mewah itu, terlihat banyak sekali pengunjung yang datang untuk menikmati waktu makan siang mereka. Ini termasuk Blaze dan Gempa yang sudah sampai di sana beberapa menit yang lalu.

Mereka terlihat sedang menunggu kehadiran seseorang, beberapa orang lebih tepatnya.

"Lama banget ih." Blaze memasang wajah kesal.

Gempa menghela nafasnya lelah. "Lama apanya, Aze? Kita di sini baru lima menit. Sabar dikit napa?" Ucapnya sambil melihat-lihat sekeliling.

"Iya iyaa gue sabar." Sahut Blaze malas. Ia menaruh kepalanya di atas meja.

Gempa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah adik pertamanya itu.

Bosan menunggu, Gempa mengambil buku menu yang ada di atas meja lalu melihat-lihat isinya.

Kling!

Kepala Gempa langsung menoleh memandang ke arah pintu cafe yang terbuka. Ia tersenyum manis ke arah orang-orang yang barusan masuk ke cafe itu.

"Sini!"

Pria bermanik emas itu mengangkat tangannya memanggil orang-orang itu agar datang ke meja tempat dia dan Blaze duduk.

"Maaf kami telat. Tadi macet." Ucap salah satu dari mereka.

Gempa tersenyum dan mengangguk. "Nggakpapa, BoBoiBoy. Kami juga nggak nunggu terlalu lama, kok."

Mereka semua hanya mengangguk dan duduk di tempat kosong yang dekat dengan meja Gempa dan Blaze.

"Dia kenapa?" Tanya Ice yang duduk di samping Blaze yang masih duduk dengan kepala di atas meja.

"Kecapean menunggu, mungkin." Jawab Gempa seadanya.

"Oh..."

"Woi! Bangun!" Taufan menepuk punggung Blaze dengan kuat.

"Aduh! Sakit babi!" Blaze langsung terbangun dari tidurnya dengan wajah terkejut. Punggungnya yang barusan dipukul itu dielus perlahan.

Manik orangenya melirik wajah orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan bingung. "Kenapa kalian berkumpul di sini?" Tanyanya sambil mengucek matanya.

Plak!

"Aduh! Sakit, gledek!" Ringis Blaze sambil mengusap kepalanya yang barusan digeplak Halilintar.

"Lo yang ngajak kita ke sini, terus Lo nanya kenapa kita semua di sini? Dasar goblok." Balas Halilintar sarkastik.

Setelah teringat dengan tujuan dia memanggil mereka ke sini, Blaze langsung cengengesan sambil menggosok belakang lehernya. Ia memandang mereka semua dengan canggung.

"Ehehehe. Maaf, gue baru inget. Gue sama Gempa sebenarnya mau ngomong sesuatu ke kalian." Jelas Blaze menyatakan tujuan utamanya memanggil mereka ke sini.

Semua mata mulai menatap lekat ke wajah Blaze dan Gempa.

"Ada apa?" Tanya istri Ice penasaran.

Blaze membenarkan posisi duduknya. "Pertama, gue mau traktir kalian makan. Kedua-"

"Wah! Lo yang benar aja, Aze?" Taufan tiba-tiba memotong ucapan Blaze dengan wajah shok terkejutnya.

"Hmm.... Apa dunia lagi sedang bercanda?" Sahut Duri sambil membuat pose berpikir.

"Tumben lo baik, Aze?" Timpal Solar sambil tersenyum mengejek.

"Benar, tuh. Bukannya lo itu pelit, ya?" Giliran Ice mengatai abangnya.

Blaze yang merasa dipojokkan langsung saja protes. Meja bundar di depannya ia pukul keras.

"Kalian mah! Kalau gue bikin onar, kalian marahin gue. Giliran hari ini gue bikin amal baik, kok kalian malah giniin gue. Mau kalian apa, sih?" Bentak Blaze tak terima.

owner of my heartWhere stories live. Discover now