S2 P3

71 8 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu, elvan kini tengah berada di ICU karena kemarin kata dokter elvan sempat kejang karena panas ditubuhnya yang tinggi dan kemudian kritis. Mereka membawa elvan yang tadinya ke ruang inap dan di ganti ke ruangan ICU.

Fajri dan zweitson menunggunya di luar ruangan, fajri terus membujuk sang istri agar makan namun selalu ditolak olehnya.

"Sayang, kamu harus makan. Kalo ngga makan nanti kamu ikutan sakit, kamu sakit flora gimana?"

"Aku ngga laper aji, aku ngga mau makan"

Fajri menghela nafasnya "zweitson, kamu belum makan dari kemarin. Aku ngga mau kamu sakit, aku ngga mau kamu kenapa napa. Makan ya, flora nanti kesini sama Gilang. Nanti kalo dia haus dia mau minum apa? Masa kasih air putih ya ngga mungkin dong. Makan ya aku temenin"

Zweitson mengangkat kepalanya yang dari tadi bersender di bahu fajri, ia mengangguk dengan pelan. Keduanya pun berdiri dari duduknya, lalu fajri merangkul sang istri dan membawanya ke kantin rumah sakit.

Sesampainya dikantin, fajri memesankan makanan untuk zweitson lalu setelahnya ia menghampiri sang istri yang sudah duduk disalah satu bangku.

Fajri mendudukkan dirinya disamping zweitson, lalu menariknya kedalam pelukan "jangan sedih terus dong, aku ngga tega liatnya kalo kamu kaya gini"

"Salah kamu" lirih zweitson.

"Iya ini salah aku, aku kelihatannya jahat banget ya? Udah keluarin el dari kk, bikin dia sakit, bikin kamu sedih kayak gini. Aku jahat, aku ngga bisa jadi ayah yang baik buat el. Aku terlalu egois dan posesif ke kamu dan anak aku, aku ikhlas kok kalo kamu mau marah ke aku, cuekin aku sampai kapan pun aku ngga papa. Kamu mau apain aku, aku ngga akan ngelarang karena itu pantes aku dapetin"

Zweitson mengeratkan pelukannya kepada fajri "aku sayang kamu, aku ngga bisa lakuin itu kekamu. Aku ngga tega"

"Kamu bisa kok" zweitson menggelengkan kepalanya "aku ngga mau"

Fajri mengusap rambut zweitson dengan pelan lalu mengecup pucuk kepala itu "el bakal benci aku ya? El bakal trauma sama aku, el bakalan marah ke aku"

"Engga, dia ngga akan benci kamu"

"Bohong, aku tau kamu bohong hanya untuk meyakinkan aku"

"Engga aji, engga"

"Itu pasti nyata, aku pantes dapetin itu dari el. Aku udah bikin dia kecewa sama aku zwei"

"Percaya sama aku, aji. El ngga gitu orangnya, El akan memaafkan seseorang walaupun seseorang itu udah bikin dia kecewa"

"Misi pak, ini makanannya" ucap Ibu kantin sambil memberikan pesanan fajri.

"Makasih ya buk" ibu kantin mengangguk lalu kembali ke tempatnya.

Fajri melepaskan pelukan tersebut "makan dulu ya, aku suapin"

"Kamu ngga makan?"

"Aku masih kenyang, kamu aja yang makan ya"

"No, kamu bohong sama aku. Aku ngga mau makan kalo kamu ngga ikut makan"

"Yaudah iya aku ikut makan" fajri menyuapi zweitson, begitupun sebaliknya.

_______________________

Selesai dari kantin, keduanya kembali keruangan yang digunakan oleh elvan.

Zweitson melihat didalam ruangan ada dokter yang sedang menangani sang anak "aji, el ngga papa kan?" tanya zweitson dengan mata yang berkaca kaca.

"El anak kuat, dia bakalan baik baik aja. Do'ain biar dia cepet sembuh ya" ucap fajri lalu menarik zweitson kedalam pelukannya.

Tak lama dokter pun keluar dari ruang ICU "bagaimana dengan anak saya dok?" tanya fajri, dokter menatap fajri dan juga zweitson yang berada di dalam pelukan fajri.

"Alhamdulillah anak anda sudah sadar tuan, elvan dapat melewati masa kritisnya. Elvan bisa di jenguk"

"Makasih dok" dokter mengangguk lalu pergi meninggalkan fajri dan zweitson.

Keduanya pun masuk kedalam ruangan elvan, fajri menutup pintu dan berjalan kearah brankar sang anak begitupun dengan zweitson.

"Anak bunda udah bangun" ucap zweitson sambil duduk disamping brankar sang anak, zweitson mengambil tangan elvan dan menggenggamnya.

"Bunda" lirih elvan.

"Iya sayang bunda disini, elvan mau apa heum?"

Elvan menggeleng pelan, ia menatap fajri lalu menarik tangan fajri agar mendekati nya "ayah, maafin El" ucap elvan lirih hampir tidak terdengar.

"Elvan ngga salah, ayah yang salah nak"

"Elvan salah ayah, El udah bikin ayah marah ke el. El egois ayah"

"Engga El, ayah yang egois bukan kamu. El pulang ya, kita kembali jadi keluarga yang utuh. Lupain yang kemarin ya"

"Buat saat ini El ngga bisa, El mau ikut uncle farhan. El takut" ucap El lalu memalingkan wajahnya kearah lain.

Fajri mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala sang anak dengan pelan "ayah kasih waktu El sendiri, kalo udah El telfon bunda ya. Kalo mau apa apa bilang aja" elvan mengangguk pelan.

"Ayah keluar ya, kamu sama bunda disini" ucap fajri lalu berjalan kearah pintu.

"Ayah" panggil sang anak.

Fajri menoleh kearah elvan "iya?"

"Ayah sini aja sama bunda dan El, ayah jangan keluar. Temenin El bobok"

Fajri mengangguk lalu kembali menghampiri zweitson dan elvan. Zweitson berdiri dari duduknya, lalu fajri duduk di kursi yang zweitson gunakan dan menarik sang istri untuk duduk di pangkuannya.

"Bobok ya, ayah sama bunda temenin" elvan mengangguk lalu memejamkan matanya.

"Kamu mau bobok ngga?" tanya fajri kepada sang istri.

Zweitson mengangguk, ia membenarkan duduknya lalu menyenderkan kepalanya di dada bidang fajri. Tangan fajri mengusap kepala zweitson dan yang satunya mengusap kepala sang anak.

Memastikan elvan tidur, fajri pun menggendong tubuh zweitson dan membawanya tidur di sofa. Mengambil jaketnya untuk dijadikan selimut yang menutupi tubuh sang istri.

Fajri duduk di sofa kakinya ia jadikan sebagai bantal, tangannya mengusap kepala sang istri agar tidurnya nyenyak.

Matanya tertuju kearah elvan, perasaan fajri masih terus berucap kata maaf. Tidak ada kata lain selain 'maaf dan maaf' ini semua karena dirinya, fajri terlalu egois ke sang anak.

"Andai kemarin ayah ngizinin kamu pergi pasti ngga gini El, maafin ayah gara gara ayah ngelarang kamu, kamu jadi kayak gini" batin fajri, air matanya kembali turun dengan sendirinya.

Zweitson yang terusik tidurnya pun membuka matanya, dan melihat suaminya tengah menitikan air mata.

"Aji, butuh pelukan?" tanya zweitson.

Fajri menghapus air matanya, lalu menggeleng pelan. Zweitson mendudukkan dirinya lalu memeluk tubuh bongsor itu, mengusap punggung fajri dengan pelan.

Fajri kembali menangis didalam pelukan hangat itu "udah aji jangan nangis nanti El liat"

"El kayak gini gara gara aku zwei, aku gagal jadi ayah yang baik buat El, aku gagal zwei"

Zweitson menggelengkan kepalanya "kamu ngga gagal, selama ini kamu udah jadi ayah yang baik buat anak anak. Udah ya jangan salahin diri kamu"

"Aku salah"

"Stttt.... Udah ya, jangan diinget inget lagi sayang" fajri mengeratkan pelukan itu menyembunyikan wajahnya dibahu zweitson.

Zweitson mengecup pipi fajri "dah heh masa bapak bapak nangis malu dong nanti di ketawain cicak"

Tbc....

[Boylove] After Wedding - JisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang