13. He Said Yes

1.2K 117 3
                                    

🚫Disclaimer🚫
Semua hal yang tertulis dalam cerita ini adalah fiksi. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan dalam lingkungan Keraton

⚠️Mohon bijak dalam memberikan komentar⚠️

✨ Happy reading ✨

***

"... Ibu dan Romo itu sudah lama sekali mengenal keluarga Hadikusuma, mereka kerabat dekat kita, jadi tidak ada keraguan lagi tentang didikan mereka kedua anaknya. Anindya itu putri mereka satu-satunya, sudah pasti dijaga betul dan tidak sembarangan memilihkan pasangan."

"Waktu mereka bilang setuju, Ibu dan Romo senang sekali. Ndak pakai pikir panjang pokoknya perjodohannya harus jadi."

Renjani duduk bersebelahan dengan suaminya setelah menghidangkan makan siang untuk putra sulungnya. Karna terlibat dalam diskusi soal perjodohan adiknya itu.

Kedua orang tuanya terlihat menggebu sekali soal perjodohan Arjuna dan gadis yang bernama Anindya itu, terutama Ibu. Bahkan sangking semangatnya Ibu belum sempat menyampaikan tentang perjodohan itu kepada empunya.

Sudah menjadi hal biasa untuk keluarga Keraton soal jodoh yang dipilihkan. Karna juga dijodohkan oleh Ibu dan Ayahnya dengan seorang gadis darah biru dari Keraton Pakualaman, Yogyakarta. Bahkan bisa dikatakan perjodohan secara rahasia. Karna baru tahu beberapa waktu lalu, dua bulan sebelum pernikahan.

Jadilah Karna tak punya waktu untuk menolak. Pernikahannya akan dilangsungkan bulan depan, sesuai perhitungan hari baik kalender Jawa. Dan ketika tahu adiknya juga akan dijodohkan Karna ingin keputusan bulat ada di tangan Arjuna. Jangan sampai seperti dirinya.

"Ibu sudah bilang pada Arjuna? Kalau Karna ya setuju saja karena nanti yang menjalani Arjuna dan Anindya."

"Memangnya Ibu sudah bicara sama Mas Juna soal keinginan Ibu menjodohkan dengan Mbak Anindya?" Jatmika yang duduk di samping Karna kini melibatkan diri.

"Ibu sudah pernah singgung. Sebelum Arjuna pulang ke Solo Ibu sempat bicara soal Anindya lewat telpon dan kirim fotonya juga" kata Renjani.

"Baiknya memang dibicarakan lagi saja Bu, siapa tahu Arjuna ndak paham maksud Ibu waktu itu ..." saran Karna, Renjani mengangguk setuju.

"Mas mu di mana toh Mika, ndak ikut makan dia? Coba tolong dipanggilkan dulu," pinta Admanjiwa pada putrinya.

"Sepertinya di kamar, sebentar biar Mika panggilkan Mo" balas Jatmika patuh.

Meski jarak antara ruang makan dan kamar Arjuna membutuhkan banyak langkah dan tenaga tetapi Jatmika tidak pantas untuk menolak perintah Ayahnya. Tak berselang lama Jatmika kembali lagi ke ruang makan dengan bersama Arjuna tentunya.

Renjani yang selalu menggebu-gebu soal rencana menjalin hubungan antara Anindya dan Arjuna langsung menyampaikan inti pembicaraannya. Arjuna si penentu utama hanya menyimak saja sampai akhirnya ia berbicara.

"Juna nggak nolak kalau Ibu mau menjodohkan dengan gadis yang namanya Anindya itu. Tapi Ibu harus memastikan Anindya tidak merasa terpaksa. Dan Arjuna perlu bertemu dengan Anindya dulu ..." ucap Arjuna pada Ibunya.

Jatmika dan Karna terkejut di tempatnya, tanpa menyangkal Arjuna menerima begitu saja. Padahal untuk bertemu dengan gadis si pemilik nama Anindya saja belum pernah.

"Romo akan coba telpon Ayahnya Anindya nanti, kalau memang Anindya setuju kita akan bicarakan lagi ..." kata Admanjiwa, Arjuna mengangguk saja.

Sejak pembicaraan masalah perjodohan Arjuna dan Anindya, pikiran Arjuna seolah selalu berpusat di sana. Ibu bilang bahwa Arjuna bisa bertemu dengan Anindya ketika peringatan tahun baru Jawa nanti. Arjuna menanti itu dan berharap akan lebih cepat. Ia sudah penasaran bagaimana paras dan sifat perempuan itu hingga masuk kriteria menantu Ibu.

Sudah pasti perempuan itu juga sama sepertinya, darah biru. Terlihat dari namanya yang bergelar Raden Ajeng dan juga hubungan kekerabatan dengan Keraton Praja. Arjuna ingin tahu bagaimana kepribadiannya dan banyak hal lainnya tentang Anindya. Satu Suro itu terlalu lama.

Arjuna yang malam itu sibuk berkutat dengan laptopnya seketika sadar dengan pesan yang masuk ke ponselnya. Sebuah pesan janji temu untuk wawancara terkait Praja Jazz Festival yang mana Arjuna sebagai foundernya.

Di dalam pesan itu tertera nama Jurnalis yang akan mewawancarainya, "Raden Ajeng Anindya Kirana Hadikusuma,"

"Namanya sama seperti perempuan yang Ibu bilang,"

"Apa mereka orang yang sama?" Arjuna tergerak untuk membandingkan foto yang Ibu kirim dan foto Jurnalis yang ia dapatkan, dan ternyata sama.

Arjuna tersenyum, rasa penasarannya akan terbayarkan dengan cepat. Gadis pilihan Ibu itu, mereka akan bertemu untuk pertama kali besok hari.

"Anindya Kirana ... ternyata kita akan bertemu lebih cepat."

***

Author note;
Ini part flashback dari sudut pandang Mas Juna sebelum bertemu Mbak Anin pertama kali ya dear.

Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar.

Tertanda,
Terang Bulan
07-09-24


MingsraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang