7. Raden Mas

1.2K 118 9
                                    

🚫Disclaimer🚫
Semua hal yang tertulis dalam cerita ini adalah fiksi. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan dalam lingkungan Keraton

⚠️Mohon bijak dalam memberikan komentar⚠️

✨ Happy reading ✨

***

"Masa beliau bilang Anin harus bisa memperkirakan kapan hujan turun. Kan Anin bukan BMKG ataupun pawang hujan Bu ..."

Anindya masih tidak terima dengan penolakan narasumbernya kali ini. Keterlambatan Anindya jelas sekali karena faktor alam yang mana siapapun tidak bisa menebak. Bukankah seharusnya hal ini bisa dimaklumi.

Tapi tidak untuk Gusti Pangeran Haryo Arjuna Reksa Yudhanegara itu. Sekali terlambat tetap terlambat. Tidak ada kesempatan kedua. Anindya ingat sekali bagaimana Arjuna Reksa Yudhanegara dengan wajah datarnya mengusir Anindya dari ruangannya siang tadi.

"Seharusnya ketika kamu lihat awan mulai kelabu kamu bisa atur ulang waktunya. Supaya bagaimana caranya kamu tidak terlambat."

"Jurnalis yang ingin mewawancarai saya hari ini bukan kamu saja. Silahkan pulang, saya akan atur pertemuannya lagi nanti."

Anindya terperanga tak percaya mendengar penuturan laki-laki itu. Setelah Anindya sampaikan alasan keterlambatannya, laki-laki pemilik mata tajam itu tetap saja tidak bisa mentolerir. Ia bersikukuh mengusir Anindya dari ruangannya tanpa melihat atau mendengar sepatah kata pun dari Anindya.

Kesabaran Anindya sudah habis rasanya. Ia sudah tidak sanggup beradu argumen dengan seorang Gusti Pangeran Haryo Arjuna Reksa Yudhanegara. Persoalan bagaimana informasi yang harus ia dapatkan biar ia pikirkan nanti. Anindya ingin segera hengkang dari ruangan dengan pemilik berhati batu itu.

"Untung saja ada Mas Karna yang berbaik hati Bu. Dia mau membantu Anin untuk wawancara menggantikan Gusti Arjuna si angkuh itu ..." oceh Anindya pada Ibunya.

"Hush tidak boleh begitu Nduk, kalau Yayah dan Eyang dengar bisa dimarahi kamu" kata Ibu menasehati Anindya.

"Kenapa ya Bu sifat kakak adik itu bisa berbeda-beda. Mas Karna itu baik sekali, sedangkan adiknya ... menyebalkan."

"Tidak boleh seperti itu Anindya. Bagaimana kalau Gusti Arjuna yang kamu hina hari ini ternyata suami kamu di masa depan?"

"Amit-amit, Anin kalau disuruh milih antara Mas Karna atau Arjuna, sudah jelas Anin akan pilih Mas Karna ..."

"Ibu dan Yayah nggak ada niatan jodohin Anin dan Mas Karna? Anin siap kok Bu." Ibu memukul pelan pundak anaknya. "Kamu ini Nin, aneh-aneh saja ..."

"Kalau ternyata Eyang dan Yayah maunya menjodohkan kamu dengan Arjuna gimana?"

"Anin bakal nolak ..." tegas Anindya seolah yakin ia memiliki kuasa untuk menolak segala perintah sang Ayah.

"Memangnya berani menolak dawuh Yayah? Nggak ingat janjinya sama Yayah gimana?"

Pertanyaan Ibu membuat Anindya mati kutu. Ia tidak bisa menjawab. Anindya hanya diam sambil memainkan jemarinya dan bergumam dalam hati. "Tuhan semoga Yayah nggak pernah kepikiran menjodohkan gue dan Arjuna si angkuh itu" batin Anindya berdoa.

***

Arjuna Reksa Yudhanegara selalu dikenal sebagai anak dari Raja Keraton yang patuh terhadap setiap dawuh dari sang Ayah. Hidup berkecukupan, punya privilege karena keluarga tentu membuat keberuntungan tidak pernah menolak untuk berdekatan dengannya. Namun, Arjuna lebih bangga dikenal sebagai seorang Diplomat yang saat ini bekerja di luar negeri.

MingsraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang