🚫Disclaimer🚫
Semua hal yang tertulis dalam cerita ini adalah fiksi. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan dalam lingkungan Keraton⚠️Mohon bijak dalam memberikan komentar⚠️
✨ Happy reading ✨
***
"Seperti yang kamu bisa lihat di pendopo tadi ada pameran wastra dari berbagai daerah di Indonesia." Arjuna mengarahkan ibu jarinya menunjuk ke arah pendopo diikuti oleh gerak netra Anindya.
"Itu yang membedakan acara kami dengan yang lain, kami mengangkat konsep akulturasi budaya tradisional dan modern. Nantinya selain menampilkan pagelaran musik jazz kami juga menampilkan kebudayaan Jawa seperti campursari dalam kemasan yang berbeda."
"Dengan acara ini kami ingin membuktikan bahwa budaya Jawa seperti campursari mampu beriringan dan berkolaborasi padu dengan modernisasi seperti jazz. Dan secara tidak langsung juga melalui acara ini saya ingin memperkenalkan Keraton Praja ini kepada masyarakat luas."
"Saya ingin merubah stigma orang terhadap Keraton yang katanya tertutup ini." hembusan nafas kasar terdengar kala Arjuna menyelesaikan kalimatnya. Anindya mengamati lawan bicaranya yang terlihat menggebu.
Arjuna melanjutkan bicaranya, ia menyampaikan keinginan yang diharap bisa terwujud lewat acara ini. "Saya berharap dengan adanya acara ini pandangan masyarakat terhadap Keraton menjadi berbeda. Keraton itu rumah budaya Nin ..., kami harus mampu untuk terbuka dan berbaur dengan zaman yang semakin maju."
Arjuna menjelaskan semuanya tanpa terkecuali, mengenai ide, gagasan, dan harapannya terhadap keberlangsungan pagelaran musik yang dicetuskannya. Menurut penuturan Arjuna pagelaran ini adalah bentuk kolaborasi generasi muda kerabat Keraton yang akhirnya bisa terselenggara.
Anindya terkesima dengan semua jawaban Arjuna. Anindya bisa menilai bagaimana sifat Arjuna dari pembicaraan mereka ini. Manusia kaku dan sedikit bicara yang menjadi kesan pertama Anindya pada laki-laki ini kala jumpa pertama mereka kini sirna begitu saja.
Arjuna yang Anindya lihat saat ini adalah laki-laki yang cerdas, penuh ambisi dan memiliki kepedulian tinggi. Ia memiliki keinginan besar untuk Keraton tempatnya bertumbuh. Padahal kehidupan bebas yang Arjuna dapatkan sekarang mungkin saja bisa membuatnya lupa diri dan enggan untuk ikut campur terhadap Keraton ini. Tapi tidak dengan Arjuna.
Seperti yang sudah Arjuna janjikan kemarin malam, Anindya kembali datang menemuinya sebelum pukul satu siang. Kali ini langit kota Solo bersahabat dengan Anindya sehingga ia bisa datang tepat waktu. Bahkan mungkin lebih awal. Sehingga ketika Anindya sampai di Keraton narasumbernya itu baru saja selesai dengan kegiatan makan siangnya.
Anindya diajak oleh Arjuna untuk melihat persiapan pagelaran musik yang berada di sebelah barat Keraton. Lapangan seluas satu hektar itu disulap menjadi venue pertunjukan yang sangat cantik. Altar pertunjukan di desain dengan kesan klasik dan Jawani. Hiasan wayang kulit dan ukiran khas Jawa menambah kesan vintage yang elegan.
Di sekelilingnya juga tersedia banyak outlet makanan khas kota Solo yang dijajakan oleh pelaku UMKM sekitar. Tidak hanya itu, tersedia juga beberapa booth yang menjual berbagai jenis kerajinan tangan, wastra tenun dan wastra khas Keraton yang dibuat oleh tangan-tangan terampil abdi dalem Keraton Praja sendiri.
Malam nanti akan ada total sepuluh musisi yang akan tampil memeriahkan. Enam di antaranya adalah musisi nasional Indonesia dan empat lainnya musisi internasional. Mengingat banyak guest star yang akan memeriahkan tentu langsung muncul pertanyaan berapa harga tiket untuk bisa menikmati sajian musik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mingsra
RomanceSudah menjadi hal biasa untuk keluarga Keraton soal jodoh yang dipilihkan. Tapi, Anindya bukanlah bagian dari mereka yang bisa menganggapnya sebagai hal yang biasa. Meski lahir dengan gelar priyayi Jawa yang dihormati, nyatanya kehidupan Anindya ja...